Kamis, 13 Desember 2018

EKOLOGI DESK & COFFEE



Waktu gue menulis ini, gue sedang ada di sebuah tempat bernama EKOLOGI DESK & COFFEE yang berlokasi di.. Yogyakarta. Seminggu yang lalu gue tidak membayangkan akan ada di Jogja hari ini, tapi ya begitulah, sejak tadi malam gue sudah landing di Jogja. Somehow, pekerjaan gue sekarang cukup membuat gue berpikir “Bagaimana gue menjalani pekerjaan ini saat punya anak nanti?”. Haha, maklum cewek kan mikirnya suka 10-20 langkah di depan (cewek itu maksudnya gue dan Hawa Firdausi, nggak tau sih cewek-cewek lain gimana). Banyak sih working mom di tempat gue, cuma saat ini gue belum yakin bisa jadi seperti mereka. Ah sudahlah, nggak ada gunanya dipikirin sekarang.

Pertanyaan lain, dari 32 km2 luas Kota Yogyakarta (gue serius googling untuk dapat angka ini), kenapa bisa pilih kafe ini? Jadi ceritanya dari tadi siang gue udah niat malam hari mau ke Kopi Klinik, tempat syuting AADC2. Gue rada obsessed sama tempat ini soalnya scene Cinta sama Rangga di tempat ini semacam scene favorit gue di AADC2 (penting kaan). Dari hotel gue order Grab Car ke sana, dan sampai sana ternyata tempatnya.. tutup. Gue emang nggak ngecek sih tempatnya tutup jam berapa, udah yakin aja kalau coffee shop pasti buka sampai tengah malam. Taunya pas googling, Kopi Klinik tutupnya jam 8, gue sampai sana kayak jam 08.5 gitu. Wooow on time sekali yaa mereka.

Nah, di perjalanan menuju Kopi Klinik, supir Grab Car gue nyebut kalau di Jogja ada Filosofi Kopi juga. Gue udah tahu juga sih, cuma nggak inget aja, lagian Filkop ada juga di Bintaro. Cuma ketika tau Kopi Kliniknya tutup, yang jadi top of mind gue yaaa si FilKop ini (efek baru disebut sama bapak supir). Yaudah deh gue minta anter ke sana.

Nah ketika mobil sudah berjalan beberapa ratus meter, bapak supir menyebutkan nama-nama kafe di Jogja, salah satunya yang mencuri perhatian adalah EKOLOGI. Judul kafenya kan kayak cocok aja gitu sama keilmuan gue (apa siiih). Terus buru-buru deh gue googling tempatnya, ternyata menarik juga. Perpaduan Dapur Eyang sama Sejiwa kalau di Bandung. Yaudah tanpa pikir panjang dan rasa malu gue bilang sama Pak Sopir, “Pak kalau kita ke Ekologi aja bisa nggak pak?”

Yeah, labil is still my middle name. I am not proud of it but I know I can’t deny, hahaha

Jadi yaaa begitulah ceritanya kenapa gue ada disini. Sebenernya tuh tujuan gue nongkrong juga bukan mau nulis receh kayak gini. Gue niat bawa laptop menuju kafe, niat hati mau nulis yang lebih serius gitu. Kayak review bukunya Ustad Nouman atau hasil kontemplasi gue habis lihat akun IG sebuah partai yang gue rasa ada orang semacam Grindelwald di sana. Kalau lo udah nonton Fantastic Beast yang kedua mungkin mengerti maksud gue apa. Grindelwald adalah manusia yang sangat pandai bicara, memutihkan yang hitam, membuat delusi kebenaran, dan provokatif. Manusia kayak gini yang harus banyak-banyak dilawan bukan hanya pakai akal manusia, tapi juga pakai doa (dan Surat Al-Kahfi, to be précised) supaya selalu diberikan cahaya petunjuk oleh Tuhan untuk dapat membedakan mana yang benar dan salah.

Tapi sampai EKOLOGI gue buka laptop dan malah nulis tentang bagaimana gue sampai di tempat ini, hihihi.

Biar gue ulang statement-nya:  Yeah, labil is still my middle name. I am not proud of it but I know I can’t deny :p

EKOLOGI DESK & COFFEE ini punya suasana yang emang nyaman banget sih. Bikin udah duduk lupa berdiri. Tempatnya ramai dengan dedek-dedek mahasiswa yang kelihatannya sedang mengerjakan tugas. Kelihatannya loh ya, gue nggak tau juga apa yang mereka lihat di screen laptop mereka. Gue pesen Mocha Coffee (medium size, harga Rp 33.000) dan Rice Bowl Ekologi Signature (harga Rp 38.000). Mocha Coffee-nya pas di lidah gue, rice bowl-nya enak tapi kurang berkesan. Ohiya, tempat ini juga menyediakan co-working space di lantai dua.

Kesimpulannya, kalau gue jadi orang Jogja, gue rasa gue akan sering ke tempat ini.

Kalau ada yang nanya, kenapa gue di Jogja tapi malah nongkrong di kafe, makan rice bowl dan tidak makan gudeg?  Jawabannya adalah simply karena gue nggak suka gudeg. Lagian di penghujung periode twenty something ini, gue sadar bahwa..

gue akan memilih berdasarkan apa yang membuat hati gue tenang dan apa yang benar menurut standar kebenaran yang gue yakini dan terbukti benar,
daripada,
memilih berdasarkan apa yang orang bilang.

Oke, cukup dulu ya.
Stay positive.





Salam,
Venessa Allia

0 comments: