Tampilkan postingan dengan label #PersonalLife. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #PersonalLife. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Desember 2018

EKOLOGI DESK & COFFEE



Waktu gue menulis ini, gue sedang ada di sebuah tempat bernama EKOLOGI DESK & COFFEE yang berlokasi di.. Yogyakarta. Seminggu yang lalu gue tidak membayangkan akan ada di Jogja hari ini, tapi ya begitulah, sejak tadi malam gue sudah landing di Jogja. Somehow, pekerjaan gue sekarang cukup membuat gue berpikir “Bagaimana gue menjalani pekerjaan ini saat punya anak nanti?”. Haha, maklum cewek kan mikirnya suka 10-20 langkah di depan (cewek itu maksudnya gue dan Hawa Firdausi, nggak tau sih cewek-cewek lain gimana). Banyak sih working mom di tempat gue, cuma saat ini gue belum yakin bisa jadi seperti mereka. Ah sudahlah, nggak ada gunanya dipikirin sekarang.

Pertanyaan lain, dari 32 km2 luas Kota Yogyakarta (gue serius googling untuk dapat angka ini), kenapa bisa pilih kafe ini? Jadi ceritanya dari tadi siang gue udah niat malam hari mau ke Kopi Klinik, tempat syuting AADC2. Gue rada obsessed sama tempat ini soalnya scene Cinta sama Rangga di tempat ini semacam scene favorit gue di AADC2 (penting kaan). Dari hotel gue order Grab Car ke sana, dan sampai sana ternyata tempatnya.. tutup. Gue emang nggak ngecek sih tempatnya tutup jam berapa, udah yakin aja kalau coffee shop pasti buka sampai tengah malam. Taunya pas googling, Kopi Klinik tutupnya jam 8, gue sampai sana kayak jam 08.5 gitu. Wooow on time sekali yaa mereka.

Nah, di perjalanan menuju Kopi Klinik, supir Grab Car gue nyebut kalau di Jogja ada Filosofi Kopi juga. Gue udah tahu juga sih, cuma nggak inget aja, lagian Filkop ada juga di Bintaro. Cuma ketika tau Kopi Kliniknya tutup, yang jadi top of mind gue yaaa si FilKop ini (efek baru disebut sama bapak supir). Yaudah deh gue minta anter ke sana.

Nah ketika mobil sudah berjalan beberapa ratus meter, bapak supir menyebutkan nama-nama kafe di Jogja, salah satunya yang mencuri perhatian adalah EKOLOGI. Judul kafenya kan kayak cocok aja gitu sama keilmuan gue (apa siiih). Terus buru-buru deh gue googling tempatnya, ternyata menarik juga. Perpaduan Dapur Eyang sama Sejiwa kalau di Bandung. Yaudah tanpa pikir panjang dan rasa malu gue bilang sama Pak Sopir, “Pak kalau kita ke Ekologi aja bisa nggak pak?”

Yeah, labil is still my middle name. I am not proud of it but I know I can’t deny, hahaha

Jadi yaaa begitulah ceritanya kenapa gue ada disini. Sebenernya tuh tujuan gue nongkrong juga bukan mau nulis receh kayak gini. Gue niat bawa laptop menuju kafe, niat hati mau nulis yang lebih serius gitu. Kayak review bukunya Ustad Nouman atau hasil kontemplasi gue habis lihat akun IG sebuah partai yang gue rasa ada orang semacam Grindelwald di sana. Kalau lo udah nonton Fantastic Beast yang kedua mungkin mengerti maksud gue apa. Grindelwald adalah manusia yang sangat pandai bicara, memutihkan yang hitam, membuat delusi kebenaran, dan provokatif. Manusia kayak gini yang harus banyak-banyak dilawan bukan hanya pakai akal manusia, tapi juga pakai doa (dan Surat Al-Kahfi, to be précised) supaya selalu diberikan cahaya petunjuk oleh Tuhan untuk dapat membedakan mana yang benar dan salah.

Tapi sampai EKOLOGI gue buka laptop dan malah nulis tentang bagaimana gue sampai di tempat ini, hihihi.

Biar gue ulang statement-nya:  Yeah, labil is still my middle name. I am not proud of it but I know I can’t deny :p

EKOLOGI DESK & COFFEE ini punya suasana yang emang nyaman banget sih. Bikin udah duduk lupa berdiri. Tempatnya ramai dengan dedek-dedek mahasiswa yang kelihatannya sedang mengerjakan tugas. Kelihatannya loh ya, gue nggak tau juga apa yang mereka lihat di screen laptop mereka. Gue pesen Mocha Coffee (medium size, harga Rp 33.000) dan Rice Bowl Ekologi Signature (harga Rp 38.000). Mocha Coffee-nya pas di lidah gue, rice bowl-nya enak tapi kurang berkesan. Ohiya, tempat ini juga menyediakan co-working space di lantai dua.

Kesimpulannya, kalau gue jadi orang Jogja, gue rasa gue akan sering ke tempat ini.

Kalau ada yang nanya, kenapa gue di Jogja tapi malah nongkrong di kafe, makan rice bowl dan tidak makan gudeg?  Jawabannya adalah simply karena gue nggak suka gudeg. Lagian di penghujung periode twenty something ini, gue sadar bahwa..

gue akan memilih berdasarkan apa yang membuat hati gue tenang dan apa yang benar menurut standar kebenaran yang gue yakini dan terbukti benar,
daripada,
memilih berdasarkan apa yang orang bilang.

Oke, cukup dulu ya.
Stay positive.





Salam,
Venessa Allia

Minggu, 23 September 2018

Siapa Berani jadi (C)PNS? (2)



Hi guys! (tolong dibaca ala vlogger Youtube)

Kalau kamu sampai ke halaman ini, gue anggap kamu sudah membaca tulisan gue sebelumnya, artinya kamu sudah meluruskan niat dan siap jadi PNS terbaik. Kalau belum, gue mohon untuk kamu untuk membaca dulu tulisan gue sebelum ini, supaya kamu tidak buang-buang energi ikut rekrutmen padahal nggak siap atau nggak suka dengan pekerjaan PNS itu sendiri.

Oke, sip! Let’s make it fast.

Berdasarkan pengalaman merasakan sendiri seleksi CPNS di Kementerian ESDM dan ngobrol dengan beberapa teman, gue ingin berbagi beberapa hal. Sekali lagi ini bukan informasi teknis, kalau yang teknis, silahkan baca di website atau media sosial kementerian/lembaga (K/L) yang kamu minati. Jangan males baca!

1. Seleksi CPNS dimulai dari seleksi administrasi. Sangat sederhana, kamu cuma harus unggah dokumen, submit dan tunggu pengumuman. Yang harus diunggah juga nggak ada yang aneh-aneh amat: Ijazah dan transkrip (nggak boleh surat keterangan lulus ya, harus ijazah asli), nilai TOEFL terbaru, surat pernyataan, dan lain sebagainya sesuai syarat K/L atau pemerintah daerah yang buka formasi. Kayaknya selagi dokumen yang kamu unggah sudah benar dan lengkap, dan sesuai dengan syarat administrasi, harusnya bisa lulus sih tahap ini. Gue nggak tau sih apakah ada faktor lain yang bisa bikin nggak lulus seleksi administrasi. Jadi yaa pastikan saja men-submit semua persyaratan setelah yakin benar dan lengkap. Seinget gue kalau udah submit nggak bisa di-cancel deh. Untuk menghindari faktor-faktor non teknis, sebaiknya juga jangan mepet-mepet amat submit-nya.

2. Kalau ada syarat administrasi yang kurang jelas, jangan sungkan untuk bertanya ke K/L tersebut. Mereka pasti punya call center. Dulu gue sempet ingin apply di Bappenas, tapi ada persyaratan yang kurang jelas, lalu gue coba WA nomor call center yang tertulis di pengumuman, dan mereka cukup fast response kok. Kalau ada yang nggak jelas, mendingan ditanya daripada berkesimpulan sendiri.

3. Kalau udah lulus tahap administrasi, maka kamu akan memasuki tahap seleksi Tes Kompetensi Dasar dengan sistem Computer Assisted Test (CAT). Nah menurut gue bagian paling susah dari tes CPNS adalah CAT ini, karena sistemnya efektif mengeliminasi banyak orang, hehehe. Kalau gue sih menyarankan kamu untuk belajar sebelum CAT, walaupuuun ada aja sih manusia-manusia beruntung yang lulus CAT tanpa belajar. Gue sendiri termasuk kelompok yang belajar sebelum CAT, karena dari dulu gue nggak pernah bisa cukup percaya diri untuk ikut ujian (apapun) tanpa belajar sama sekali. Buku-buku soal tes CPNS yang banyak dijual di toko buku itu membantu kok. Pilih buku yang ada rangkuman materinya, teruma untuk bagian Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), jadi sambil ngerjain soal bisa sambil baca-baca materi. Rata-rata temen gue yang nggak lulus CAT itu gagal di bagian TWK, jadi mungkin butuh extra effort untuk belajar TWK. Senior gue di kantor pernah bilang, soal CAT itu tiap tahun sebenarnya berulang. Mungkin benar, tapi masalahnya kemungkinan soalnya itu ada banyaaaak bangeeet. Kalau gue nyaranin untuk belajar materi UUD 1945 termasuk amandemennya karena soal-soal kayak gitu sering banget keluar. Ohiya simulasi CAT di website BKN juga bisa dicoba tuh, cukup membantu.

4. Kalau tahun lalu (2017), yang lulus CAT itu sejumlah kebutuhan formasi dikali tiga. Jadi kalau formasi yang kamu inginkan itu butuh dua orang, maka yang lulus CAT paling banyak adalah 6 orang. Gue lihat di pengumuman CPNS ESDM, syarat tersebut masih sama (nggak tau kalau di K/L lain ya, tapi mungkin sama). Aturan ini membuat lulus saja tidak cukup tapi nilai kamu juga harus bisa setinggi-tingginya supaya masuk rangking. Saran gue adalah cari nilai sebanyak-banyaknya dari Tes Karakteristik Pribadi (TKP), karena menurut pengamatan gue merhatiin soal TKP di buku latihan soal, jawaban-jawaban TKP yang nilainya 5 itu ada cirinya. Coba kerjain soal-soal TKP di buku jadi bisa membayangkan tipe-tipe jawaban yang nilainya 5 supaya bisa dapat skor setinggi-tingginya. Sebisa mungkin raih nilai tinggi disini karena rada suram kalau ngarep nilai tinggi dari TWK, hehehe. TWK itu punya kemungkinan soal yang random dan banyak. Gue inget banget waktu itu dapat soal tentang UU Agraria, yang mana gue tidak tahu sama sekali jadi nebak deh jawabnya. Seleksi TKD itu memang tidak bisa menjaring kompetensi teknis kamu, jadi mau kamu punya kompetensi sebaik apapun, seleksi ini memang tidak akan bisa melihatnya karena (kayaknya) tujuan TKD memang bukan buat itu, tapi untuk mengeliminasi banyak orang melalui mekanisme yang fair menjadi beberapa orang terpilih yang untuk selanjutnya akan disaring berdasarkan kompetensi. 

5. Sabar. Ini nasihat umum tapi penting banget. Tes CPNS itu beda dengan saat kamu seleksi kerja di swasta. Tes ini diikuti lebih banyak orang. Namanya kegiatan yang melibatkan banyak orang, pasti ada banyak keinginan dan banyak hal yang harus diurus. Jadi ya sabar aja. Ikuti aja aturan mainnya. 

6. Jangan pernah berpikir untuk mainan duit supaya lolos seleksi. Kalau kamu masih kepikiran hal-hal kayak gitu, maka otak kamu perlu di upgrade karena udah ketinggalan zaman setidaknya 20 tahun. 

7. Kalau udah lulus SKD, maka selanjutnya adalah SKB. Di sini gue tidak punya tips khusus selain jaga kesehatan, jaga kewarasan dan banyak-banyak berdoa. Pokoknya ikutin aja aturannya dan lalukan yang terbaik. Inget, prinsip “let God do the rest” itu baru berlaku kalau kamu udah “do your best”.

Okee, semoga bermanfaat. Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan, semoga gue punya jawaban, hihi.
Untuk kita semua yang lagi mengusahakan apapun itu dalam hidup kita, semoga Allah meridhoi usaha kita.  Stay positive guuuys!


Salam,
Venessa Allia

Sabtu, 09 Juni 2018

TANGGUH

Tulisan ini bukan tentang lapangan LNG  British Petroleum nun jauh di Papua sana. Tulisan ini ingin bicara soal kekuatan tekad bocah 8 tahun yang terlihat benar menikmati kondisi hidupnya. Padahal apa yang dia hadapi tidak mudah. Anak kelas 2 SD ini setiap hari berangkat sekolah dari rumahnya di Parung Panjang menuju sekolahnya di daerah Kebon Kacang, Tanah Abang. Setiap hari dia berjalan kaki menuju stasiun Parung Panjang, lalu naik commuter line hingga stasiun Tanah Abang, kemudian lanjut jalan kaki lagi menuju sekolah. Pulang ke rumah dia lakukan dengan cara yang sama. Sudah pernah dengar ceritanya? Belakangan ternyata anak ini viral sekali, cuma saya aja yang basi hingga baru tau kisah anak ini kira-kira dua jam yang lalu. Yeah, nama anak ini Alviansyah, atau akrab disapa Alpin.

Saya tahu Alpin bukan satu-satunya anak Indonesia yang harus begitu kerasnya berjuang untuk bisa sampai ke sekolah. Sayangnya masih banyak anak Indonesia yang nasibnya sebelas dua belas dengan Alpin. Tapi kisah Alpin rasanya kena banget di hati saya. Simply, karena saya hampir setiap hari juga naik kereta kayak Alpin. Jalur kereta yang sama, hanya naik di stasiun yang berbeda saja. Tapi bukan itu perbedaan paling signifikan diantara kami. 

Perbedaan terbesar diantara kami adalah, saya mengeluh, Alpin tidak.
Padahal, saya naik mobil dari rumah ke stasiun Rawabuntu, Alpin jalan kaki ke stasiun
Padahal, saya naik Trans Jakarta/taksi/ojek dari stasiun Tanah Abang ke kantor. Alpin jalan kaki ke sekolah.
Padahal, saya naik mobil dari stasiun Rawabuntu kembali ke rumah. Alpin masih jalan kaki.
Sekali lagi pernyataan ini ingin saya ulang: saya mengeluh, Alpin tidak. 
Saya ulang bukan karena saya bangga dengan kondisi yang ada, tapi saya harus mengingatkan diri sendiri bahwa saya itu nggak ada pantes-pantesnya deh ngeluh. 

Anak ini usianya 21 tahun lebih muda dari saya, tapi mentalnya sepuluh juta kali lebih kuat. Orang lain boleh bilang hal itu terjadi karena kondisi ekonomi keluarga Alpin yang susah sehingga memaksanya tumbuh menjadi anak yang tangguh. Tapi menurut saya itu pendapat yang salah, karena Alpin pun punya pilihan untuk menyerah dan tidak sekolah, sebagaimana banyak manusia dewasa lainnya yang menyerah pada keadaan yang sulit. Namun, Alpin tidak mengambil pilihan itu. Dia tetap sekolah di Jakarta, betapa pun jauhnya, betapa pun sangarnya roker (rombongan kereta) berdesakan, betapa pun padatnya stasiun. Anak ini berani, seakan tidak peduli pada hambatan yang dijumpai, fokus sama tujuannya: MAU SEKOLAH.

Saya tersentuh sekali waktu tadi nonton Hitam Putih, melihat wawancara Deddy Corbuzier dengan Alpin dan Caroline Ferry, wanita yang sudah sangat berjasa memviralkan berita ini sehingga dunia bisa tahu ada anak tangguh seperti Alpin. Singkat cerita, dari wawancara itu saya tahu bahwa:

1. Alpin  sekolah di Jakarta karena di kota ini dia bisa sekolah gratis pakai Kartu Jakarta Pintar, sementara kalau sekolah di Parung Panjang dia harus bayar buku. Hal ini menunjukan betapa powerful kebijakan KJP, dan kalau pemerintah Kabupaten Bogor atau dinas pendidikan setempat mendengar berita ini, mestinya jadi tamparan keras untuk berbenah supaya bisa punya sistem semacam KJP atau yang lebih baik lagi, simply supaya jangan sampai ada lagi anak yang mau sekolah gratis aja mesti jauh-jauh ke Jakarta.

2. Alpin ke sekolah cuma dikasih ongkos sama ibunya, kalau pun dikasih jajan biasanya Alpin tolak karena katanya mending buat ibu aja beli beras. Ayah Alpin bekerja sebagai sopir proyekan, tidak selalu pulang ke rumah. Alpin juga masih punya dua orang adik. Alpin bilang ke ibunya kalau dia bisa makan di sekolah karena teman-temanya baik. Seketika saya terharu dengernya. Lagi-lagi cerita ini mengingatkan saya pada nilai relatifitas uang, selembar uang dua puluh ribu bagi ibunya Alpin adalah uang makan sehari untuk sekeluarga. Untuk saya selembar dua puluh ribu bisa hanya berarti segelas kopi yang habis dalam hitungan menit. Nilai ekonomi uangnya sama-sama dua puluh ribu rupiah, tapi nilai urgensi kebermanfaatannya bisa sangat berbeda. Kisah ini juga mengingatkan saya bahwa dalam setiap keberlimpahan yang Tuhan berikan pada seseorang, ingatlah bahwa ada hak orang lain di dalamnya, jadi jangan "dimakan" sendirian.

3. Alpin, walaupun udah capek jalan kaki, tapi kalau di kereta dia masih mau kasih duduk untuk orang lain. Rombongan commuter line sejagat raya dimana pun berada harus belajar dari anak ini. Ini anak punya lebih dari cukup alasan untuk merasa lelah dan nggak mau berbagi tempat duduk, tapi dia masih mau loooh ngasih duduk buat orang lain. Orang dewasa harus ekstra belajar soal empati dengan anak ini. Naik kereta itu nggak perlu norak dorong-dorongan hanya untuk dapat tempat duduk, kalem ajeeeeee (pernyataan terakhir adalah curahan hati saya terdalam).

Saya dapat banyak refleksi dari ketangguhan dan ketulusan Alpin. Semoga kamu jadi orang besar ya, dek. Kamu punya modal ketangguhan yang akan jadi kekuatan sangat berharga, baik di saat ini maupun di masa depanmu nanti. Kamu bilang ingin jadi masinis, kan? Kita memang belum pernah bertemu, oh atau bisa jadi kita pernah satu gerbong, atau berpapasan di stasiun, tapi salah saya yang terlalu sibuk dengan diri sendiri sehingga tidak peduli dengan anak belia seperti kamu yang mungkin sedang berjalan atau duduk sendiri. Saya doakan kamu menjadi masinis terbaik yang pernah ada di negeri ini, atau karena kamu setiap hari naik kereta, kamu cocok deh jadi Dirut PT KAI di masa depan. Jangan takut, dek, ketangguhanmu dalam berusaha akan mengundang bantuan terbaik dari Tuhan kita. Sudah terbukti, kan? Kegigihan kamu menggerakan hati manusia lain untuk membantu kamu dan keluarga.

Kabar terakhir, dibantu oleh sebuah yayasan, Alpin dan keluarga saat ini sudah pindah rumah ke Rusun Benhil, dekat sekolah Alpin. Yayasan tersebut juga akan membantu biaya sekolah kakak Alpin yang sempat putus sekolah, juga memberikan sepeda motor untuk ayah Alpin supaya bisa jadi pengemudi ojek online.

Yeah, ketangguhan Alpin dan kepedulian seorang Caroline Ferry, jadi jalan kebaikan untuk satu keluarga Alpin, juga jadi cahaya inspirasi untuk banyak sekali orang, termasuk saya.
Semoga kamu juga terinspirasi dari kisah ini. Stay positive ya.


Salam,
Venessa Allia

Sabtu, 12 Mei 2018

He Was In Town


He was in town. 
Here, in Jakarta.
Who?
USTAD NOUMAN ALI KHAAAAAN!!!

Ini screenshot dari akun Instagram Mario Irwinsyah, saya lihat beliau dari lantai 2, nggak sedekat ini, hehehe


Jujur se-jujur-jujurnya, rasanya ini kali pertama saya beneran excited datang kajian (Ya Allah maafin). Biasanya mah excited kalau mau nonton film atau konser, ini saya excited ke Masjid Istiqlal buat denger kuliah beliau (lumayanlah yaa, alhamdulillah ada kemajuan dikit). Dan rasanya ini kali pertama saya mengidolakan seorang ustad, sampai-sampai kemarin saya lihat beliau dari lantai 2 masjid yang segede gaban itu aja rasanya kena starstruck (hahaaa lebay). Tapi beneran deh, doa terbaik untuk beliau, semoga amal jariyah terus mengalir untuk beliau. Karena dengan izin Allah, saya yakin sekali ada banyak orang yang tergugah hatinya mengetahui keindahan Al-Quran. Bagi saya pribadi, setelah mendengar kuliah beliau, sekali lagi atas izin Allah, saya jadi sadar tentang hubungan saya dengan Al-Quran yang ternyata terlalu “seadanya”. Heff..istigfar banyak-banyak.

Kuliah Ustad Nouman yang selama ini saya dengar, selalu membahas soal Al Quran, begitupun kuliahnya kemarin, topiknya tentang “Reconnect With Al Quran”. Begini, sebelumnya saya mau menjelaskan dulu, apa yang akan saya tulis dibawah ini semata-mata karena 2 hal:
1. Saya merasa mendapat manfaat dari kuliah Ustad NAK kemarin
2. Kata Ustad “If you got benefit, you have to share it”.

Apa yang akan saya tulis adalah gabungan dari apa yang saya pahami dari kuliah beliau kemarin dan ditambah dengan refleksi yang saya dapat. Jadi mohon maaf sebelumnya, tidak sedikitpun bermaksud menggurui apalagi sok suci karena ampun deh ilmu agama saya juga masih cetek bangeeeet. Tapi saya pun yakin, setiap orang yang diberikan kemewahan ilmu maka dia punya kewajiban juga untuk berbagi, maka bismillah, tulisan ini adalah sarana saya membayar hutang tersebut. Selain itu, setiap orang yang menyaksikan kuliah beliau bisa mendapatkan insight yang berbeda-beda. Sederhana saja, itu semua terserah Allah yang punya ilmu, ilmu atau pemahaman mana yang mau Allah kasih ke hambanya J. Jadi bagi siapa saja yang juga datang ke kuliah beliau kemarin lalu membaca tulisan ini, sangat dipersilahkan untuk melengkapi atau memperbaiki informasi pada tulisan ini. Semoga jadi kebaikan untuk kita semua yaaa, Aammiin.   

Ketika kuliah sudah selesai, dosen sudah pergi tapi mahasiswa masih pengen nongkrong.
Anyway, saya pertama kali ke Istiqlal. Gede yaaa mesjidnyaa #anaknorak


Reconnect With Al-Quran. Yuk terhubung KEMBALI dengan Al-Quran

Saya ingin sekali menuliskan isi kajian Ustad Nouman Ali Khan (NAK) kemarin dengan runut sehingga semua yang ditakdirkan membaca tulisan ini juga dapat memahami kajian beliau dengan logika yang tepat. Tapi ternyata saya kesulitan menuliskannya :D. Jadi, saya merangkum dalam beberapa poin saja yaa. Ini adalah isi kajian Ustad Nouman yang paling bikin saya amazed:

1. Manusia membaca, mendengar, bahkan menghafal Al Quran, namun apakah hatinya sudah terhubungan dengan Quran? THIS IS A HUGEEE QUESTION. Makna reconnect with Al-Quran adalah mengembalikan koneksi hati dengan Quran, karena Al-Quran itu ya untuk hati manusia. Bingung gak? Pertama kali saya mendengarnya juga rasanya abstrak dan terbayang akan sulit. Dan benar saja, Ustad NAK bilang, menjaga koneksi hati dengan Quran itu bukan perkara mudah, melainkan menjadi masalah bagi semua manusia, dari mulai yang nggak bisa baca Quran sama sekali sampai seorang penghafal Quran sekalipun. Itulah mengapa manusia harus selalu berusaha untuk terhubung dengan Al-Quran. Usahanya harus terus menerus diulang supaya selalu ingat dengan Al-Quran dan terus terhubung. Sejujurnya, selama ini kayaknya saya nggak pernah memikirkan soal seberapa kuat koneksi saya dengan Al-Quran. Ya, saya ngaji, berusaha tilawah setiap hari walau masih suka bolong-bolong, berusaha baca terjemahannya juga walau masih suka sambil ngantuk, tapi selama ini nampaknya saya lupa bahwa seluruh aktifitas tersebut seharusnya dilakukan dengan kesadaran dan excitement, bukan sekedar menunaikan kewajiban karena yang saya baca itu adalah kalam Allah. 

Dalam pemahaman saya, kalau manusia sudah terkoneksi dengan Al-Quran maka manusia akan dapat menjalani kehidupannya dengan taat tanpa memilih dan memilah, atau lebih tepatnya lagi dengan ketakwaaan. Kenapa takwa harus saya jadikan target? Karena saya ingin masuk surga, untuk itu koneksi hati saya dengan Al-Quran harus terus menerus saya perjuangkan.

Kata Ustad NAK, semakin kita terkoneksi dengan Quran, maka kita akan semakin mudah mengambil keputusan yang baik (di mata Allah). Ini masuk akal banget sih, kalau udah terkoneksi dengan Al Quran, ya udah nggak ada lagi aturan lain yang berlaku di kehidupan selain Al Quran itu sendiri serta hadis. Bahkan Nabi Ibrahim aja pernah berdoa “Give me the strength to make good decision”. Masya Allah. Al-Quran juga cahaya bagi kehidupan manusia, dan manusia membutuhkan cahaya itu sepanjang hidupnya, bukan sekali dua kali doang. Hidup manusia akan gelap tanpa Quran.

2. Pernah nggak bener-bener mikirin Quran itu datangnya dari mana atau dari siapa? Saya sendiri juga suka nggak sadar kalau Al-Quran itu kalam Tuhan. Dan kalau lagi inget, rasanya merinding T_T. Al-Quran itu datang dari Allah Ar Rahman, dari Allah yang paling cinta sama kita.

Kalimat Ustad NAK ini beneran bikin saya merinding “Someone who loves you, who wrote to you.” 

Itulah sebabnya semakin kita terkoneksi dengan Quran, semakin juga Allah akan sayang sama kita. Terlebih lagi, Quran juga merupakan nasihat dan petunjuk yang datangnya dari Tuhan. Manusia biasanya nyari nasihat dari manusia lain yang dia percaya kan? Nah ini nasihat datangnya dari Allah yang paling tahu kita dan paling cinta sama kita, kurang apa lagi? Subhanallah. Petunjuk dari Quran juga datang dari Allah yang MAHA TAHU dan lagi-lagi PALING SAYANG SAMA MANUSIA, makanya udah seharusnya manusia itu nurut kalau dibilangin “do this, and don’t do that”. Satu lagi tentang Quran yang paling bikin adem untuk saya yang suka galau, Al-Quran juga selayaknya obat yang menyembuhkan (healing), melegakan semua perasaan negatif yang suka bikin sesak dada (perasaan sedih, marah, kekhawatiran, ketakutan, sebuuuut negative feeling lainnya). Koneksi hati dengan Al-Quran akan menyembuhkan.

3. Ketika kita punya koneksi dengan Al-Quran, kita akan sadar bahwa sesungguhnya Al-Quran itu bicara tentang kita.
“Quran is talking about YOU. It is not talking about Adam a.s, Isa a.s, or anyone else, BUT YOU. The Quran has story about YOU”. 

Subhanallah. Semakin kita terkoneksi dengan Quran, kita akan semakin sadar bahwa Quran itu tentang kitaaaa. Quran itu punya cerita buat kitaaaa. Bahkan ayat Alif-Lam-Mim yang selama ini kita nggak tau apa artinya aja punya makna untuk manusia, bahwa Allah-lah yang punya hak prerogatif untuk memutuskan apa yang bisa kita pahami dan apa yang tidak bisa. Ustad NAK mengucap sebuah doa yang bagi saya pribadi sangat penting biar nggak pusing sama dunia “God, teach me what I need to know, don’t make me obsessed with all that I dont need to know.” Yakinlah selalu bahwa Allah itu terhubung dengan kita

4. Quran dan doa adalah bentuk komunikasi dua arah. 
Quran = Allah speaks to you. 
Doa = You speak (connect) to Allah
Masya Allah. Menurut saya ini indah banget. Al-Quran pun isinya penuh dengan doa. Surat Al-Fatihah saja contohnya, surat yang minimal seorang Muslim baca 5x sehari juga isinya adalah doa. 

5. Nah poin yang ini, adalah pesan dari Ustad NAK bahwa jangan punya koneksi dengan Quran sendirian, tapi bagi-bagi karena bisa jadi koneksi orang lain dengan Quran itu terjadi karena kamu :). Beliau juga memberikan penekanan soal pelajarilah Al-Quran untuk diri sendiri karena pada intinya Al-Quran bicara tentang diri kita, dan ketika kita mendapatkan pengalaman baik karena koneksi yang kita rasakan, berbagilah dengan yang lain. Share something beautiful with people around you. Jadi bukannya malah menjadikan Quran sebagai sarana menyakiti orang lain (Ustad dengan sangat tegas bilang “Don’t hurt other people with Allah’s word”). Karena Allah aja Ar-Rahman. Mengutip kata-kata Ustad Nouman,

“Quran should bring mercy to people. Because of Quran you should be full of happiness, optimistic, overjoy, and positive. This Quran, is better than anything you collect in your life. Collect Quran in your heart.”

Bagian terakhir dari tulisan ini, saya ingin menyampaikan cara dari Ustad Nouman untuk meningkatkan level koneksi dengan Quran: dengar atau baca bagian tertentu dari Quran, dengarkan penjelasannya, ulang-ulang ayat tersebut setiap hari sehingga kita merasa terkoneksi dengan ayat tersebut (saya membayangkan analoginya seperti kalau kita lagi ngulang-ngulang nyanyiin bagian chorus dari sebuah lagu yang sering kita dengar, lama-lama lirik lagu itu jadi kepikiran terus). Yang penting setiap hari kita terkoneksi dengan ayat-ayat Quran, nggak perlu semuanya (saya nggak sanggup juga kayaknya, hehehe). Nah, setiap hari, coba tambah sedikit demi sedikit ayat yang kita baca dan tadaburi, Insya Allah koneksi kita dengan Quran akan semakin kuat.


Okeee itu saja yang bisa saya ceritakan. Kita doakan semoga in the near future Ustad Nouman Ali Khan bisa datang lagi ke Indonesia, atau kita dikasih jalan sama Allah untuk datang ke kajian Ustad NAK di belahan lain dunia ini. Sekali lagi apa yang saya tulis adalah apa yang saya pahami, tanpa bermaksud menggurui, hanya ingin berbagi dan semoga ada manfaatnya J

“Ushikum wa nafsiy bitaqwallah, aku menasehati kamu semua dan diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah.”

Stay positive yaaaa.


Salam,
Venessa Allia

P.S tulisan ini juga sebagai setoran #1minggu1cerita yang minggu ini punya topik soal “kembali”. Yuk kita kembalikan hati ke Quran :)
(bisa kan aku sambung-sambungin biar nyambung sama tema, mihihi)

Minggu, 15 April 2018

29 Tahun untuk 29 Hal


Dua puluh sembilan tahun. Waktu yang tidak sebentar.

Tapi perlu hingga 29 tahun untuk saya paham 29 hal tentang berbagai hal berikut ini...

... tentang kehidupan dunia:

1. Hidup dunia nggak bisa sempurna, sempurna itu adanya hanya di surga, makanya saya harus usaha dan minta surga sama Allah. Menariknya hidup di dunia adalah walaupun nggak sempurna, tapi ada banyaaak sekali hal baik.

2. Hidup adalah sesuatu yang sungguh sangat wajib disyukuri, tapi sering lupa saya lakukan. Terbiasa hidup ternyata membuat saya jadi tidak menghargai hidup saya, padahal hidup ini adalah rangkaian kesempatan dan harapan. Selagi masih hidup maka kesempatan dan harapan itu akan selalu ada. Kalau mati, yaudah kelar urusan (di dunia), siap-siap hadapi pengadilan akhir.

3. Agama itu bukan hal yang terpisah dari hidup. Agama saya adalah tuntunan hidup yang paling sempurna. Kalau hidup saya nggak bener, itu bukan karena tuntunannya yang salah, tapi sayanya yang payah.

4. Hidup itu rangkaian dari sabar dan syukur. Begitu terus hingga jatah umur ini habis.

5. Pasrah adalah cara paling logis untuk membuat hidup di dunia tetap waras.

... tentang rezeki:

6. Rezeki adalah segala sesuatu yang diberikan Allah.

7. Rezeki bukan gaji dan tidak berarti hak milik.

8. Rezeki sudah ditentukan kadarnya bahkan jauh lebih awal dari sejak manusia diciptakan. Rezeki harus diusahakan, bukan untuk mengejar nilai materinya, tapi demi mengejar pahala dan keberkahannya.

9. Rezeki itu banyak bentuknya. Jangan jadi sombong dan sempit dengan menyimpulkan bahwa rezeki itu hanya materi.

10. Rezeki itu bisa datang dan pergi dengan sangaat mudah. Belajar ikhlas dan menyadari bahwa sejatinya manusia itu tidak punya apa-apa.

... tentang diri saya:

11. Akhirnya saya sadar kalau selama ini saya terlalu banyak terlena oleh skenario-skenario hidup yang saya susun sendiri. Kenyataannya, banyak adjustment yang Tuhan berikan dalam setiap skenario saya dan sering membuat saya merinding sendiri kalau mengingatnya. Satu hal, semua adjustment-Nya itu baik.

12. Akhirnya saya sadar kalau ketakutan-ketakutan saya selama ini hanya terjadi di kepala saya sendiri. 

13. Akhirnya saya sadar kalau nyari ilmu agama itu penting banget, dan ketika berhasil memahami sedikiiit saja ilmunya, rasanya nikmat banget

14. Akhirnya saya sadar kalau umur itu beneran cuma soal angka deh hahaha. Tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan kedewasaan.

15. Akhirnya saya sadar kalau selain kesehatan, keluarga adalah karunia Tuhan yang paling berarti bagi saya. Keluarga adalah rumah saya, mimpi saya, dan ladang pahala bagi saya.

...tentang relationship:

16. Ternyata, salah satu kunci keberhasilan dalam hubungan antar manusia adalah memberi.

17. Ternyata, punya hubungan silaturahmi yang baik dengan mantan adalah hal yang biasa saja dan sudah semestinya (no further explanation needed). 

18. Ternyata, sebaik-baiknya sahabat itu yang bisa mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, yang bisa kasih warning sekaligus jadi rem saat berjalan sudah terlalu kencang, juga jadi dongkrak semangat saat stok energi positif lagi habis. Nah, kalau mereka bisa diajak ketawa bego bersama dan berbagi humor receh, itu adalah sebuah kelebihan yang juga sangat layak disyukuri (dan saya sangat beruntung punya sahabat-sahabat dengan paket lengkap seperti itu :*)

19. Ternyata, quality times bagi saya adalah bicara berjam-jam dengan orang (atau sekelompok orang) yang membuat saya nyaman, dengan topik obrolan yang tidak ada habisnya. I love the beauty of warm conversations. Bisa ngobrol nyaman dan nyambung sama orang lain adalah kualitas yang sangat saya hargai.

20. Dulu saya pikir perkara hati adalah perkara rumit, ternyata, perkara hati itu sederhana saja kok, ini cuma soal keputusan, dan sebagaimana sifat alami dari keputusan adalah selalu punya konsekuensi yang harus dinikmati :)

...tentang pekerjaan: 

21. Saya lebih suka kerja di ruangan dan di depan laptop dibandingkan harus ke lapangan (yaa tapi kalau tugas negara nyuruh saya ke lapangan sih saya nggak nolak juga, asal jangan lama-lama aja, hahaa). 

22. Saya lebih suka jadi generalist, dibanding specialist. Lebih suka tahu banyak hal dibanding going deep and detail in certain topic. Lebih suka melihat sesuatu secara makro dan bagaimana banyak elemen terkait satu sama lain daripada menguliti satu elemen saja. Itulah mengapa saya nggak pernah merasa cocok jadi microbiologist walaupun saya sarjana program studi mikrobiologi :D. 

23. Saya lebih suka menjadi ikan kecil dalam kolam yang besar, dibanding jadi ikan besar dalam kolam kecil (ini bukan soal mana yang lebih baik, ini hanya soal kesukaan).

19. Saya ingin menjadi penulis dan membayangkan suatu hari berkarir juga sebagai penulis. Walau saat ini naskah saya masih belum berhasil tembus penerbit, dan mau konsisten nulis #1minggu1cerita aja sampai keringet darah (hiperbol mode: on), tapi suatu hari dengan izin Allah, saya berharaaap sekali bisa melahirkan setidaknya sebuah buku yang dapat menjadi salah satu legacy saya di dunia ini (semua yang baca please bilang amin doooong)

20. Ternyata mencintai pekerjaan itu ada dalilnya di Quran. Bahkan pembahasan soal bekerja  itu harus dengan sebaik-baiknya, nggak boleh cuma asal-asalan aja, ada pembahasannya di Quran (QS Saba 10-11). Total masa kerja saya udah hampir 4 tahun, tapi baru tahu pelajaran penting ini minggu kemarin -__- (kemane aje looo). Saya tahu dari kajian Nouman Ali Khan ini, mindblowing
  
... tentang kebijakan energi di Indonesia (ditulis semata-mata karena saya sudah kehabisan ide harus nulis apa lagi :p)

26. Saya baru tahu kalau industri migas itu dibagi dua, ada hulu dan hilir. Hulu terdiri dari ekploitasi dan produksi, sementara hilir terdiri dari pengolahan, penyimpanan, tranportasi dan niaga.

27. Saya baru tahu kalau industri hulu migas itu ternyata sangaaat menarik. Hahaha beberapa bulan yang lalu saya kayaknya bodo amat sama isu yang satu ini (cuma sebatas tahu kalau kerja di oil and gas itu gajinya gede, haha sesempit itu pengetahuannya). Tapi setelah Allah menakdirkan saya masuk ESDM, saya jadi banyak belajar dan pelan-pelan tahu bahwa industri ini menyumbang pendapatan terbesar dari sektor non pajak untuk APBN. Ini industri yang sifatnya high technology, high capital dan pastinya high risk, tapi kalau berhasil juga jadi high profit, makanya untuk mengelolanya, negara butuh bekerja sama dengan pihak lain, termasuk investor asing. Kerja sama di sektor hulu migas diatur kontrak kerja sama, baik skema cost recovery atau gross split dan melibatkan banyak pemain. Dan akhirnya saya tahu apa fungsi dari SKK Migas, ahaha. Anyway semua info ini mungkin akan saya ketahui kalau saya rajin baca koran, tapi yaa emang dasar anaknya males baca koran jadi yang begini-begini baru ngerti sekarang.

28. Ternyata minyak mentah itu ada banyak macamnya, kirain crude oil itu sama-sama aja. Oh ternyata tidaaak. Lagi-lagi kebesaran Tuhan ya :).


... dan ini sebuah kesimpulan terakhir:

29. Semakin banyak yang saya sadari dan ketahui, juga membuat saya semakin yakin bahwa ilmu dan pemahaman saya itu nggak ada apa-apanya. Benar kalau ada yang bilang bahwa semakin manusia belajar, maka manusia akan semakin sadar kalau masih banyak hal yang belum diketahui. Itulah kenapa, manusia nggak boleh berhenti belajar, meminta ilmu dan petunjuk sama yang Maha Mengetahui, dan berdoa supaya ilmu yang dikaruniakan menjadi berkah untuk sebanyak-banyaknya orang. Ammiin.


Itulah 29 hal menarik versi on the spot, bukan, maksudnya versi Venessa Allia Aiman yang alhamdulillah baru-baru ini disampaikan ke usia 29 tahun. Semoga bertambahnya usia diiringi dengan bertambahnya manfaat, peranan, ilmu dan pemahaman baik yaa. Ammiinn.

Stay positive :) 


Salam,
Venessa Allia

P.S tulisan ini juga menyelamatkan saya dari tendangan admin #1minggu1cerita, hehehe. Maafin ya udah 5 minggu nggak setor tulisan *sungkem


Selasa, 27 Februari 2018

Hidup Tanpa Target

“Saat ini gue lagi di tahap nggak punya target apa-apa sih”

Kurang lebih, kalimat itulah yang saya ucapkan beberapa jam yang lalu dalam suatu obrolan bersama beberapa teman di meja makan. Entahlah, saya nggak tahu apa mungkin ini ciri-ciri penuaan yang membuat semangat berprestasi menyusut. Secara usia, umur saya masih muda, walau udah bukan abg sih, tapi terlepas dari ketidaktahuan saya soal jatah umur yang Tuhan kasih untuk saya, usia produktif saya juga masih panjang banget.

Achievement lock or unlock, rasanya sudah tidak terlalu penting lagi.

Yang terjadi adalah, in term of career, pendidikan dan pencapaian, saat ini ingin saya lepaskan semuanya. Bener-bener hidup untuk detik ini, menikmati apa yang ada di depan mata, mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan, tanpa terlalu merisaukan yang terjadi di kemudian hari. Berusaha memberikan yang terbaik untuk kondisi saat ini, bukan karena ingin yang lebih baik di masa depan, tapi karena sudah semestinya usaha terbaik itu dilakukan.

Keinginan seperti ini tentunya bukan serta-merta terasa, tapi hasil dari rangkaian kejadian yang sering membuat saya terkesima sendiri.

Apa yang dulu sekali pernah terbayang, benar-benar dikabulkan Tuhan setelah bahkan keinginan tersebut sudah saya kubur dalam.

Apa yang benar-benar saya harapkan dan doakan, tidak dikabulkan oleh Tuhan lewat cara dan jawaban yang manis.

Apa yang tidak pernah saya bayangkan, menjadi sesuatu yang benar-benar saya usahakan dan Tuhan kabulkan.

Pengalaman-pengalaman ini yang membuat saya jadi mikir, “Yaudahlah ya, apa yang ada sekarang, jalanin aja sebaik-baiknya, sambil didoain. Insya Allah jalan kebaikan akan terbuka, dan nanti juga akan tahu harus gimana”

Pikiran itu juga yang membuat saya nggak terlalu ngoyo lagi. Dari dulu udah ingin sekali berhenti sok tahu tentang apa yang paling baik untuk diri sendiri. Kayaknya baru sekarang bisa memahami apa itu pasrah, kenapa pasrah itu penting, dan bagaimana kepasrahan itu berhubungan langsung dengan ketenangan dan pertolongan Tuhan. Yah, memang ada hal-hal yang perlu proses panjang dulu sih baru bisa beneran paham.

Sekarang, kalau pun ada target, biarlah target itu menjadi rahasia saya bersama Tuhan. 

Ada satu lagi pemahaman baru yang Tuhan anugerahkan untuk saya, jika harus ada target dalam kehidupan yang sementara ini, targetnya haruslah besar dan abadi, dan target terbesar itu hanya satu: Surga. 
Untuk target yang satu ini, tanpa kompromi selama sisa hidup saya, saya harus memperjuangkannya, apapun caranya.

Stay positive ya J.

Salam,
Venessa Allia

P.S: Tulisan ini ditulis di salah satu kamar di Wisma PPSDM Aparatur (dulu disebut sebagai Pusdiklat Geologi), kenapa saya bisa ada disini juga bagian dari skenario Tuhan yang bikin saya terkesima. Nanti pada waktunya saya cerita yaah. 

Rabu, 10 Januari 2018

Yang Terpenting dari Yang Penting: IKHLAS

Print screen dari akun Instagram Aa Gym (bagian komentar sudah saya hapus). Caption-nya menohok saya :(


Tulisan ini berawal dari tulisan dan gambar yang di post oleh Aa Gym satu minggu yang lalu. Habis melihat tulisan ini saya terus menerus kepikiran. Caption yang ditulis Aa Gym bikin saya mikir,

"Jangan-jangan amalan yang saya lakukan selama ini niatnya bengkok semua. Lebih buruk lagi jangan-jangan niatnya karena pengen dilihat orang lain"

Istigfar...

Yang lebih bikin khawatir lagi, perkara kelurusan niat ini sifatnya halus bangeeet. Jadi takuuut amalan habis gara-gara di hati ada secuil niat riya. Ini bukan cuma perkara ibadah aja lho. Hal-hal dunia lainnya juga, termasuk aktivitas yang nampaknya udah biasa kayak post foto di Instagram atau menulis di blog, niatnya apa cobaaa? Apakah beneran semata-semata ingin berbagi informasi dan kebaikan? Atau ada secuil niat pengen kelihatan keren dan dipuji orang? Termasuk juga semua usaha saya untuk capek-capek sekolah, kerja, melakukan ini dan itu, niatnya apa? Masalahnya adalah saya bisa membuat pembenaran untuk diri saya dan orang lain, tapi Allah selalu tahu mana yang benar, Allah tidak bisa dibohongi.

Bahkan mau nulis tulisan ini aja saya beneran mikir dulu, perlu nggak ya hal ini ditulis di sini? Akhirnya setelah saya menyadari betul niat saya apa, baru saya berani nulis. 

Saya merasa akan sangat tidak lucu kalau amalan yang sudah dilakukan, ternyata habis tergerogoti niat yang tidak lurus. Nangis daraaaah.

Satu lagi yang masih sering menjadi pertanyaan bagi saya, kalau misalnya saya punya keinginan (sebuah keinginan yang konteksnya baik di mata saya), terus saya beramal dan berbuat baik dengan harapan semoga Allah mengabulkan keinginan saya, apakah bisa dikatakan niat saya belum lurus? Saya pernah dengar kajian di Youtube (semoga saya tidak salah tangkap informasi), katanya serendah-rendahnya niat adalah berharap dapat pahala dari Allah, dan itu boleh-boleh saja. Sekarang kalau niatnya dobel gitu boleh nggak ya? Berharap pahala dan supaya keinginan terkabul. Heff,  ini indikasi ilmu agama saya masih cetek banget.

Perkara ikhlas ini nampaknya menjadi sebuah exercise seumur hidup. God, please make it easy for me. Semoga Allah mudahkan untuk kita semua meluruskan niat dan merasakan kenikmatan ikhlas. Dan seperti doa Aa Gym, semoga bisa belajar bersama menjaga niat agar amal diterima Allah. Aamiin.


Stay positive yaaa.


Salam,
Venessa Allia





Jumat, 29 Desember 2017

Cerita Hanya Cerita

Akhirnya saya menulis lagi.
Setelah 2 minggu terakhir buka laptop aja rasanya malaas ampuuun (kecuali untuk aktifitas yang menghasilkan uang, HAHA). Hari ini saya niat keluar rumah, mencari tempat pewe untuk menulis, dan tahukah kawan apa yang terjadi? CHARGER LAPTOP GUE KETINGGALAN. Aseli kesyel! Untung baterai laptop masih penuh. Actually, setelah tadi dipakai untuk respon email penting (#sokpenting), yang mana bales emailnya musti disertai dengan attachment, yang mana lagi bikin attachment-nya teh (oke trilingual) musti mikir-baca-nulis, baterai laptop gue sekarang nyisa 50%.

Okeee, mari kita bercerita dengan sisa baterai yang ada. Karena kalau laptopnya keburu mati, saya berencana mau cabut nonton dan sampai rumah nanti, saya nggak yakin cukup rajin untuk buka laptop lagi.

Sekedar informasi, saat ini saya sedang berada di sebuah tempat cuci mobil di daerah BSD. Di daerah BSD ini saya sudah menemukan 2 tempat cuci mobil yang ada coffee shop-nya. Semuanya ajaaa di kopiin, tempat cuci mobil aja ada tempat ngopinya. Sebenarnya oke sih, jadi bisa nunggu mobil sambil produktif bekerja, ada wi-fi lagi. Tapi harga kopinya sudah 50% harga nyuci mobilnya (kopi kapitalis :p)

Oke jadi sekarang saya mau nulis apa? Plislah Venessa Allia kalau nulis di blog tuh kalau nggak bisa informatif, at least ada maknanyalah saeutik. Jangan rubish-rubish teuing (trilingual, again). Oke oke, sebenarnya ada 2 hal yang muter-muter di kepala saya minta ditulis,

1. Pandangan saya tentang film Ayat-Ayat Cinta 2
2. Baca ulang Harry Potter yang membuat saya semakin ingin menjadi pengajar.

Tentang Ayat-Ayat Cinta 2. Sudah pada nonton filmnya? Awalnya saya tidak ingin nulis review filmnya di blog pribadi karena merasa tidak perlu. Tapi, setelah membaca sebuah review film ini yang sangat viral (ada dua orang teman di dua grup berbeda yang share link-nya), saya jadi latah ingin bikin review juga, dengan sudut pandang yang jikalau tidak bisa disebut objektif (karena konon objektivitas adalah mitos), setidaknya lebih berimbanglah. Review film AAC2 yang viral tersebut dibuat penulis tersebut dengan sangaaat niat dan kocak (aseli kocak, tapi sekaligus jahat juga sih). Yah kritik penonton somehow memang kejam. Review yang ingin saya tulis tidak akan sepanjang dan seniat itu. Mungkin ini hanya short review (mengingat charger laptop ketinggalan juga), tapi semoga lebih halus ya. Ohiya, saya sengaja nggak mau ikut kasih link review film tersebut di sini, nanti artikelnya makin viral (terus gue iri, hahaha).

Saya tidak seantusias itu menantikan film Ayat-Ayat Cinta 2. Buat saya daya tarik film ini adalah Fedi Nuril semata (maapkan dangkalnya otak hamba). Waktu lihat trailernya, hmm biasa aja. Teman saya mengkritik adegan Fahri yang wefie sama Tatjana Saphira yang muncul di trailer, dan hal tersebut membuatnya malas nonton AAC2. Buat saya tidak masalah, selama yang jadi Fahrinya Fedi Nuril (woy!). Saya juga bukan penggemar film AAC1 yang pada saat itu banyak orang bilang filmnya bagus. Saya kurang tertarik dengan premisnya. Nonton filmnya waktu itu juga di TV (dan waktu itu saya belum sesuka itu sama Fedi Nuril-haha). Saya juga nggak baca bukunya, padahal katanya bukunya bagus. Genre cerita seperti AAC memang bukan favorit saya.

Pada akhirnya saya menonton film AAC2 juga karena merasa film ini film MAHAL, jadi nggak ada salahnya ditonton. Syuting di Scotland, pemainnya aktris premium semua (bukan, maksud saya bukan berarti mereka mantan bintang iklan Pertamina, maksud saya mereka aktris-aktris papan atas), dan soundtrack-nya aja dinyanyikan oleh 4 penyanyi mahal juga, sampai dibuatkan konsernya. Pokoknya marketing filmnya gila-gilaan (hormat MD Pictures). Jadi terpengaruh juga ingin nonton. Terus, mama saya juga ngajak nonton film ini. Jadi hayuklah kita nonton. Bareng kakak ipar saya yang sudah 3 tahun lebih nggak nonton bioskop karena sudah ada anak. Jadilah kita nonton bersama.

Saya masuk bioskop tanpa ada ekspektasi apa-apa. Keluar bioskop saya bingung.

Bingung hendak menyimpulkan apakah film ini film yang bagus atau tidak :).

Begini. Tidak ada karya yang sempurna, sepakat? Saya juga tidak bisa mengatakan film ini jelek, karena film ini terlihat digarap dengan niat kok. Pengambilan gambar dan tata musik yang dipakai bagus dan enjoyable. Banyak yang mengkritik penggunaan Bahasa Indonesia padahal ceritanya si Fahri ngajar di Scotland, buat saya itu faktor teknis dan bisa dimaafkan, karena filmnya akan tayang di Indonesia, jadi buat saya nggak masalah kalau beliau pakai Bahasa Indonesia.

Kelebihan film ini ada dari pesan yang ingin dibagi, dan menurut saya itu penting. Saya tipe penikmat film yang menilai lebih faktor "nilai" yang dibagi di film. Satu pesan penting yang saya dapat dari film ini adalah soal niat yang melandasi semua perbuatan baik. Apakah semua kebaikan Fahri selama ini sudah karena Allah, atau semata-mata pelariannya terhadap hilangnya Aisha? Apakah kepergian Aisha ke Gaza adalah murni karena Allah atau karena melarikan diri dari kekecewaannya setelah keguguran? Pesan ini tercermin dari dialog antara Fahri dan Misbah (Arie Untung). Silahkan nonton sendiri ya, saya nggak mau merusak pengalaman orang lain dengan menjadi spoiler. Mengingat ilmu ikhlas dan pasrah adalah memang ilmu tingkat tinggi yang harus dipelajari seumur hidup, pesan ini menurut saya sangat penting dan membuat saya sangat menghargai film ini. Pesan lain dari film ini tentu saja tentang berbuat baik kepada semua orang tanpa terkecuali, tapi rasanya ada banyak film yang cerita soal ini, jadi saya tidak menganggapnya terlalu istimewa.   

Kekurangan terbesar film ini menurut saya cuma satu: mengusik logika penonton :).
Apalagi kalau penontonnya logis perfeksionis :). Saya pernah diajarkan bahwa sefiksi-fiksinya cerita, tentunya ada pola sebab akibat dalam cerita yang perlu diperhatikan. Nah, saya sendiri menangkap ada setidaknya 2 hal besar dalam cerita AAC2 yang saya pertanyakan. Satu, tentang kelogisan solusi di ending (bikin mikir, "hah emang bisa yah kayak gitu?"). Dua, soal plot twist yang sebenarnya bagus dan menguatkan cerita, tapi juga bikin tanda tanya "kok bisa yaaa?" Sorry, penjelasannya rada-rada absurd, soalnya kalau dijelaskan secara gamblang, jadinya malah ngebocorin kisahnya, dan saya nggak mau melakukan itu. Silahkan tonton dan ambil kesimpulan sendiri :). Tapi lalu saya kepikiran, apakah pertanyaan-pertanyaan saya atau penonton lainnya ini tidak terpikir oleh pembuat film atau penulis cerita? Saya rasa mereka sudah memikirkannya juga, jadi pasti mereka punya alasan yang baik dengan membiarkan ceritanya tetap begini.

Hal lain lagi, saya terusik dengan bagian 'debat' Fahri, menurut saya terlalu berlebihan, jadi saya tidak aneh kalau bagian ini dihajar babak belur sama reviewer film di luar sana. Katanya sih bagian debat ini diceritakan lebih seru di bukunya, sayangnya saya tidak baca buku AAC, jadi murni hanya menilai film. Juga karakter Fahri yang luar biasa baik sekali, membuat saya bertanya-tanya adakah manusia di dunia nyata yang punya sifat sebaik itu? Tentunya selain Rasullah SAW. Tapi saya positive thinking, siapa tau memang ada, hanya saya saja yang belum diberi kesempatan untuk kenal orang tersebut. Wallahu a'lam.

Jadi kalau ditanya lagi apakah filmnya bagus, saya nggak bisa end up dengan satu jawaban singkat, saya harus bilang:
- Pemainnya bagus (Dewi Sandra terutama, aktingnya bagus. Dan yaaah faktor pemain utamanya semuanya eye candy gitu, cakep-cakep amaaaat)
- Soundtracknya bagus
- Settingnya bagus (bikin pengen kuliah di luar negeri)
- Pesan filmnya bagus
- Jalan ceritanya masih kurang oke karena ada pola sebab akibat yang tidak terjelaskan.

Saya pribadi jauh lebih suka film Surya Yang Tidak Dirindukan 2 daripada film ini. Karena SYTD2 punya cerita yang menarik, sederhana dan logis, dengan pesan yang dalam dan menyentuh. Tapi saya juga tetap bisa menikmati film AAC2 ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya (terlebih lagi film ini bisa membuat saya bergerak menulis review-nya, saya bohong kalau bilang film ini tidak berkesan).

Satu hal yang pasti film AAC2 ini: LAKU! (Congrats Pak Manoj, tapi lain kali modalin film yang setipe film festival dong pak, kayak Night Bus, saya pengen banget nonton film ini pak tapi filmnya kayaknya kurang promo dan cuma bentar banget di bioskop - curhat kali aja dibaca sama si bapake :p)        

Review ini ingin saya tutup dengan kesadaran bahwa terlepas dari apapun komentar saya tentang film ini, saya masih tidak yakin bahwa saya dapat membuat sebuah cerita yang lebih baik dari cerita AAC ini. Paling enak memang nulis tentang karya orang lain, bisa bebas lepas (in the name of freedom of speech), tapi tetap saja, menurut saya penting untuk menahan diri dari komentar yang menyakiti orang-orang yang sudah susah payah membuat karya. Jadi inget, saya pernah bikin review tentang film (atau sinetron ya, rada lupa) 'Ketika Cinta Bertasbih', tapi tulisannya akhirnya saya hapus karena saya sadar tulisannya kurang baik (lalu beberapa tahun kemudian saya ditakdirkan kenal dengan salah satu pemain filmnya, dan orangnya baiiiik banget, bikin makin nggak enak kalau inget review itu lagi).

Saya pernah coba bikin cerita fiksi dan susah booook (soklah cobain). Saya jadi semakin salut sama siapa pun orang yang sudah berani mempublikasikan karyanya, karena itu membuktikan keberanian mereka. Keberanian dalam menerima sambutan orang lain, positif dan negatif, sambutan netijen ibu peri atau netijen tukang julid, penonton perfeksionis atau yang less-detail-high-tolerance. Siap-siap telen aja komennya (#mentaljuara).

Wow sudah cukup panjang ternyata tulisannya. Baterai laptop masih ada 30% sih tapi saya harus cabut sekarang, hehehe.
Tulisan selanjutnya saya ingin berbagi cerita soal obrolan singkat dengan dosen pembimbing s2 saya dulu dan pengalaman baca ulang Harry Potter 3 yang membuat saya semakin menghargai profesi pengajar.

Terimakasih sudah membaca tulisan saya yang intinya sih cuma ingin cerita, hihi.
Stay positive yaaa.

Salam,
Venessa Allia

P.S. Febuari cepetan datang dooong, pengen mulai kerja lagi (awas aja nanti kalau udah mulai kerja malah begging pengen cuti -__-).

Rabu, 13 Desember 2017

Literally "Me Time": Nonton di CGV Gold Class

"Ini baru namanya me time. Bener-bener me time . Literally "me time", karena nyaris emang cuma gue doang."


Senin, 4 Desember kemarin, gue nganter mama ngambil paspor di kantor imigrasi Tangerang Selatan, dan setelah itu, kita berencana nonton bareng. Gue kangen bioskop aseli! Udah sampai di Teras Kota BSD, eh mama dadakan sakit perut, jadi males nonton dan pengen pulang aja. Mungkin karena tidak ingin memupuskan keinginan anaknya yang udah ngebet pengen nonton, mama nyuruh gue tetep nonton aja, tapi minta dipesenin GoJek buat nganter ke rumah kakak gue yang masih di daerah BSD. Yaudah deh habis memastikan nyokap naik GoJek dengan selamat, gue langsung ke CGV dan beli tiket. Gue memilih nonton Murder On The Orient Express karena penasaran pengen bandingin filmnya Sherlock Holmes sama Poirot bagusan mana, hehe.

Ternyata jam terdekat untuk film ini adanya cuma yang Gold Class, kalau mau nonton yang reguler gue harus nunggu sekitar 1,5 jam. Males kan? Gue tanya ke abang CGV berapa harga tiket Gold Class. Katanya Rp 60.000. Gue mikir, kalau gue nunggu 1,5 jam demi nonton di studio reguler yang lebih murah, resikonya adalah telat ashar dan besar kemungkinan gue ngeluarin duit buat menunggu, jadi batal hemat dong. Lagipula gue belum pernah juga nonton di Gold Class. Yaudah for the sake of buying experience dan demi efisiensi waktu, gue beli tiket nonton Murder On The Orient Express di Gold Class.

Kejutannya adalah saat gue udah beli, gue baru tahu kalau yang beli tiket baru gue doang, hahaha.
Jadi gue terancam nonton sendiri di studio yang gelap, dingin dan luas. Rada merinding sih, karena walaupun bukan film horor tapi ini kan film tentang pembunuhan. Masalahnya gue tidak punya opsi untuk batal jadi yaudahlah hajar aja. Kata si abang CGV sih filmnya bagus jadi biasanya nanti ada yang beli tiket lagi.

Faktanya, hingga film berakhir, studio sebesar itu hanya diisi oleh 3 orang tidak dikenal yang sama-sama nonton sendirian. 

Cerita sedikit, beberapa teman gue tidak bisa memahami apa enaknya nonton film sendirian. Kalau gue sih logis aja anaknya, kalau mau nonton suatu film tapi nggak ada yang bisa nemenin, masa harus jadi batal nonton. Lagian bukannya saat nonton kita akan fokus pada filmnya ya? Nggak enaknya nonton sendiri adalah setelah film itu habis, nggak ada partner untuk membahas isi film yang baru ditonton bersama. Tapi enaknya adalah bisa nonton film dengan sangat fokus, nggak ada yang ngajak ngobrol dan beli tiket untuk 1 orang itu jauh lebih mudah walaupun nyarinya udah injury time. Gue masih inget, film pertama yang gue tonton sendiri di bioskop adalah Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2, gue nonton di TSM Bandung, posisinya kalau nggak salah di kursi ujung kanan baris kedua paling bawah. Itu adalah sisa kursi yang tersedia saat gue sampai di depan mbak XXI. Saat itu tahun 2011, gue dan teman-teman gue sedang tugas akhir, kita susah banget ngatur waktu untuk nonton bareng, sementara film tersebut sudah sangat gue nantikan. Jadi yaudahlah daripada lama nungguin orang gue nekat aja ke TSM cari tiket dan dengan mudah mendapatkan satu tiket walaupun posisinya kurang ergonomis, tapi gue bahagia. Itulah kali pertama gue me time dengan nonton sendirian di bioskop.

Balik lagi soal me time nonton di CGV Gold Class. Satu kata: Nyaman! (yaiyalah 60 rebuuuuu). Sofanya empuk banget dan karena gue anaknya norak sama udara dingin, gue suka banget dapet selimut. Terus dikasih meja kecil gitu, jadi nggak rempong kalau mau menyimpan makanan.

Untuk selanjutnya, gue akan tetap lebih memilih nonton di studio reguler sih, karena bagi gue nonton film itu tentang menikmati filmnya, bukan soal kenyamanan tempatnya. Tapiiii sekali-sekali nonton di tempat yang lebih premium, sangat layak dicoba loooh. Asal jangan sampai saking nyamannya malah jadi ketiduran yah, rugiiiiiii.

Me time itu banyak caranya. Nggak harus keluar rumah atau menghabiskan banyak uang. Menurut gue, me time adalah suatu aktivitas untuk menjaga diri tetap waras, gembira dan mengisi kembali tangki emosi dengan perasaan positif. Karena tujuannya sudah berkaitan dengan perasaan, jadi me time tuh urusan hati juga sih. Mau apapun aktivitas me time-nya, kalau ujungnya malah jadi bete, ya gagal me time namanya.  Contoh sederhanya gini, bagi gue leyeh-leyeh di sofa sambil ganti-ganti channel TV  adalah me time, tapi kalau saat nonton TV tersebut gue ngelihat berita kriminal atau gosip nggak penting yang malah mereduksi energi positif gue, yang ada gue malah kesel, artinya gue gagal me time. Satu lagi yang menurut gue penting, apapun caranya, me time tidak akan efektif jika selama aktivitas pikiran kita melalang buana ke tempat lain (mikirin kerjaan, mikirin keluarga, mikirin pasangan, mikirin tesis, mikirin utang, you name it). Me time adalah tentang hadir sepenuhnya di waktu saat ini, menikmati kehadiran diri sendiri, dan bersyukur dengan apapun yang dimiliki. Jadi biar me time-nya sukses, semua problematika kehidupannya, semua ambisinya, semua kerisauannya (again..you name it) ditinggalin dulu aja yaaa. 

Tulisan di dinding CGV Teras Kota. So deeep.

Gue percaya bahwa setiap manusia butuh waktu sejenak untuk dirinya sendiri. Sekali lagi bentuknya bisa apapun juga. Yang penting pada saat itu hadirlah 100% untuk diri sendiri. Jika kamu beruntung, saat itu pula kamu akan merasa tidak pernah benar-benar sendiri. Selalu ada Tuhan yang menemani.

Tiba-tiba kepikiran, seharusnya sholat tuh jadi aktivitas me time yang "paling me time" yaaaa. Ternyata muslim tuh udah dikasih kesempatan me time tiap hari minimal 5x lagi. Asal waktu sholat pikirannya nggak melalang buana ke tempat lain (mikirin kerjaan, mikirin keluarga, mikirin pasangan, mikirin tesis, mikirin utang, you name it). Hiks, PR besar gue ini :((. 

Okee, cukup untuk cerita hari ini. Stay positive yaaa!


Salam,
Venessa Allia.

Notes: Tulisan ini sebenarnya untuk disetor ke 1minggu1cerita yang untuk awal bulan Desember ini mengambil tema Me Time, tapiiii harusnya gue setornya minggu kemarin. Hadoooh.
 

Senin, 20 November 2017

Si Penggemar Talent Show: 5 Penampilan Favorit di The Voice Kids Indonesia

Banyak orang penggemar serial Game of Throne. Lebih banyak lagi yang suka nonton serial Korea.
Beberapa orang pecinta drama TV di Indosiar. Cukup banyak orang tidak suka nonton TV sama sekali. Saya tidak termasuk di antara keempat populasi tersebut, karena kalau saya sih penggemar ajang pencarian bakat alias Talent Show. Yeaay.

Sebagai penggemar acara ‘Talent Show’ di TV, saya sudah mengikuti beberapa acara dari SMP sampai sekarang. American Idol, Indonesian Idol, Akademi Fantasi Indosiar (ngaku deh, dulu juga pasti kamu doyan juga nonton ini :p), hingga yang terakhir-terakhir ini yaitu Master Chef USA, The Voice USA, America’s Got Talent, XFactor Indonesia, The Voice Indonesia, dan  The Voice Kids Indonesia. Yap, saya nggak cuma nonton Talent Show punya Amerika aja, bakat lokal Indonesia juga saya ikuti. Saking sukanya, bahkan saya rela buang kuota hanya untuk menonton acara tersebut di Youtube jika tidak sempat nonton di TV. Bahkan jika ada penampilan yang saya suka, saya akan dengan senang hati mengulang-ngulang penampilan mereka, sampai saya bosan.

Dari semua ajang pencarian bakat, menurut saya The Voice punya mekanisme pemilihan yang paling bagus. Blind Audition menurut saya cukup adil untuk menilai peserta pertama kali berdasarkan kualitas vokal, bukan faktor lainnya. Tahapan Battle Round yang dilengkapi dengan mekanisme ‘steal’ juga seru banget. Point plus plus plus buat The Voice America karena juri-jurinya seru-seru, komentarnya kreatif, nggak basi, dan nggak berlebihan. Juga tentu saja keberadaan Adam Levine disana membuat saya semakin suka acara ini, hihihi. Bumbu-bumbu berantemnya Blake Shelton Vs Adam Levine juga kocak banget. Juri-juri ceweknya juga menarik dan bisa kocak juga. Juri cewek favorit saya pastinya Christina Aguilera.
Team #Xtina
Source: http://www.billboard.com/articles/news/6890885/the-voice-recap-season-10-christina-aguilera-returns

 Perfectly engineered!


Khusus untuk tulisan hari ini, saya ingin merekomendasikan beberapa penampilan The Voice yang menurut standar saya, termasuk bagus. Parameter bagusnya yaitu (1) Saya bisa ngulang-ngulang nonton videonya di Yotube dan nggak pernah bosen, (2) Lagu yang dibawakan bukan lagu yang saya biasa dengar, tapi gara-gara penampilan mereka, saya jadi suka. Dan karena ini berdasarkan kesukaan pribadi, jadi tentu saja sifatnya relatif dan subjektif :). Nah tapi, saya bukan akan merekomendasikan penampilan The Voice dewasa, melainkan penampilan The Voice Kids Indonesia. Yeeeeay! #supportlocaltalent #supportyoungtalent

Anak-anak-kecil-tapi-nggak-kecil-kecil-amat ini menurut saya layak di apresiasi. Untuk ikut The Voice Kids Indonesia, umur si anak maksimal 14 tahun. Nah kalau lagi nonton mereka, saya kadang ngebatin, umur 14 tahun dulu saya ngapain aja ya? Hmm, dulu saya jadi anak OSIS sekaligus Pramuka sih, tapi itu kan nggak bisa disebut prestasi juga. Saya bukan hanya mengagumi kemampuan mereka dalam bernyanyi, tapi lebih daripada itu saya mengagumi keberanian mereka menaklukan panggung, tatapan mata banyak penonton, hujatan netijen (ini sengaja nulis pake ‘j’) di YouTube yang tidak bisa berkomentar dengan santun, serta feedback dari para juri. Walaupun juri-jurinya (Agnez Mo, Bebi Romeo, dan Tulus) juga sudah sangat baik merekayasa feedback mereka sedemikian rupa agar komentar yang diberikan tetap enak didengar, tapi ’nyawa’ komentar tidaklah selalu yang bagus-bagus, kritik membangun juga diberikan dan memang dibutuhkan sih. Melihat mereka yang dengan senang hati tampil di layar kaca dan harus menerima komentar dari banyak orang, membuat saya juga belajar soal keberanian.
  
Tapi ada beberapa hal juga sih yang membuat saya kadang malas nonton acara ini, atau kalau ada bagian yang saya nggak suka ini, biasanya saya ganti channel nonton yang lain dulu. Pertama, saya paling males kalau lihat anak-anak ini bertingkah atau berbicara kayak orang dewasa. Aduuh, anak umur 12 tahun itu sebaiknya bersikaplah seperti anak 12 tahun, jangan kayak mbak-mbak 22 tahun. Yang kedua adalah pemilihan lagu. Begini, saya masih bisa terima kalau mereka menyanyikan lagu orang dewasa, karena mungkin melalui lagu-lagu orang dewasa yang variatif, mereka lebih dapat mengeksplorasi bakat mereka. Tapi yaaa alangkah jauh lebih baik kalau lirik lagunya diedit dikit laaah. Geli banget ngeliat peserta The Voice Kids, cowok yang usianya paling sekitar 13-14 tahun, bernyanyi lagu Akad dengan lirik asli “Sudikah kau menjadi istriku?” Suaranya sih bagus, tapi lagunya jadi berasa 'salah'. Kemarin ada peserta yang nyanyi lagu You Oughta Know  milik Alanis Morissette, untungnya lirik-lirik yang bahaya dalam lagu tersebut sudah diedit. Terus sebaiknya ada –lagu-lagu yang dilarang sama sekali, kayak lagu Ed Sheeran yang Shape of You. Itu lagu udah nggak mungkin juga diedit liriknya, mending dilarang sama sekali.

Oke, jadi ini 5 penampilan favorit saya dari The Voice Kids Indonesia season 1 dan 2. Urutan di bawah ini tidak menunjukan rangking. Kelimanya saya suka, tidak ada yang lebih disukai dari yang lain. Untuk adik-adik ini, menjadi apapun mereka ketika dewasa, semoga selalu menjadi sumber inspirasi dan kebaikan bagi banyak orang.

Dalilah - Bawalah Cintaku. Alasan menyukai penampilan ini: Dalilah punya suaranya unik, karakter suaranya kuat. Saya jadi suka lagu ini gara-gara dia. Dan walaupun ini ajang The Voice, bukan The Face, tapi tak bisa dipungkiri kalau dia sangat cute


Nabila - Tiba-Tiba Cinta Datang. Alasan menyukai penampilan ini: Selain suaranya bagus, tapi Nabila bisa membawakan lagu ini dengan gestur dan dinamika yang pas. Setuju dengan komentar Coach Bebi, anak ini tau bagaimana cara menyanyikan lagunya. Saya malah lebih suka versi dia daripada versi aslinya.

Michelle, Nitya, Carissa - Domino. Alasan menyukai penampilan ini: Nah battle ini seru karena ketiganya menonjol dengan kelebihan masing-masing. Yang paling mencuri perhatian adalah Michelle, suara dan cara bernyanyinya udah kayak penyanyi pro. Hebat!

Chiko - Back At One. Alasan menyukai penampilan ini: Terlepas dari pelafalan lirik Bahasa Inggris yang masih belum sempurna, tapi anak ini punya suara emas. Beberapa tahun lagi, kalau dia tetap konsisten bernyanyi, nampaknya dia bisa menjadi bintang dan bikin para ABG jerit-jerit. 

Glory - Changing. Alasan menyukai penampilan ini: Anak ini cool banget, dan kelihatannya punya good personality (nggak kenal sih, cuma nebak saja, hehe)!! Ngeliat dia bikin jadi inget sama Grace Vanderwall, pemenang America's Got Talent 2016. Glory punya suara bening, gaya natural, dan pintar memilih lagu karena sudah membawakan lagunya Abang John Mayer. 

Yap! Itu adalah kelima penampilan favorit saya di The Voice Kids Indonesia yang hingga sekarang masih suka saya tonton kalau lagi bosan. Tapi, dari seluruh bakat yang pernah saya tonton di berbagai acara Talent Show, ada satu penyayi yang menurut saya sangat-sangat-sangat luar biasa. Namanya Mandy Harvey dari ajang America’s Got Talent. Yang membuat Mandy sangat menarik, bahkan mendapat Golden Buzzer dari Simon Cowell  (sebuah mekanisme di ajang America’s Got Talent dimana peserta dengan Golden Buzzer dapat lolos langsung ke babak berikutnya), bukan hanya suaranya yang lembut dan kemampuannya dalam menciptakan lagu, tapi juga pengalaman hidupnya yang dapat memberikan siapapun juga pelajaran berharga. Saya yakin Simon juga kagum banget  sama bakat musik Mandy yang tetap saja bersinar walaupun dia telah kehilangan kemampuan pendengarannya. Yeah, she is a deaf singer. I really recommend you to watch this: 

Menonton penampilan Mandy, membuat saya menyaksikan (lagi, dan lagi) kebesaran Tuhan. Allah Maha Besar.


OKE! Cukup dulu ya cerita hari ini. Ohiya, tulisan hari ini adalah tulisan pertama saya setelah bergabung dalam komunitas #1minggu1cerita. Semoga walaupun capek, sibuk, lagi PMS, lagi sakit atau dalam kondisi bagaimanapun juga saya tetap konsisten untuk berbagi setidaknya 1 cerita setiap minggu. Lebih penting lagi semoga dalam setiap cerita, ada setidaknya 1 saja kebaikan yang bisa diambil.

Semoga bermanfaat. Stay positive yaaa.


Salam,
Venessa Allia

P.S: Ini media sosialnya #1minggu1cerita. Kamu bisa dapat banyaak sekali inspirasi dan semangat menulis disini:
Twitter: @1mg1cerita
Grup Facebook: https://www.facebook.com/groups/1minggu1ceritaKita/
Instagram @1minggu1cerita
Web: 1minggu1cerita.com

Jumat, 10 November 2017

Waktu Yang Tepat

Lo percaya nggak sama yang disebut ‘waktu yang tepat’? Gue percaya. 

Tulisan ini akan menjadi tulisan yang cukup panjang. Tapi semoga tidak membuang-buang waktu bagi siapa saja yang sudah sudi mampir (lagi) ke blog ini. Jadi ceritanya gini…

Dari kecil gue suka nulis diary. Tidak konsisten setiap hari atau setiap minggu sih (tuh kan dari kecil gue tuh udah punya masalah sama namanya konsistensi, persistensi, dan istiqomah), tapi kalau ada peristiwa penting dalam hidup gue, misal dibeliin sepatu baru, dikasih coklat sama cowok (anak kecil banyak gayaaa), atau sehabis terima rapot, biasanya peristiwa-peristiwa tersebut akan gue tulis dalam diary. Hobi ini berlanjut sampai gue SMP, tapi entah apa sebabnya berhenti saat SMA. Lalu kemudian saat kuliah, teman gue, Hawa, mengenalkan gue dengan blognya Raditya Dika, hingga akhirnya blog ini menjadi bacaan yang kala itu tidak pernah gue lewatkan. Karena sering baca blog orang, dan terinspirasi dari Hawa yang udah punya blog sendiri, gue pun akhirnya latah bikin blog juga. Blog pertama gue lahir sekitar tahun 2009, judulnya alwayshappyvenesssa.wordpress.com (silahkan dicari, siapa tahu ada yang curious labilnya gue jaman kuliah macam apa, hihihi). Mau tau nggak inspirasi judul blognya gue dapat dari mana? Gue inget dulu pernah ada isu panas soal terbitnya majalah Playboy Indonesia. Edisi pertama majalah tersebut menampilkan Andhara Early dengan headline Always Happy Early. Hahaha entah kenapa menurut gue judul headline-nya keren jadi gue contek sebagai judul blog (judul headline-nya loh yaaa, bukan majalahnya). Adanya blog ini membuat gue resmi melabeli diri sendiri sebagai seorang blogger.

Walaupun waktu kecil gue bukan penulis diary yang konsisten, ternyata di masa-masa awal menulis blog, gue cukup rajin loh. Setelah gue tengok lagi blog lama gue, ternyata selama 14 bulan, gue berhasil mempublikasikan 52 tulisan. Jadi sekitar 3-4 tulisan per bulan, alias hampir seminggu sekali gue nulis. Lumayanlah yaaa (apalagi kalau lihat frekuensi blogging sekarang yang makin… ah sudahlah). Jadi, intinya adalah gue sangat menikmati aktivitas menulis di blog, hingga gue sadar kalau ternyata hobi gue yang sebenarnya adalah menulis, bukan membaca. Dan sebagaimana banyak sekali orang di muka bumi ini yang hobi menulis dan ingin menerbitkan buku, gue pun sama. Menulis buku menjadi salah satu mimpi yang pernah gue tulis di dream board gue pada tahun 2011.

Lalu setelah mimpi itu tertulis, apa yang lantas gue lakukan untuk mewujudkan mimpi itu? Jawabannya adalah.. tidak ada, kecuali nulis di blog kalau lagi ada mood dan ide, tanpa paksaan, tanpa dorongan, semua murni gue lakukan ketika gue ingin. Alhasil yang terjadi adalah konsistensi menulis semakin menurun. Semakin banyak hal yang terjadi dalam hidup gue sehingga gue lupa, malas atau terlalu lelah untuk menulis lagi. Kalau kata penulis favorit gue, Kang Adhitya Mulya, life happens. Selama 6 tahun mimpi menulis buku menjadi mimpi kosong yang tidak pernah serius diikhtiarkan.

Hingga ‘waktu yang tepat’ itu tiba, akhir Agustus lalu. Supaya singkat, gue akan menceritakan kronologi kejadiannya menggunakan diagram alir (ala-ala) sebagai berikut:

Juli 2017 alhamdulillah gue wisuda S2 à Oktober 2017 gue fokus banget nyari kerja, satu bulan itu gue menjalani proses rekrutmen di 3 perusahaan berbeda: 1 BUMN, 1 start-up sociopreneur, 1 perusahaan retail fashion Eropa (yang mana udah gue kecengin dari lama karena perusahaan ini punya sustainability commitment yang serius banget) à Akhir Agustus gue harus menghadapi kenyataan bahwa gue ditolak di ketiga perusahaan tersebut à Gue sedih (of course), tapi gue tahu kalau kejadian seperti ini bukanlah resiko yang tidak terprediksi ketika gue dahulu memutuskan resign, jadi ya sabar aja, sambil berusaha lagià Gue mikir, kalau kegiatan gue cuma fokus apply kerja doang, yang ada gue bakal sinting karena bosan, mau bagaimanapun juga proses rekrutmen itu butuh waktu dan kesabaran à Gue harus mencari kegiatan lainnya à Gue ikutan Mentoring Menulis Online dengan tekad dalam 30 hari naskah buku gue akan jadi.

Yeah, waktunya tiba. Gue punya waktu, energi dan terpenting lagi tekad, untuk mewujudkan sebuah niat baik yang dulu pernah gue tulis.

Sekilas tentang Mentoring Menulis Online (MMO)

Jadi, MMO adalah sebuah program yang dikelola oleh Inspirator Academy, milik Mas Brili Agung (satu lagi orang yang gue ketahui sangat ambisius, in positive way, dengan mimpi luar biasa besar). Program ini menggaransi bahwa setiap mentee akan dapat menyelesaikan naskah bukunya dalam 30 hari, tentu saja jika mentee tersebut mengikuti sistem yang sudah didesain sedemikian rupa. Gue pertama kali denger MMO dari Teh Dian, temen di Siaware, dia berhasil menerbitkan bukunya setelah ikut program ini. Gue beli dan baca bukunya juga. Dari Teh Dian gue tahu kalau ternyata di Indonesia ini ada loh program semacam MMO ini untuk orang-orang yang punya mimpi pengen jadi penulis. Nah, masalahnya informasi soal MMO pertama kali gue dengar ketika gue lagi ribet banget nyelesaiin tesis, jadi saat itu gue cuma simpan infonya dengan label “very nice information”, tanpa ada rencana untuk mengikutinya dalam waktu dekat. Hingga suatu hari gue tahu kalau satu lagi temen gue ikutan MMO: Yosay. Yosay temen gue dari S1 dan masih sering ngobrol sama gue hingga saat ini. Yah emang udah takdir Allah, saat bulan Agustus gue mengalami kepusingan hidup, gue tiba-tiba terpikir untuk ikutan MMO ini. Gue hobi menulis, punya waktu, dan memang ingin bikin buku. Kurang cocok apalagi? Gue langsung chat Yosay dan nanya-nanya soal programnya. Singkat cerita, tanggal 1 September gue mulai kelas pertama gue. Lebih dari itu, gue mulai lembar pertama buku gue. 

Tiga puluh hari kemudian, draft novel ini jadi, walau belum di edit dan revisi. Bukan satu bulan yang mudah. Di satu minggu pertama saja gue sudah kepikiran untuk berhenti karena gue berhadapan pada kondisi yang super tidak nyaman yaitu 'dipaksa menulis'. Apalagi waktu itu kondisinya gue baru bayar DP 50%, jadi ada bisikan setan yang mengatakan "Nggak rugi-rugi amatlaaah, udah keluar ajaa." Ohiya satu lagi, di minggu pertama setiap mentee diminta mendeklarasikan komitmennya dan mengajak sebanyak-banyak orang untuk foto bersama dengan tulisan deklarasi komitmen tersebut, serta mempublikasikannya di media sosial. Duh beneran deh, gue paliiing males melakukan hal seperti itu. Tapi gue tahu tugas tersebut memiliki tujuan baik, jadi akhirnya gue lakukan juga, bahkan abang gojek pun gue ajak foto bersama (haha euweuh talent deui). Nggak tanggung-tanggung gue declare kalau bukunya akan menjadi best seller, padahal saat itu mau bikin cerita yang seperti apa juga gue masih bingung. Yaaa, tapi kalau mimpi kan katanya nggak boleh tanggung-tanggung, jadi silahkan bermimpi besar :). Siapa tau doa ini dikabulkan Allah. 


Gue dan Mama. Mama yang mungkin sering bingung dengan keputusan-keputusan yang gue ambil, tapi selalu merestui <3 .="" td="">

Pada akhirnya gue membulatkan niat mengikuti MMO. Gue sempet solat istikharah dulu loh sebelum membulatkan keputusan, soalnya sempet galau mau lanjut atau nggak (tau sendirilah, labil is my middle name, hihi). Lalu gue merasa diberikan petunjuk ketika setelah satu minggu, gue dipilih menjadi mentee terbaik minggu pertama untuk kategori fiksi. Alhamdulillah, gue jadi lebih percaya diri dan berpikir "Hmm mungkin memang sekarang waktu yang paling tepat untuk mengikuti program ini, yaudah deh terusin aja apapun resikonya."  

Setelah 30 hari masa penyelesaian naskah, gue masuk ke tahap revisi dan editing. Targetnya adalah naskah akhir selesai sebelum tanggal kunjungan ke penerbit. Kurang lebih 3 minggu waktu yang gue butuhkan untuk ngebut merevisi naskah, termasuk waktu jeda sejenak, nggak buka naskah sama sekali, semata-mata untuk mengendapkan pikiran dan biar tetap waras, hahaha.  

Naskah novel pertama, ciyeeee!

Kayaknya bener deh kalau manusia itu harus hati-hati dengan apapun yang ditulis, karena beneran (seizin Allah) bisa jadi kenyataan, walau mungkin dengan sedikit penyesuaian yang lebih baik menurut Allah. Ini kedua kalinya gue mengalami hal yang seperti itu. Pertama waktu SMA, gue kepengen banget masuk TL ITB. Buku tulis waktu gue kelas 3 SMA, biasanya gue kasih tanda tangan terus gue tulis di bawahnya TL ITB 2007 atau FTSL ITB 2007. Singkat cerita, tahun 2007 gue beneran kuliah di ITB, masuk SITH, sebuah takdir yang amat sangat gue syukuri. Lalu hidup mengalir panjaaaaaang, gue melangkah ke mana-mana dulu hingga akhirnya tahun 2015 gue beneran loh kuliah di TL sebagai mahasiswa S2. Perkara nulis buku ini juga sama. Tahun 2011 gue tulis di dream board bahwa gue ingin menulis buku. Lalu sekali lagi hidup terus berjalan hingga mungkin gue sempat lupa pernah memimpikan hal ini. Butuh waktu lebih dari 6 tahun, hingga akhirnya Oktober 2017, naskah buku gue jadi juga. Mungkin buat siapapun yang mendengar pengalaman ini, rasanya akan biasa aja, tapi bagi gue yang menjalani sendiri, ini adalah hal luar biasa. Rasanya kayak bener-bener merasakan ‘campur tangan’ Tuhan dalam hidup. Yah, Tuhan memang Maha Besar, tidak ada keraguan. Tidak semua orang juga dapat merasakan kemewahan seperti ini, gue sangat beruntung dan harus lebih banyak bersyukur.

Buku ini memang belum pasti diterbitkan oleh penerbit mayor. Program MMO membantu peserta untuk menyelesaikan naskah, tapi perkara naskah tersebut dapat diterbitkan di penerbit mayor atau tidak, itu tergantung penerbit, kekuatan naskah dan niat penulis itu sendiri. Salah satu kelebihan program MMO ini adalah adanya kunjungan ke penerbit sehingga dapat memfasilitasi setiap pesertanya untuk bertemu langsung dengan editor di penerbitan yang besar dan menyerahkan naskahnya secara langsung. Akhir Oktober kemarin, gue kunjungan ke Penerbit Republika yang selama ini sudah menerbitkan buku-buku Tere Liye favorit gue. Kunjungan ini tentunya memperkaya wawasan gue terkait dunia penulisan dan penerbitan. Menurut Mbak Ana sebagai editor naskah fiksi, naskah yang sampai ke mejanya akan mendapat feedback paling lama setelah 3 bulan karena ada banyak sekali naskah yang harus dibaca. Lama banget kan. Tapi untungnya Penerbit Republika tidak keberatan kalau penulis mengirimkan karyanya secara paralel ke penerbit lain, jadi minggu kemarin gue coba kirim juga naskah gue ke penerbit lain. Tapi yaaa tetep aja sih feedbacknya nggak bisa instan. Sabaaaar. Setidaknya gue sudah melakukan porsi gue: berusaha.

Kita lihat 2 bulan lagi ya, kalau pun nggak lolos di penerbit mayor, naskah ini bisa jadi akan gue terbitkan lewat jalur self-publishing. Atau, mungkin gue bagi-bagi saja ceritanya secara sukarela di Wattpad atau Gramedia Writing Project. Yang pasti gue sudah cukup bangga karena berhasil menyelesaikan novel fiksi pertama gue ini, dan berjanji akan menulis lagi. Jika karya ini bisa dibaca banyak orang, apapun bentuknya, gue akan tambah bersyukur.

Ya ampun, waktu tahun 2015 aja ketika review buku Pak Josef Bataona yang gue tulis di blog ini, direspon langsung bahkan direpost oleh Pak Josef di blognya, gue udah seneeng banget. Mungkin setara dengan kebahagiaan pemenang nobel sastra. Apalagi kalau beneran bisa lihat ada buku di rak Gramedia dengan nama penulis Venessa Allia, kayaknya gue bisa pingsan, haha.
Ya sudahlah, saat ini tidak perlu berandai-andai yang berlebihan dulu. Usaha saja terus, sambil dibawa doa, dan biarkan Tuhan membukakan jalan kebaikan. Sebenarnya sih sudah ada 1 orang yang membaca buku ini secara lengkap: Yohanna, seorang teman yang gue kenal di Nutrifood. Dan entah apakah karena anak ini  emang baik hati banget atau emang dia bener-bener suka sama novel gue, tapi responnya terhadap buku ini sangat-sangat membuat gue bahagia, Aaah Thank you Yoooo!

Banyak orang di luar sana yang jago menulis. Banyak banget. Bahkan di sekitar gue sendiri, gue melihat banyak sekali orang yang bisa membuat tulisan yang informatif, menyentuh dan enak dibaca. Tapi menjadi penulis sebesar Andrea Hirata, butuh lebih dari itu. Gue nggak tahu apa yang ada di otak Andrea Hirata hingga dapat menuliskan cerita semenarik novel 'Ayah', tapi gue yakin prosesnya butuh kesabaran dan semangat untuk terus menulis, membaca dan belajar. 

Gue banyak belajar selama 2 bulan terakhir ini. Menyelesaikan sebuah buku, bukan hanya sekedar menyelesaikan sebuah plot cerita. Tapi ada banyak perdebatan dengan diri sendiri, dari mulai memutuskan nilai-nilai apa yang ingin dibagi hingga segala perlawanan mengalahkan rasa lelah dan malas. Tentu saja gue pun tidak ingin membuat sebuah cerita yang sama sekali tidak ada nilai baiknya. Gue nggak mau membuang-buang waktu orang yang sudah bersedia membaca. Apalagi kalau udah membayangkan suatu hari mungkin semua yang gue tulis ini akan diminta pertanggung jawabannya. Heft. Proses selama MMO juga mengajarkan gue untuk menurunkan ego karena harus mau menerima feedback dan kritik. Buat gue ini bukan hal mudah, karena gue bukan orang yang suka dapet feedback, untungnya gue tahu kalau feedback itu baik. Hehehe. Ohiya satu lagi, dan menurut gue ini yang paling penting, beres proyek ini, gue nggak lagi-lagi mau ngatain “buku A jelek, buku B nggak seru atau buku C ceritanya gitu doang.” Gila, dikata gampang apa bikin novel. Susaaah ciiing.

Ah, tuhkan gue mulai sok tahu lagi. Yah anggap saja itu hikmah yang ingin gue bagi J

Novel gue ini judulnya “Cerita Shabira”. Potongan cerita di bawah ini adalah salah satu bagian favorit gue.

Saat gue mematikan laptop, seseorang membuka pintu kamar gue tanpa mengetuk terlebih dahulu. Anak songong berjaket biru itu nongol dari balik pintu.
“Lo bisa nggak sih ngetuk pintu dulu sebelum masuk?” Gue menegur Alta atas kebiasaan buruknya tersebut.
“Hehehe, yaa kalau pintunya nggak dikunci berarti kan lo lagi santai di kamar, ngapain juga gue ngetuk pintu segala.” Alta nyelonong masuk kamar gue lalu duduk di kasur, “Lo habis ngapain ngobrol sama siapa sih? Seru amat kayaknya. Bang Satryo ya?” Gue nggak pernah cerita soal Satryo ke Alta, pasti dia tahu dari Kak Gladys.
“Habis Skype sama Meira. Anak kecil nggak usah sotoy.” Gue memasukan laptop ke tas, lalu menoleh ke arah Alta, “Lo mau ngapain ke kamar gue? Tidur sanaaa!” Malam ini gue sedang tidak ingin berlama-lama ngobrol dengan Alta.
“Gue tidur di kamar lo ya.” Alta seketika mengambil bantal dan tiduran di kasur gue. Gue pun langsung menarik tangannya.
“Iiiih apa-apan lo! Kalau nggak ada yang penting keluar sanaa. Gue capeek!” Alta hanya tersenyum jahil, bangkit berdiri lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya.
“Nih buat anak old school yang masih dengerin CD di era digital. Mulai besok pagi, bangun tidur jangan lupa ketawa ya!” Alta melempar sebuah kotak CD berwarna ungu ke atas kasur, lalu meroket keluar kamar secepat ia melesat masuk. Gue mengambil kotak CD tersebut. Alta baru saja memberikan gue sebuah CD dari Maliq & D’Essentials yang berjudul The Beginning of a Beatiful Life. Ada sebuah kertas menempel di baliknya, dihiasi tulisan tangan yang gue kenal.

“If we believe in something, and we just keep on trying, we will survive, we will survive.” (Maliq & D’Essentials)    

P.S.
Udah lama nggak ngobrol sama lo, Kak. Apapun yang terjadi dalam hidup lo, jangan lupa ketawa yah. Alta.

---

Terimakasih yaa sudah membaca. Untuk siapa saja yang berminat ikut MMO, boleh japri gue, atau tinggalkan komen disini. Insya Allah gue bisa bantu J.

Salam,
Venessa Allia