Tampilkan postingan dengan label #jalanjalan #solotravelling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #jalanjalan #solotravelling. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 April 2018

29 Tahun untuk 29 Hal


Dua puluh sembilan tahun. Waktu yang tidak sebentar.

Tapi perlu hingga 29 tahun untuk saya paham 29 hal tentang berbagai hal berikut ini...

... tentang kehidupan dunia:

1. Hidup dunia nggak bisa sempurna, sempurna itu adanya hanya di surga, makanya saya harus usaha dan minta surga sama Allah. Menariknya hidup di dunia adalah walaupun nggak sempurna, tapi ada banyaaak sekali hal baik.

2. Hidup adalah sesuatu yang sungguh sangat wajib disyukuri, tapi sering lupa saya lakukan. Terbiasa hidup ternyata membuat saya jadi tidak menghargai hidup saya, padahal hidup ini adalah rangkaian kesempatan dan harapan. Selagi masih hidup maka kesempatan dan harapan itu akan selalu ada. Kalau mati, yaudah kelar urusan (di dunia), siap-siap hadapi pengadilan akhir.

3. Agama itu bukan hal yang terpisah dari hidup. Agama saya adalah tuntunan hidup yang paling sempurna. Kalau hidup saya nggak bener, itu bukan karena tuntunannya yang salah, tapi sayanya yang payah.

4. Hidup itu rangkaian dari sabar dan syukur. Begitu terus hingga jatah umur ini habis.

5. Pasrah adalah cara paling logis untuk membuat hidup di dunia tetap waras.

... tentang rezeki:

6. Rezeki adalah segala sesuatu yang diberikan Allah.

7. Rezeki bukan gaji dan tidak berarti hak milik.

8. Rezeki sudah ditentukan kadarnya bahkan jauh lebih awal dari sejak manusia diciptakan. Rezeki harus diusahakan, bukan untuk mengejar nilai materinya, tapi demi mengejar pahala dan keberkahannya.

9. Rezeki itu banyak bentuknya. Jangan jadi sombong dan sempit dengan menyimpulkan bahwa rezeki itu hanya materi.

10. Rezeki itu bisa datang dan pergi dengan sangaat mudah. Belajar ikhlas dan menyadari bahwa sejatinya manusia itu tidak punya apa-apa.

... tentang diri saya:

11. Akhirnya saya sadar kalau selama ini saya terlalu banyak terlena oleh skenario-skenario hidup yang saya susun sendiri. Kenyataannya, banyak adjustment yang Tuhan berikan dalam setiap skenario saya dan sering membuat saya merinding sendiri kalau mengingatnya. Satu hal, semua adjustment-Nya itu baik.

12. Akhirnya saya sadar kalau ketakutan-ketakutan saya selama ini hanya terjadi di kepala saya sendiri. 

13. Akhirnya saya sadar kalau nyari ilmu agama itu penting banget, dan ketika berhasil memahami sedikiiit saja ilmunya, rasanya nikmat banget

14. Akhirnya saya sadar kalau umur itu beneran cuma soal angka deh hahaha. Tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan kedewasaan.

15. Akhirnya saya sadar kalau selain kesehatan, keluarga adalah karunia Tuhan yang paling berarti bagi saya. Keluarga adalah rumah saya, mimpi saya, dan ladang pahala bagi saya.

...tentang relationship:

16. Ternyata, salah satu kunci keberhasilan dalam hubungan antar manusia adalah memberi.

17. Ternyata, punya hubungan silaturahmi yang baik dengan mantan adalah hal yang biasa saja dan sudah semestinya (no further explanation needed). 

18. Ternyata, sebaik-baiknya sahabat itu yang bisa mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, yang bisa kasih warning sekaligus jadi rem saat berjalan sudah terlalu kencang, juga jadi dongkrak semangat saat stok energi positif lagi habis. Nah, kalau mereka bisa diajak ketawa bego bersama dan berbagi humor receh, itu adalah sebuah kelebihan yang juga sangat layak disyukuri (dan saya sangat beruntung punya sahabat-sahabat dengan paket lengkap seperti itu :*)

19. Ternyata, quality times bagi saya adalah bicara berjam-jam dengan orang (atau sekelompok orang) yang membuat saya nyaman, dengan topik obrolan yang tidak ada habisnya. I love the beauty of warm conversations. Bisa ngobrol nyaman dan nyambung sama orang lain adalah kualitas yang sangat saya hargai.

20. Dulu saya pikir perkara hati adalah perkara rumit, ternyata, perkara hati itu sederhana saja kok, ini cuma soal keputusan, dan sebagaimana sifat alami dari keputusan adalah selalu punya konsekuensi yang harus dinikmati :)

...tentang pekerjaan: 

21. Saya lebih suka kerja di ruangan dan di depan laptop dibandingkan harus ke lapangan (yaa tapi kalau tugas negara nyuruh saya ke lapangan sih saya nggak nolak juga, asal jangan lama-lama aja, hahaa). 

22. Saya lebih suka jadi generalist, dibanding specialist. Lebih suka tahu banyak hal dibanding going deep and detail in certain topic. Lebih suka melihat sesuatu secara makro dan bagaimana banyak elemen terkait satu sama lain daripada menguliti satu elemen saja. Itulah mengapa saya nggak pernah merasa cocok jadi microbiologist walaupun saya sarjana program studi mikrobiologi :D. 

23. Saya lebih suka menjadi ikan kecil dalam kolam yang besar, dibanding jadi ikan besar dalam kolam kecil (ini bukan soal mana yang lebih baik, ini hanya soal kesukaan).

19. Saya ingin menjadi penulis dan membayangkan suatu hari berkarir juga sebagai penulis. Walau saat ini naskah saya masih belum berhasil tembus penerbit, dan mau konsisten nulis #1minggu1cerita aja sampai keringet darah (hiperbol mode: on), tapi suatu hari dengan izin Allah, saya berharaaap sekali bisa melahirkan setidaknya sebuah buku yang dapat menjadi salah satu legacy saya di dunia ini (semua yang baca please bilang amin doooong)

20. Ternyata mencintai pekerjaan itu ada dalilnya di Quran. Bahkan pembahasan soal bekerja  itu harus dengan sebaik-baiknya, nggak boleh cuma asal-asalan aja, ada pembahasannya di Quran (QS Saba 10-11). Total masa kerja saya udah hampir 4 tahun, tapi baru tahu pelajaran penting ini minggu kemarin -__- (kemane aje looo). Saya tahu dari kajian Nouman Ali Khan ini, mindblowing
  
... tentang kebijakan energi di Indonesia (ditulis semata-mata karena saya sudah kehabisan ide harus nulis apa lagi :p)

26. Saya baru tahu kalau industri migas itu dibagi dua, ada hulu dan hilir. Hulu terdiri dari ekploitasi dan produksi, sementara hilir terdiri dari pengolahan, penyimpanan, tranportasi dan niaga.

27. Saya baru tahu kalau industri hulu migas itu ternyata sangaaat menarik. Hahaha beberapa bulan yang lalu saya kayaknya bodo amat sama isu yang satu ini (cuma sebatas tahu kalau kerja di oil and gas itu gajinya gede, haha sesempit itu pengetahuannya). Tapi setelah Allah menakdirkan saya masuk ESDM, saya jadi banyak belajar dan pelan-pelan tahu bahwa industri ini menyumbang pendapatan terbesar dari sektor non pajak untuk APBN. Ini industri yang sifatnya high technology, high capital dan pastinya high risk, tapi kalau berhasil juga jadi high profit, makanya untuk mengelolanya, negara butuh bekerja sama dengan pihak lain, termasuk investor asing. Kerja sama di sektor hulu migas diatur kontrak kerja sama, baik skema cost recovery atau gross split dan melibatkan banyak pemain. Dan akhirnya saya tahu apa fungsi dari SKK Migas, ahaha. Anyway semua info ini mungkin akan saya ketahui kalau saya rajin baca koran, tapi yaa emang dasar anaknya males baca koran jadi yang begini-begini baru ngerti sekarang.

28. Ternyata minyak mentah itu ada banyak macamnya, kirain crude oil itu sama-sama aja. Oh ternyata tidaaak. Lagi-lagi kebesaran Tuhan ya :).


... dan ini sebuah kesimpulan terakhir:

29. Semakin banyak yang saya sadari dan ketahui, juga membuat saya semakin yakin bahwa ilmu dan pemahaman saya itu nggak ada apa-apanya. Benar kalau ada yang bilang bahwa semakin manusia belajar, maka manusia akan semakin sadar kalau masih banyak hal yang belum diketahui. Itulah kenapa, manusia nggak boleh berhenti belajar, meminta ilmu dan petunjuk sama yang Maha Mengetahui, dan berdoa supaya ilmu yang dikaruniakan menjadi berkah untuk sebanyak-banyaknya orang. Ammiin.


Itulah 29 hal menarik versi on the spot, bukan, maksudnya versi Venessa Allia Aiman yang alhamdulillah baru-baru ini disampaikan ke usia 29 tahun. Semoga bertambahnya usia diiringi dengan bertambahnya manfaat, peranan, ilmu dan pemahaman baik yaa. Ammiinn.

Stay positive :) 


Salam,
Venessa Allia

P.S tulisan ini juga menyelamatkan saya dari tendangan admin #1minggu1cerita, hehehe. Maafin ya udah 5 minggu nggak setor tulisan *sungkem


Kamis, 04 Januari 2018

Buying Experience: Visit Ruci Art Space "Place of Belonging"


Januari 2018!
Tahun baru, pengalaman baru, jiwa yang baru (yang lebih sehat dan waras tentunya).
Di minggu pertama Januari ini, 1 minggu 1 cerita (1m1c) punya tema yaitu 'baru'. Syukurlah nggak perlu bingung harus nulis apa karena pengalaman saya hari ini sangat cocok dengan tema tersebut.

Hari ini saya membeli pengalaman baru. Untuk konteks pengalaman saya hari ini, saya lebih suka menggunakan istilah 'membeli pengalaman' (buying experience), dibandingkan 'mendapat pengalaman'. Ada perbedaan antara membeli pengalaman dan mendapat pengalaman. Pergi ke tempat baru, mencoba makanan baru, atau melakukan aktivitas baru, saya kategorikan sebagai 'membeli pengalaman'. Sementara ditabrak mobil, jatuh dari tangga atau digigit anjing, saya kategorikan sebagai 'mendapat pengalaman'. Yang saya masih bingung, kalau falling in love (agak geli nulis 'jatuh cinta') itu mendapat pengalaman atau membeli pengalaman ya? Soalnya, in my polontong opinion, falling in love adalah kombinasi antara kecelakaan, ketidaksengajaan dan keputusan, hahaha.

Aaaannyywaaay, cukup sekian mukadimah nggak pentingnya.
Langsung saja pada intinya. Pengalaman apa sih yang baru saya beli? Ini dia:

Melihat pameran lukisan "Place of Belonging" di Ruci Art Space, Kebayoran Baru. Judul paling tepat untuk foto ini adalah "Mencoba dan Berusaha Memahaminya"

Ini adalah pertama kali saya lihat pameran lukisan. Sebelumnya di Bandung, saya pernah datang ke Pasar Seni ITB, tapi disana lebih fokus ngeliat orang daripada ngeliat lukisan, karena ampun pengunjungnya penuh banget. Beberapa hari yang lalu, Lina, teman baik saya dari SMP, ngajak lihat pameran lukisan di Ruci Art Space karena dia penggemar lukisan Abenk Alter. Saat diajak, saya tidak tahu sama sekali siapa itu Abenk Alter, saya juga nggak tahu Ruci Art itu dimana, tapi emang dasar anaknya mure (maksudnya murah alias gampang diajak kemana-mana), jadi saya mau aja. Yaa di sisi lain, saya ingin juga sih nyoba jadi anak yang lebih nyeni gitu, dan saya juga suka mencoba pengalaman baru (kecuali naik tornado di Dufan, no way!), jadi ajakan Lina saya sambut dengan gembira.

Saya dan Lina janjian ketemuan di Pejaten Village, kemudian kita naik mobil ke Ruci. Siang ini lalu lintas Jakarta Selatan lagi asik, yaa setidaknya dari Pejaten ke Jalan Suryo nggak kena macet sama sekali. Nyampe sana langsung dapat parkir lagi, sebagai sopir saya happy . Ruci Art Space ini menurut saya tempat yang sangat nyaman. Lantai satu dipakai untuk coffee shop, dan lantai dua dipakai untuk galeri. Kapan-kapan saya kepengen nyoba ngopi disini, kayaknya bakal betah berjam-jam laptopan sambil nyeruput kopi fancy disini. Sesampainya di Ruci, saya dan Lina langsung naik ke lantai dua. Lina langsung seneng lihat lukisan-lukisan Abenk Alter, sementara saya, emmm saya masih berusaha menyukainya :))

Pameran lukisan ini berjudul Place of Belonging. Ada 3 seniman yang memamerkan karyanya: Abenk Alter, Glenda Sutardy dan Mark Schdroski. Singkat cerita, lukisan-lukisan ini adalah respon para pelukis dalam memaknai Place of Belonging, tidak hanya sebagai physical environment, tapi juga state of beings. Luar biasa yah pelukis tuh, mereka bisa menuangkan gagasan dalam bentuk gambar. Gagasan yang mau coba disampaikan juga tidak sederhana. Tapi, bagi saya permasalahannya adalah saya butuh lebih dari sepasang mata untuk membaca gagasan dalam lukisan mereka.

Karya Mark Schdroksi. Judul lukisan urut dari kiri ke kanan mulai dari baris paling atas: Chromatic Intestinal, Mothers Milk, Emission Chroma, Blue & Pink Crush, Moon from the Jetty, Operation, Pink Yellow Green, Sitar, Gene Edit, At the Edge, Anticipation, Moving Shadow/Pink Push. Medianya menggunakan cat minyak pada kanvas.

Pertama kali lihat lukisan di atas, komen saya: (1) suka deh warna-warni lukisannya, (2) lukisan ini akan membuat sebuah ruangan jadi makin keren, (3) kayaknya saya bisa deh bikin lukisan kayak gini doang (padahal lukisan ini sama sekali tidak 'doang'), (4) kenapa judulnya kayak begitu sih?
Dipandangi sekian lama, saya masih gagal paham korelasi antara judul dan lukisan. Terus saya inget, katanya kalau mau memahami makna sebuah lukisan, lihatnya harus dari jauh, jadi saya mundur beberapa langkah, akhirnya dari 12 lukisan, saya bisa paham 2 (lumayanlah, daripada nggak sama sekali).

Lukisan yang bawah judulnya Anticipation. Kalau dilihat, lukisan tersebut seperti menggambar bentuk telapak tangan yang terbuka, jadi semacam mengatakan tidak atau menolak. Mungkin nih, maksudnya Anticipation tuh disitu. Begitulah teori saya dan Lina
Ini dua lukisan yang paling saya suka. Lukisan bawah saya suka karena warnanya cakep banget (kalau di foto kelihatan biasa aja sih, tapi aslinya bagus deh), walau saya masih belum paham dengan judulnya (Blue & Pink Crush). Kalau lukisan yang atas saya suka karena saya yakin banget lukisan itu ngegambarin bentuk usus manusia sehingga lukisannya diberi judul Chromatic Intestinal. Keren yaaaaa.

Waktu awal ngelihat lukisan, kesan pertamanya adalah "ini gambar apa sih nggak jelas", tapi kalau udah berhasil paham malah jadi kagum sama pelukisnya, mereka jenius! Buat saya yang lebih banyak belajar sains, seni lukis adalah sebuah kemewahan yang sudah saya ikhlaskan karena keterampilan melukis bukan menjadi rezeki saya :). 

Ini karya Abenk Alter, sayangnya saya nggak nulis judulnya apa. Media yang digunakan yaitu akrilik, spray print dan crayon pada kanvas.  Kata Lina sih lukisan ini menggambarkan anak dan istrinya Abenk Alter. 

Yang ini karya Gleda Sutardy, judulnya Parallels in time. Menurut keterangan, Gleda Sutardy ini suka bereksplorasi dengan pigmen alami. Pada lukisan ini dia menggunakan mercuric sulphide and synthetic polymer on wooden panels.


Secara keseluruhan, saya suka lukisan-lukisan disini, walaupun nggak semuanya saya pahami, tapi menurut saya masih bisa dinikmati karena warna-warnanya yang eye catching. Terlebih lagi saya excited karena ini merupakan pengalaman baru. Kapan-kapan mau ah lihat-lihat pameran lukisan lagi. Ohiya, jangan lupa kalau lihat pameran lukisan, dinikmati dengan mata saja ya, karena  lukisan-lukisan ini hanya untuk dilihat dan tidak boleh disentuh (jangan berdiri melewati garis batas yang sudah ditentukan di depan lukisan). Jangan lupa juga untuk mencoba melihat lukisan dari jauh supaya bisa paham maknanya. Mungkin sama juga kayak kalau mau memaknai hidup, harus dilihat dari jauh atau dari pandangan yang lebih luas, supaya lebih paham hikmahnya. Ahey!

Place of Belonging @ Ruci Art Space, Jalan Suryo no 49 Kebayoran Baru. On going until 28 January 2017, eh 2018, Daily 11 am - 7 pm. FREE.


Cukup dulu untuk malam ini. Saatnya bobo.
Stay positive yaaaa!

Salam,
Venessa Allia

Jumat, 25 September 2015

Semarang Happy Sendirian (Part 2)

Making a big life change is scary. But, know whats even scarier? Regret.

Itu adalah kalimat yang gw post di Path setibanya di Semarang pada 1 Agustus 2015. It was super excited. Akhirnya gw berani juga solo travelling. Ini bakal jadi liburan yang singkat banget. Hanya 2 hari 1 malam, tp sendirian, di sebuah perkotaan yang belum pernah saya datangi sebelumnya.

Pagi itu, gw dan mama pergi bareng ke bandara naik taksi, karena di hari yang sama mama mau ke Padang juga. Solo travelling ini diawali dengan gw salah terminal pesawat, harusnya di terminal 3, eh gw turun di 1C, jadilah gw nyambung taksi lagi (extra cost deh) ke terminal 3, soalnya waktunya agak mepet jadi khawatir nggak keburu kalau nungguin shuttle bus. Di terminal 3, pas lagi ngantri check in, ada penampakan yang bikin gw happy. Ada Ario Bayu ngantri check in persis disamping gw. Lusuh tapi tampan. Hahaha.

Okeee..secara keseluruhan gw punya 27 jam untuk gw habiskan di Semarang sendirian. Jadi gw ngapain aja? Ini review-nya J:

I.                    ACCOMODATION!
  • Transportasi Pergi dan Pulang
Karena gw hanya memanfaatkan waktu di akhir pekan untuk liburan ini, maka saya pilih pergi ke Semarang naik pesawat dan pulang kembali ke rumah naik kereta. Sebenarnya secara waktu dan biaya, akan lebih efisien kalau pergi dan pulang naik pesawat, tp gw sekalipun belum pernah nyobain kereta executive, jadi penasaran juga. Penerbangan ke Semarang hanya sekitar 1 jam saja, jadi gw pikir agak sayang juga kalau harus naik Garuda. Yah walaupun tema liburannya adalah liburan manja, masih okelah ya naik low cost airline. Untuk jadwal pulangnya, gw udah booking kereta Argo Anggrek Pagi jam 12.30 dari Semarang Tawang menuju Jatinegara. Dari Jatinegara ke Serpong, gw lanjut naik commuter line lagi. Sehari itu gw resmi jadi roker, rombongan kereta maksudnya :p.

No comment soal pesawat ke Semarang. Alhamdulillah terbang selamat dan tepat waktu (I think its more than enough, haha). Gw lebih tertarik mengomentari keretanya. Keretanya nyaman banget, pantesan harganya beda tipis sama harga pesawat. Gw bisa nonton film Mission Impossible 3 di kereta dengan kualitas gambar dan suara yang bagus. Kursinya juga nyaman, bisa di atur sesuai keinginan (beda jauh dengan kereta ekonomi yang kursinya by default membentuk sudut 90° dan nggak bisa diapa-apain). Nggak nyesel memilih perjalanan pulang dengan kereta Argo Anggrek ini. Di lain kesempatan gw ingin naik kereta seperti ini lagi J

  • Hotel
Selama di Semarang gw bermalam di hotel Ibis Jalan Gajah Mada (kan judulnya liburan manja, jadi mesti banget nginep di hotel, walaupun bintang 3, hehehe). Lokasi hotel ini ada di pusat kota Semarang. Menurut gw ini udah termasuk best deal dibandingkan pilihan hotel lain di Traveloka. Fasilitas yang didapat sesuai dengan harga yang ditawarkan. Waktu itu gw bayar 396.000/malam, untuk satu standard hotel room, exclude breakfast.

Menurut gw bisa guling-guling sambil selimutan di kamar hotel dengan AC temperatur 20°C adalah salah satu kenikmatan dunia yang tidak bisa didustakan. Happy bangeet (padahal bobonya masih sendirian looh, hahaha). Entah efek kasurnya yang empuk atau efek seprai dan selimut yang putih dan wangi, tapi kasur hotel itu seperti punya magnet yang bikin males keluar dan maunya bobo cantik aja di kamar. Duh kalau nggak inget tujuan gw ke Semarang adalah mau jalan-jalan, mungkin gw udah bertapa aja di bawah selimut seharian, hihihi.

  • Transportasi Selama di Semarang
Transportasi selama di Semarang (atau tujuan solo travelling lainnya), menurut gw adalah post budget yang membuat solo travelling jadi mahal. Karena jalan kemana-mana sendirian, artinya jadi nggak bisa berbagi ongkos transport kemanapun dengan siapapun. Selama di Semarang gw nyobain naik angkot, becak dan taksi. Untuk angkot sih no issue. Tapi becak dan terutama taksi jadi berasa banget mahalnya karena ongkosnya harus ditelen sendirian. Udah gitu, pengalaman kemarin gw di Semarang, sama sekali nggak pernah kena macet, kemana-mana lancar dan cepet, jadi beberapa kali gw harus bayar taksi dengan harga minimum order, karena argonya dibawah itu -_-.
"Sisi negatif dari solo travelling adalah nggak bisa share biaya transportasi seperti becak dan taksi, jadi berapapun biayanya harus ditelen sendirian".

II.                  DESTINATION!

Satu minggu sebelum berangkat, gw udah sibuk nanya beberapa orang yang emang orang Semarang atau yang pernah numpang kuliah di Semarang tentang tujuan wisata di kota ini. Dari mereka gw tahu beberapa info menarik dan berguna untuk jalan-jalan disana. Serta dibantu beberapa rekomendasi dari blog-blog, akhirnya gw memilih tempat-tempat dibawah ini sebagai tujuan. Kembali lagi, karena waktunya pendek, gw tidak bisa datang ke semua tempat yang direkomendasikan. Tempat yang gw datangi ini adalah tempat yang paling ingin gw datangi dan sesuai tema perjalanan yaitu Wisata Manja tapi Religius (hahaha). Ini dia destinasinya:

1. Kelenteng Sam Poo Kong


Hampir semua blog yang membahas Visit Semarang yang pernah gw baca, merekomendasikan tempat ini udah didatangi. Salah seorang rekan gw di kantor dulu yang asli orang Semarang, sebut saja namanya Mas Katon, juga bilang kalau tempat ini jadi tempat favorit wisatawan yang datang ke Semarang. Dan mengingat Semarang adalah kota multietnis, dengan etnis Cina sebagai salah satu etnis yang berpengaruh, kayaknya bermain ke kelenteng ini menarik juga. Jadilah Kelenteng Sam Poo Kong jadi destinasi pertama gw setibanya di Semarang. Dari bandara gw naik taksi ke tempat ini. Nyampe disini langsung pengen foto di depan tulisan Sam Poo Kong. Berulang kali gw nyobain selfie tapi gagal terus. Beneran deh gw nggak bakat fotografi sama sekali, mau fotoin orang, atau memfoto diri sendiri hasilnya nggak ada yang bener. Akhirnya memberanikan diri (sekaligus menjatuhkan harga diri) untuk mintain foto ke..anak SD yang lagi main sepeda.
Sesuai yang dilihat di dunia maya, kelenteng Sam Po Kong ternyata memang megah. Gw mengambil beberapa foto dari jarak jauh karena tentunya tidak mau menggangu orang yang sedang beribadah. Berada di kelenteng ini seperti sedang berada di setting serial Putri Huan Zhu, hihi. Disini juga ada tempat penyewaan baju-baju kaisar dan putri-putri kayak di serial Putri Huanzhu yang bisa dipakai untuk foto, biayanya kalau nggak salah sekitar 80 ribu. Anyway, di tempat ini gw menyadari bahwa Semarang bener-bener kota yang.. panas! Karena saat itu baru jam 9 pagi tapi matahari rasanya udah teriiik banget.    
2. Lawang Sewu
Salah nggak kalau gw bilang Lawang Sewu adalah historical buiding paling hits di Semarang? Dan memang salah satu alasan gw ingin ke Semarang adalah karena ingin berkunjung ke tempat ini. Dengan segala cerita horor yang melekat padanya, tentu saja gw memilih datang ke tempat ini di siang hari. Karena bingung harus naik transport apa, akhirnya gw memutuskan naik taksi lagi untuk ke tempat ini dari kelenteng Sam Poo Kong. Sesampainya di Lawang Sewu, gw melihat gedung ini sebagai gedung peninggalan Belanda yang gw yakin bersejarah, tapi masalahnya gw nggak mengerti sejarahnya seperti apa. Nah karena nggak mengerti itu, gw melihat bangunan Lawang Sewu jadi kayak mirip-mirip aja sama gedung sekolah SMA 3 dan 5 Bandung :D. Gw jadi merasa sayang kalau sudah jauh-jauh kesini, tapi nggak bisa memahami sejarah dibaliknya, so akhirnya gw memutuskan menyewa seorang tour guide untuk menemani berjalan-jalan di Lawang Sewu.
Dari mas tour guide ini gw tau bahwa walaupun diketahui pernah digunakan sebagai tempat penyiksaan di jaman penjajahan Jepang, Lawang Sewu adalah kantor perkeretaapian di jaman Belanda dan hingga saat ini menejemen gedung ini pun masih dibawah PT KAI. Gedung ini walaupun memiliki nama Lawang Sewu tapi tidak benar-benar memiliki seribu pintu. Setiap ruangan di gedung ini memiliki desain struktur yang dipikirkan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya dengan optimal, termasuk teras dan kamar mandi sekalipun (sebagaimana prinsip biologi, bahwa struktur itu menunjang fungsi kan? :) ). Ada beberapa sudut-sudut ruangan dan gambar-gambar yang ternyata memiliki kisah tersendiri didalamnya, contohnya adalah kaca patri yang bisa kita lihat di bagian dalam Lawang Sewu, ternyata mengisahkan tentang kerajaan Belanda, termasuk ratunya yang berkuasa saat itu, atau sebuah batu besar di halaman Lawang Sewu dimana banyak orang-orang berfoto disana ternyata menggambarkan batu nisan untuk memperingati pejuang-pejuang Semarang. Fakta-fakta seperti ini tidak akan gw ketahui kalau gw jalan sendirian tanpa tour guide :)   
"Jangan ragu untuk pakai jasa tour guide kalau berkunjung ke bangunan atau tempat bersejarah. Karena mereka bisa menceritakan banyak hal menarik dibalik sesuatu yang kita lihat biasa saja".


Puas jalan-jalan di Lawang Sewu, gw memutuskan untuk check in dulu ke hotel, sekalian simpan beberapa barang. Dari lawang Sewu gw naik angkot menuju depan Mal Ciputra simpang lima. Sebelumnya nyempetin solat zuhur di Mesjid Raya Baiturahman yang lokasinya persis di Simpang Lima, dan makan siang di Tahu Pong. Nah di Tahu Pong ini gw merasakan satu lagi nggak enaknya solo traveling yaitu nggak bisa saling sharing makanan. Jadi berbagai macam tahu yang penasaran ingin gw cicipi disini haruslah gw habiskan sendirian, yang ada jadi sisa deh makanannya, nggak sanggup ngabisinnya :(.

3. Gereja Blenduk dan Spiegel Bar and Bistro

Gambar atas: Gereja Blenduk dan langit Semarang yang cerah. Gambar bawah: Spiegel Bar and Bistro

Setelah istirahat beberapa jam di hotel, sore hari gw bermain ke Kota Lama Semarang. Kota Lama ini bentuknya mirip Kota Tua Jakarta. Tujuan utama gw kesini adalah ingin melihat Gereja Blenduk, maklum kan ceritanya mau wisata religi, :p. Pilihan yang tepat menghabiskan sore hari di Kota Lama karena suasananya yang nyaman. Walaupun udaranya masih bikn gerah, tapi matahari sudah mulai tertutup awan sehingga tidak terik lagi. Karena nggak bisa masuk ke dalam gereja, gw hanya foto-foto dari luar, kemudian jalan-jalan di sekitaran gereja ini. Nah, nggak jauh dari Gereja Blenduk ini gw menemukan sebuat kafe yang mirip dengan Cafe Batavia di Kota Tua, namanya Spiegel Bar and Bistro. Langsung deh gw masuk kesini, sekedar untuk membunuh waktu, menikmati suasana sambil minum kopi dan menunggu malam. Gw memilih untuk duduk di samping jendela, memandangi mobil berlalu-lalang di luar. Ini kalau dideskripisiin kok kayaknya galau banget yaa, padahal saat itu gw senang, senang karena selama disini, waktu rasanya berjalan lambat :).

4. Mesjid Agung Jawa Tengah
Main ke kelenteng, udah. Main ke Gereja, udah. Nggak mungkin doong kalau gw nggak main juga ke Mesjid :). Habis ngopi-ngopi cantik di Kota Lama, gw menuju mesjid yang juga banyak jadi rekomendasi tempat untuk didatangi jika berada di Semarang, yaitu Mesjid Agung Jawa Tengah. Sesuai dengan deskripsi yang pernah gw baca sebelumnya, mesjid ini memang cukup mirip dengan Mesjid Nabawi di Madinah, karena di pelataran mesjid agung ini ada payung-payung besar yang bisa di buka tutup, mirip seperti yang ada di Mesjid Nabawi. Mesjid yang besar dan banyak kerlip lampunya, ini salah satu mesjid tercantik yang pernah gw datangi di Indonesia. 


4. Pasar Semawis dan Toko Oen

Pasar Semawis terletak di daerah Pecinan Semarang. Kamu perlu nyiapin perut kalau mau datang ke pasar ini karena sepanjang jalan banyak banget yang jual makanan (tapi perlu hati-hati karena tidak semua yang dijual disini halal untuk muslim yaa J). Katanya sih belum lengkap ke Semarang kalau belum ke tempat ini jadi yaa gw turutin aja deh rekomendasinya, hehe. Dari aneka rupa makanan yang di jual disini gw tertarik membeli makanan yang dijual pemuda-pemudi Semarang, yang entah nama makanannya apa, pokoknya campuran dari kerang, jamur dan keju yang parah enak banget. Terus beli beberapa potong pisang planet khas Semarang (hasil rekomendasi dari blognya Andriani Oktadianti) untuk dimakan sebagai cemilan malam sebelum bobo di hotel (gendooot).

Gw sudah menyusuri sepanjang pasar semawis dan waktu masih kira-kira jam 8 malam. Masih ada 1 tempat yang ingin gw datangi, yaitu Toko Oen. Toko ini terkenal karena katanya resep makanan-makanan yang ditawarkan disini asli dari jaman Belanda dulu, dekorasi tempat ini pun unik dan khas tempoe doeloe. Berdasarkan google maps, jarak dari Pasar Semawis ke Toko Oen di Jalan Pemuda tidak terlalu jauh, jadi gw memutuskan untuk sedikit jalan kaki lalu nyambung naik becak. Jalan kaki malam-malam untuk solo traveller rasanya memang kurang aman, jadi lebih baik mengeluarkan biaya lebih untuk naik becak.
Sampai di Toko Oen, suasananya ramai banget, maklum aja waktu itu malam minggu. Gw mengambil tempat duduk di dekat bapak-bapak penyanyi kafe yang nyanyi lagu-lagu tembang kenangan. Gw tertarik beli bistik yang ada disini, tapi karena perut masih kenyang banget (dan karena mahal juga sih bistiknya), akhirnya gw memutuskan beli poffertjes ice cream saja, dan yummy ini juga enaaak!
Gamabr atas: Suasana Pasar Semawis. Gambar bawah: Suasana di Toko Oen
Kenyang makan eskrim sambil dihibur lagu tembang kenangan, gw merasa sudah sangat puas untuk semua pengalaman jalan-jalan di hari itu. Gw kembali ke hotel ditemani abang becak. Masuk kamar hotel dengan perut penuh dan bibir tersenyum.
"Untuk semua kenyamanan dan keselamatan, semua yang sudah gw saksikan, hirup dan sentuh, serta semua yang sudah masuk ke mulut dan perut ini, gw bersyukur bangeeeet sama Tuhan. Di pengalaman pertama gw melakukan solo travelling, gw masih dalam lindungan Allah sehingga semua berlangsung lancar dan penuh pengalaman.

      Semarang, Minggu 2 Agustus 2015.

Waktu gw di kota ini tinggal beberapa jam lagi. Tidak banyak yang gw lakukan. Hanya menghabiskan waktu sarapan dan santai-santai nonton HBO di hotel. Jam 11an gw check out, lalu menuju Stasiun Semarang Tawang naik taksi. Sebelumnya gw mampir dulu beli oleh-oleh di Lunpia Delight yang lokasinya juga deket banget dari hotel. Sejujurnya gw nggak suka lunpia goreng :D. Walaupun kata orang lunpia Semarang itu enak banget tapi entah kenapa menurut gw lebih enak lunpia basah yang dijual mamang-mamang di pinggiran Jalan Ganesha, hehehe. Ini bukan soal tempat dimana gw beli lunpia, ini lebih ke soal selera, lidah gw kayaknya nggak cocok aja sama lunpia. Tapi karena ini titipan nyokap dan lagi-lagi katanya belum lengkap ke Semarang kalau nggak nyicipin lunpia Semarang, gw ikutin aja deh rekomendasinya :)

Di kereta dalam perjalanan kembali ke Jakarta, gw menyimpulkan 2 hal terkait pengalaman pertama melakukan solo travelling ini:
  1. Solo travelling adalah tentang diri sendiri. Gw yang membuat keputusan gw juga yang akan menghadapi kesenangan serta resikonya sendirian. Bagian yang gw paling suka dari solo travelling ini adalah gw tidak perlu berkompromi dengan siapapun, tentang apapun. Semuanya bener-bener suka-suka gw J
  2. Berada di tempat asing sendirian, juga membuat gw lebih menghargai kehadiran orang-orang di sekeliling gw. Pada akhirnya menurut gw solo travelling memang seru, tapi travelling itu akan lebih menyenangkan kalau ada temennya J. Bukan hanya masalah security ketika jalan-jalan sendirian, atau bukan juga tentang budget perjalanan yang nggak bisa dibagi. Tapi lebih dari itu. Gw menyadari kalau pengalaman menyenangkan itu akan jadi double menyenangkan jika ada orang lain yang bisa kita bagi kegembiraan.

Gw merekomendasikan kegiatan ini untuk jadi pengalaman sekali seumur hidup. Nggak wajib untuk dilakukan sih, tapi selagi bisa, kenapa tidak? J

Terimakasih sudah membaca yaa.

Salam,

Venessa Allia