Minggu, 02 Juni 2019

Al Rahmaan, Al Rahiim


“الرَّحِيمِحْمَٰنِالرَّللَّهِ بِسْمِ”
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Al-Fatihah:1)


Saya rasa setiap Muslim pada umumnya hafal Surat Al-Fatihah dan familiar dengan bacaan basmallah: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Ayat yang selalu ada di setiap solat, juga disebutkan di setiap akan memulai aktivitas. Translasi ayat ini pun sangat mudah diingat, tapi menariknya ternyata translasi yang berlaku umum selama ini belum dapat menggambarkan makna sesungguhnya dari Rahmaan dan Rahiim. Kalimat basmallah ini bisa jadi sudah ribuan kali kita ucapkan dengan lisan, saatnya kita pahami makna ayat ini dengan hati. Seriously, I am amazed by this verse, and you should too. Rahmaan dan Rahiim bukanlah sebuah sinonim, itu adalah dua sifat yang punya makna berbeda (perbedaannya pun fundamental banget)    


Pengertian Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm dijelaskan pada video kajian Ustad Nouman Ali Khan (NAK) yang berjudul Ramadhan Gems 2019 Day 3. Pada kajian tersebut, Ustad menjelaskan tentang dua hal utama, yaitu pengertian dasar dari Rahmaan dan Rahiim, serta perbedaan diantara keduanya. Oke, saya bahas soal pengertian dasar dari Rahmaan dan Rahiim dulu yaa (tentu saja semuanya berdasarkan penjelasan dari Ustad NAK, hehe)

Dalam bahasa Inggris, kata Rahmaan sering ditranslasikan sebagai mercy, atau dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan sebagai pemurah atau pengasih. Translasi ini sebenarnya kurang tepat karena sifat mercy berlaku saat seseorang yang akan diberikan maaf sedang berada dalam kesulitan. Maksudnya gini, misal nilai UAS Kalkulus gue di kampus dapat 40 (ehem true story), terus gue datengin dosennya minta keringanan (minta tugas atau remedial), maka posisi gue disitu disebut sedang meminta mercy (belas kasihan) dari dosen gue. Sementara kata Rahmaan pada Surat Al-Fatihah ayat 1 tidak berhubungan sama sekali dengan kondisi seperti itu. Selain itu dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, terjemahan Rahmaan dan Rahiim seperti memiliki makna yang susah dibedain (Pengasih sama Penyayang bedanya apa coba?), padahal dalam pengertian sebenarnya, Rahmaan dan Rahiim itu sangat jelas perbedannya.

Kata Rahmaan dan Rahiim berasal dari kata dasar yang sama yaitu rahmah. Kata rahmah ini berhubungan dengan kata rahim (uterus) ibu. Jadi dalam konteks ini sebenarnya, Allah memberikan nama-Nya untuk dijadikan sebutan bagi perut/uterus ibu (organ dimana janin akan berkembang sebelum lahir ke dunia). Sekarang muncul pertanyaan baru dong, “Mengapa Allah menggunakan kata rahim?”
Nah, coba kita perhatikan bagaimana hubungan antara seorang ibu dengan bayi di kandungannya. Seorang ibu akan setengah mati menjaga kandungannya, tanpa si bayi tahu apa yang ibunya lakukan. Ibu mengalami segala sakit dan ketidaknyamanan saat hamil, tapi ibu tidak mengeluh, dia bahkan menikmati dan mensyukuri kehadiran janin dalam rahimnya. Dan saatnya tiba, sang ibu harus berdarah-darah bahkan sangat dekat dengan kematian untuk dapat melahirkan bayinya ke dunia. Tidak seperti hubungan antara manusia yang lainnya, hubungan ibu dan bayi dalam kandungan adalah hubungan cinta tanpa syarat (unconditional love). Seorang ibu tidaklah memberikan mercy (belas kasihan) kepada bayinya, tapi dia memberikan cintanya, perhatian serta perlindungan kepada sang bayi tanpa si bayi tahu apa yang ibunya telah lakukan. Naaah..begitulah cara Allah mencintai hamba-Nya. Allah memberikan cinta, kasih sayang dan perlindungan kepada hamba-Nya tanpa kita memahami betara besar perlindungan, kasih sayang dan cinta yang Allah anugerahkan tersebut.



Selanjutnya Ustad NAK membahas perbedaan antara Rahmaan dan Rahiim, dan menurut saya penjelasan ini mindblowing. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam kata Rahmaan. Dalam Bahasa Arab, pada kata yang memiliki bunyi ‘aan’, maka berarti 3 hal:

1. Kata tersebut bersifat sangat ekstrem (saya iseng cek di google translate Indonesia-Arabic, saya input sangat lapar, dan keluar hasilnya jayie jiddaan). Dengan demikian Rahmaan bermakna bahwa kasih sayang dan cinta Allah itu jumlahnya sangat ekstrem, bukan kasih sayang dan cinta yang biasa-biasa saja atau dalam jumlah normal. Tapi ekstrem!

2. Kata tersebut juga bermakna bahwa sifat tersebut terjadi saat ini juga (it is happening immediately! right now!). Analoginya seperti ini: Misal si X cerita ke si Y kalau si Z itu anaknya sabar banget, tapi saat si X cerita, si X kan tidak benar-benar tahu apakah saat itu si Z dalam kondisi sabar atau tidak (bisa aja kan saat si X cerita ke si Y soal kesabaran si Z, si Z malah lagi marah-marah ke tukang ojek). Sementara, jika bunyi –aan ada dalam satu kata maka menyatakan bahwa kualitas itu sedang terjadi saat itu juga. Dengan demikian Rahmaan berarti bahwa kasih sayang dan cinta Allah yang ekstrem itu sedang menghujani kita saat ini juga.

3. Poin ketiga adalah bagian paling serem dan sangat layak jadi bahan renungan. Kata tersebut bersifat tidak permanen. Misal pada kata jiddaan (sangat lapar). Logikanya kondisi lapar bisa hilang karena sesuatu hal, misal makan sepotong roti. Dengan demikian akan ada sesuatu yang dapat menghilangkan keadaan tersebut. Begitu pula dengan Rahmaan, ada sesuatu yang dapat menyingkirkan kita dari kasih sayang yang dahsyat ini. Ada hal-hal yang jika kita lakukan akan dapat mendiskualifikasi kita dari kualitas ini. Hal ini sekaligus yang membedakan Rahmaan dengan Rahiim.

Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat memahami hal ini. Rahmaan adalah untuk semua manusia di bumi, diberikan kepada semua orang termasuk orang-orang yang bangga dengan dosanya, orang-orang yang menghina Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Al-Quran. Sementara Rahiim yang berarti selalu mencintai dan menyayangi (bersifat permanen). Rahiim hanya untuk orang-orang yang beriman dan untuk akhirat.

Kembali lagi ke Surat Al Fatihah Ayat 1. Misal Allah katakan bismillahir-rahmaan, maka artinya cinta Allah adalah ekstrem dan saat ini, tapi bisa jadi tidak selamanya. Kalau Allah katakan bismilahir-rahim, maka berarti cinta Allah akan selamanya tapi tidak ada jaminan terjadi saat ini. Melalui Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm, Allah ingin kita mengerti bahwa cinta Allah adalah Rahmaan dan Rahiim. Allah memberikan cinta dan kasih sayangnya saat ini dengan mengatakan Ar Rahmaan dan menyayangi kita di masa depan dengan mengatakan Ar Rahiim. Sempurnaaa.

Ada beberapa pertanyaan menarik. Pertama, kenapa Allah tidak katakan Rahiim dulu baru Rahmaan? Karena tentu saja Allah memahami ciptaan-Nya. Saat manusia menghadapi masalah saat ini (misal sakit, lapar), kita tidak dapat berpikir tentang masa depan. Ketika kondisi kita saat ini dipastikan sudah terjaga, barulah diri kita akan mulai berpikir tentang masa depan.

Kedua, diantara banyak nama Allah, mengapa Rahmaan dan Rahim yang dilekatkan dengan Bismillah (dengan menyebut nama Allah)? Ada dua hal:

1. Allah memilih dua nama ini untuk kita sebut saat memulai segala sesuatu. Allah ingin kita sadar bahwa apapun yang kita lakukan dapat terjadi karena Allah mengizinkannya (kasih sayang Allah).

2. Ketika ketika kita mengatakan Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm dan usaha kita masih gagal, maka kita kita harus sadar bahwa kasih sayang dan cinta yang Allah berikan adalah berdasarkan sudut pandang-Nya, dan manusia bisa jadi tidak selalu dapat memahaminya. Contoh kisah Nabi Yusuf, bandingkan pengorbanan yang Nabi Yusuf alami dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan oleh masyarakat luas karena dirinya (baca kisah Nabi Yusuf).


Kesimpulan terakhir, apapun yang terjadi pada hidup kita, jangan lupa sisi ini, bahwa Allah tidak pernah berhenti mencintai, tidak pernah berhenti menyayangi hamba-hamba-Nya.

Ini link youtube penjelasan Ustad Nouman Ali Khan. Silahkan ditonton untuk mengkonfirmasi apa yang saya tulis. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam memahami penjelasan beliau.  Very welcome to discuss.


Ada banyak banget penjelasan Al Quran yang mindblowing di Youtube Bayyinah Institute


Salam,

Venessa Allia

Minggu, 13 Januari 2019

Awal yang Baru


Dari kemarin gue kepengen blogging lagi, tapi ragu. Overthinking mungkin, tapi bisa jadi karena saat ini gue lebih berhati-hati dalam menulis di platform yang seluruh dunia bisa baca. Gue jadi sering takut kalau yang gue tulis itu tidak baik, apalagi kalau (naudzubillah) ada unsur dosa jariyahnya juga. Huhuu nggak mauuu.

Gue kan suka sotoy gitu ya anaknya (yesss jelekin diri sendiri di blog sendiri), dan baru beberapa minggu yang lalu gue tahu kalau menasihati orang itu harus dengan kalimat Allah, karena kebenaran itu milik Allah (QS Al Baqarah: 2). Jiper kan gue, makin takut salah ngomong.

Tapi terus di kepala ini kayak muter-muter banyak hal yang ingin rasanya ditumpahin. Jadi bismillah, mulai menulis lagi, semoga yang gue tulis ini mengandung kebaikan, membagikan kebenaran yang Allah Azza wa Jalla  tetapkan, dan jika ada hal yang salah atau buruk dalam tulisan-tulisan gue setelah ini, maafin yaaaa, tolong jangan diambil buruk dan salahnya, dan mohon agar gue diingatkan.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Awal yang baru untuk blog ini. 


Salam,
Venessa Allia  

Kamis, 13 Desember 2018

EKOLOGI DESK & COFFEE



Waktu gue menulis ini, gue sedang ada di sebuah tempat bernama EKOLOGI DESK & COFFEE yang berlokasi di.. Yogyakarta. Seminggu yang lalu gue tidak membayangkan akan ada di Jogja hari ini, tapi ya begitulah, sejak tadi malam gue sudah landing di Jogja. Somehow, pekerjaan gue sekarang cukup membuat gue berpikir “Bagaimana gue menjalani pekerjaan ini saat punya anak nanti?”. Haha, maklum cewek kan mikirnya suka 10-20 langkah di depan (cewek itu maksudnya gue dan Hawa Firdausi, nggak tau sih cewek-cewek lain gimana). Banyak sih working mom di tempat gue, cuma saat ini gue belum yakin bisa jadi seperti mereka. Ah sudahlah, nggak ada gunanya dipikirin sekarang.

Pertanyaan lain, dari 32 km2 luas Kota Yogyakarta (gue serius googling untuk dapat angka ini), kenapa bisa pilih kafe ini? Jadi ceritanya dari tadi siang gue udah niat malam hari mau ke Kopi Klinik, tempat syuting AADC2. Gue rada obsessed sama tempat ini soalnya scene Cinta sama Rangga di tempat ini semacam scene favorit gue di AADC2 (penting kaan). Dari hotel gue order Grab Car ke sana, dan sampai sana ternyata tempatnya.. tutup. Gue emang nggak ngecek sih tempatnya tutup jam berapa, udah yakin aja kalau coffee shop pasti buka sampai tengah malam. Taunya pas googling, Kopi Klinik tutupnya jam 8, gue sampai sana kayak jam 08.5 gitu. Wooow on time sekali yaa mereka.

Nah, di perjalanan menuju Kopi Klinik, supir Grab Car gue nyebut kalau di Jogja ada Filosofi Kopi juga. Gue udah tahu juga sih, cuma nggak inget aja, lagian Filkop ada juga di Bintaro. Cuma ketika tau Kopi Kliniknya tutup, yang jadi top of mind gue yaaa si FilKop ini (efek baru disebut sama bapak supir). Yaudah deh gue minta anter ke sana.

Nah ketika mobil sudah berjalan beberapa ratus meter, bapak supir menyebutkan nama-nama kafe di Jogja, salah satunya yang mencuri perhatian adalah EKOLOGI. Judul kafenya kan kayak cocok aja gitu sama keilmuan gue (apa siiih). Terus buru-buru deh gue googling tempatnya, ternyata menarik juga. Perpaduan Dapur Eyang sama Sejiwa kalau di Bandung. Yaudah tanpa pikir panjang dan rasa malu gue bilang sama Pak Sopir, “Pak kalau kita ke Ekologi aja bisa nggak pak?”

Yeah, labil is still my middle name. I am not proud of it but I know I can’t deny, hahaha

Jadi yaaa begitulah ceritanya kenapa gue ada disini. Sebenernya tuh tujuan gue nongkrong juga bukan mau nulis receh kayak gini. Gue niat bawa laptop menuju kafe, niat hati mau nulis yang lebih serius gitu. Kayak review bukunya Ustad Nouman atau hasil kontemplasi gue habis lihat akun IG sebuah partai yang gue rasa ada orang semacam Grindelwald di sana. Kalau lo udah nonton Fantastic Beast yang kedua mungkin mengerti maksud gue apa. Grindelwald adalah manusia yang sangat pandai bicara, memutihkan yang hitam, membuat delusi kebenaran, dan provokatif. Manusia kayak gini yang harus banyak-banyak dilawan bukan hanya pakai akal manusia, tapi juga pakai doa (dan Surat Al-Kahfi, to be précised) supaya selalu diberikan cahaya petunjuk oleh Tuhan untuk dapat membedakan mana yang benar dan salah.

Tapi sampai EKOLOGI gue buka laptop dan malah nulis tentang bagaimana gue sampai di tempat ini, hihihi.

Biar gue ulang statement-nya:  Yeah, labil is still my middle name. I am not proud of it but I know I can’t deny :p

EKOLOGI DESK & COFFEE ini punya suasana yang emang nyaman banget sih. Bikin udah duduk lupa berdiri. Tempatnya ramai dengan dedek-dedek mahasiswa yang kelihatannya sedang mengerjakan tugas. Kelihatannya loh ya, gue nggak tau juga apa yang mereka lihat di screen laptop mereka. Gue pesen Mocha Coffee (medium size, harga Rp 33.000) dan Rice Bowl Ekologi Signature (harga Rp 38.000). Mocha Coffee-nya pas di lidah gue, rice bowl-nya enak tapi kurang berkesan. Ohiya, tempat ini juga menyediakan co-working space di lantai dua.

Kesimpulannya, kalau gue jadi orang Jogja, gue rasa gue akan sering ke tempat ini.

Kalau ada yang nanya, kenapa gue di Jogja tapi malah nongkrong di kafe, makan rice bowl dan tidak makan gudeg?  Jawabannya adalah simply karena gue nggak suka gudeg. Lagian di penghujung periode twenty something ini, gue sadar bahwa..

gue akan memilih berdasarkan apa yang membuat hati gue tenang dan apa yang benar menurut standar kebenaran yang gue yakini dan terbukti benar,
daripada,
memilih berdasarkan apa yang orang bilang.

Oke, cukup dulu ya.
Stay positive.





Salam,
Venessa Allia

Selasa, 27 November 2018

Namanya Juga Hidup.




Belakangan ini, kalau lagi capek fisik, capek hati.
Yang gue lakukan adalah tutup pintu kamar, lalu tiduran dengan mata memandang langit-langit.
Terus bilang
.
.
.
.
.
Ya Allah, aku ingin masuk surga.


Karena di surga nggak ada pusing
Karena di surga nggak ada sedih
Karena di surga nggak ada capek
Karena di surga nggak ada kecewa
Karena di surga nggak ada bingung
Di surga semua sempurna.


Karena sekarang belum masuk surga, jadi makan aja dulu itu pusing-sedih-capek-kecewa-bingung di dunia.
Makan dengan syukur
Makan dengan sabar.


Namanya juga hidup.


Salam,
Venessa 

Minggu, 11 November 2018

Tribute to a Cheerful and Brilliant Friend.




Ada satu dialog dalam film The Last Samurai yang saya ingat hingga sekarang, padahal nontonnya udah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dialog ketika Emperor Meiji bertanya kepada Nathan Algren tentang bagaimana Katsumoto wafat.

Emperor Meiji: Tell me how he died.
Nathan Algren: I will tell you how he lived.

---

Setiap hari ada manusia lahir, ada manusia mati.

Kalau yang lahir adalah anak dari kerabat atau sahabat sendiri, kebahagiaan yang hadir pasti terasa berlipat ganda. Demikian pula jika yang wafat adalah kerabat atau sahabat sendiri, duka yang ada pun tidak biasa.

Yeah, seperti yang kita semua tahu, 29 Oktober 2018 terjadi kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 dari Jakarta menuju Pangkal Pinang. Kecelakaan itu tidak akan betul-betul membekas dalam memori saya jika tidak ada orang yang saya kenal menjadi salah satu penumpangnya.

Tapi begitulah memang bunyi takdirnya, satu orang yang saya kenal baik menjadi penumpang dalam pesawat tersebut. Dalam perjalanan dinas bersama dua orang rekan satu timnya. Dua orang tersebut tidak saya kenal secara personal, tapi yaa namanya satu kantor, saya pun tahu mereka berdua. Teman saya ini adalah korban pertama yang teridentifkasi dalam kecelakaan JT 610. Seorang yang baru saya kenal sekitar sembilan bulan karena qadarullah kami satu batch penerimaan calon pegawai negeri sipil di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Cewek yang usianya lebih muda dari saya, tapi otaknya jauh lebih brilian dari saya. Namanya Jannatun Cintya Dewi. Yaampun Jan, pernah nggak kamu berpikir kenapa orang tuamu memberimu nama Janna ?

Ini adalah kali pertama (dan semoga tidak akan pernah terjadi lagi) saya mengalami pengalaman seperti ini. Seseorang yang biasa makan siang di kantor bareng saya dan teman-teman yang lain, tiba-tiba dalam waktu yang sangat singkat mengalami musibah, menjadi terkenal dan dibicarakan dimana-mana. Saya coba ketik “Jann” di Google dan salah satu pilihan teratas yang muncul adalah “Jannatun Cintya Dewi”. Teman-teman saya yang nggak kenal Janna sama sekali pun ikut mengucapkan bela sungkawa. Bahkan pejabat selevel Wakil Menteri turut melepas jenazahnya. Yahh.. tapi itulah masalahnya. Janna mungkin tidak akan pernah tahu, karena dia sudah pulang ke rumah yang sebenarnya, dan rumah itu Insya Allah sesuai dengan doa yang tersirat dalam namanya..Jannah, surga. 

Untuk saya pribadi, berada dalam situasi seperti ini terasa bukan hanya sedih (ini sudah pasti), tapi juga aneh dan benar-benar membuat saya berkali-kali menghela napas panjang.
Begitu lemahnya manusia di hadapan Yang Maha Kuasa. Begitu mudahnya Dia merubah kondisi dari ada menjadi tidak ada. Kalau sudah begini, pantas saja Khalifah Umar Bin Khatab mengenakan cincin yang bertuliskan “Kafaa bil Mauti waa ‘Idhan yaa Umar” (cukuplah mati sebagai pengingat untukmu wahai Umar). 

Cukuplah mati sebagai pemberi nasihat, sebagai pengingat bahwa hidup di dunia ini bisa berakhir kapan saja, dan ketika sudah berakhir, maka semua kesempatan itu hilang: kesempatan beramal, kesempatan bertaubat, dan semua kesempatan baik lainnya. Tapi ya gimana dong, udah dari “sananya” kehidupan dibuat seperti ini. Dibuat sementara oleh Yang Maha Kekal. Kalau kata Heiji Hattori dalam komik Detective Conan "Life is limited, that's why it's so precious. Since there's a limit, we try our best to live"


Tapi bagi Muslim yang percaya adanya kehidupan akhirat, mungkin quote ini perlu disempurnakan menjadi..


"Life is limited, that's why it's so precious. Since there's a limit, we try our best to be able to live in the Jannah." Tentunya dengan ridho Allah.  

Kalau saya boleh mengutip perkataan Ustad Adi Hidayat, “Jadikan dunia itu untuk kepentingan akhirat, Insya Allah, Allah akan berkahi kehidupan kita.” Ushikum wa nafsi bitaqwallah. Aslinya ini gue nulis juga sambil deg-degan. Takut cuma bisa nulis doang tapi nggak bisa ngamalin. Huhuhu. Ya Allah, please make it easy for us, don’t make it difficult. Aamiin.


And finally Janna, this is a tribute to you, my cheerful and brilliant friend. Walau kamu tidak akan pernah tahu kalau saya pernah menulis ini di halaman blog ini.


Saya mungkin bukan orang yang paling sedih dengan kepergian kamu, ada banyak orang lain yang hatinya lebih terluka, yang kehilangannya lebih dalam.

Saya pastikan juga bukan orang yang paling mengenal kamu. Ada teman-temanmu yang lain, yang mengenalmu lebih lama. Mereka yang lebih memahamimu, mengetahui rahasiamu, dan segala alasan dibalik keputusan-keputusanmu yang tidak pernah kamu ceritakan.

Tapi perkenalan kita yang singkat, dan cara pergimu yang dahsyat, menjadi wasilah bagi saya dan banyak sekali orang untuk merenung sejenak tentang betapa tipisnya batas antara hidup dan mati. Sungguh apa yang kita kenang darimu adalah kebaikan. Keceriaan dan energimu yang tidak ada habisnya. Kecerdasan yang membuatmu selalu bisa diandalkan. Usiamu boleh muda, tapi pribadimu dewasa. Kamu ibarat perekat dan pelunak suasana.  

Ada dan tidak adanya kamu memberikan banyak sekali hikmah. Kami disini sudah ikhlas karena kamu ditakdirkan pulang lebih dulu. Semoga di surga nanti, kita bisa berkumpul lagi.


Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un



Salam,
Mbak Venes