Jumat, 25 September 2015

Semarang Happy Sendirian (Part 2)

Making a big life change is scary. But, know whats even scarier? Regret.

Itu adalah kalimat yang gw post di Path setibanya di Semarang pada 1 Agustus 2015. It was super excited. Akhirnya gw berani juga solo travelling. Ini bakal jadi liburan yang singkat banget. Hanya 2 hari 1 malam, tp sendirian, di sebuah perkotaan yang belum pernah saya datangi sebelumnya.

Pagi itu, gw dan mama pergi bareng ke bandara naik taksi, karena di hari yang sama mama mau ke Padang juga. Solo travelling ini diawali dengan gw salah terminal pesawat, harusnya di terminal 3, eh gw turun di 1C, jadilah gw nyambung taksi lagi (extra cost deh) ke terminal 3, soalnya waktunya agak mepet jadi khawatir nggak keburu kalau nungguin shuttle bus. Di terminal 3, pas lagi ngantri check in, ada penampakan yang bikin gw happy. Ada Ario Bayu ngantri check in persis disamping gw. Lusuh tapi tampan. Hahaha.

Okeee..secara keseluruhan gw punya 27 jam untuk gw habiskan di Semarang sendirian. Jadi gw ngapain aja? Ini review-nya J:

I.                    ACCOMODATION!
  • Transportasi Pergi dan Pulang
Karena gw hanya memanfaatkan waktu di akhir pekan untuk liburan ini, maka saya pilih pergi ke Semarang naik pesawat dan pulang kembali ke rumah naik kereta. Sebenarnya secara waktu dan biaya, akan lebih efisien kalau pergi dan pulang naik pesawat, tp gw sekalipun belum pernah nyobain kereta executive, jadi penasaran juga. Penerbangan ke Semarang hanya sekitar 1 jam saja, jadi gw pikir agak sayang juga kalau harus naik Garuda. Yah walaupun tema liburannya adalah liburan manja, masih okelah ya naik low cost airline. Untuk jadwal pulangnya, gw udah booking kereta Argo Anggrek Pagi jam 12.30 dari Semarang Tawang menuju Jatinegara. Dari Jatinegara ke Serpong, gw lanjut naik commuter line lagi. Sehari itu gw resmi jadi roker, rombongan kereta maksudnya :p.

No comment soal pesawat ke Semarang. Alhamdulillah terbang selamat dan tepat waktu (I think its more than enough, haha). Gw lebih tertarik mengomentari keretanya. Keretanya nyaman banget, pantesan harganya beda tipis sama harga pesawat. Gw bisa nonton film Mission Impossible 3 di kereta dengan kualitas gambar dan suara yang bagus. Kursinya juga nyaman, bisa di atur sesuai keinginan (beda jauh dengan kereta ekonomi yang kursinya by default membentuk sudut 90° dan nggak bisa diapa-apain). Nggak nyesel memilih perjalanan pulang dengan kereta Argo Anggrek ini. Di lain kesempatan gw ingin naik kereta seperti ini lagi J

  • Hotel
Selama di Semarang gw bermalam di hotel Ibis Jalan Gajah Mada (kan judulnya liburan manja, jadi mesti banget nginep di hotel, walaupun bintang 3, hehehe). Lokasi hotel ini ada di pusat kota Semarang. Menurut gw ini udah termasuk best deal dibandingkan pilihan hotel lain di Traveloka. Fasilitas yang didapat sesuai dengan harga yang ditawarkan. Waktu itu gw bayar 396.000/malam, untuk satu standard hotel room, exclude breakfast.

Menurut gw bisa guling-guling sambil selimutan di kamar hotel dengan AC temperatur 20°C adalah salah satu kenikmatan dunia yang tidak bisa didustakan. Happy bangeet (padahal bobonya masih sendirian looh, hahaha). Entah efek kasurnya yang empuk atau efek seprai dan selimut yang putih dan wangi, tapi kasur hotel itu seperti punya magnet yang bikin males keluar dan maunya bobo cantik aja di kamar. Duh kalau nggak inget tujuan gw ke Semarang adalah mau jalan-jalan, mungkin gw udah bertapa aja di bawah selimut seharian, hihihi.

  • Transportasi Selama di Semarang
Transportasi selama di Semarang (atau tujuan solo travelling lainnya), menurut gw adalah post budget yang membuat solo travelling jadi mahal. Karena jalan kemana-mana sendirian, artinya jadi nggak bisa berbagi ongkos transport kemanapun dengan siapapun. Selama di Semarang gw nyobain naik angkot, becak dan taksi. Untuk angkot sih no issue. Tapi becak dan terutama taksi jadi berasa banget mahalnya karena ongkosnya harus ditelen sendirian. Udah gitu, pengalaman kemarin gw di Semarang, sama sekali nggak pernah kena macet, kemana-mana lancar dan cepet, jadi beberapa kali gw harus bayar taksi dengan harga minimum order, karena argonya dibawah itu -_-.
"Sisi negatif dari solo travelling adalah nggak bisa share biaya transportasi seperti becak dan taksi, jadi berapapun biayanya harus ditelen sendirian".

II.                  DESTINATION!

Satu minggu sebelum berangkat, gw udah sibuk nanya beberapa orang yang emang orang Semarang atau yang pernah numpang kuliah di Semarang tentang tujuan wisata di kota ini. Dari mereka gw tahu beberapa info menarik dan berguna untuk jalan-jalan disana. Serta dibantu beberapa rekomendasi dari blog-blog, akhirnya gw memilih tempat-tempat dibawah ini sebagai tujuan. Kembali lagi, karena waktunya pendek, gw tidak bisa datang ke semua tempat yang direkomendasikan. Tempat yang gw datangi ini adalah tempat yang paling ingin gw datangi dan sesuai tema perjalanan yaitu Wisata Manja tapi Religius (hahaha). Ini dia destinasinya:

1. Kelenteng Sam Poo Kong


Hampir semua blog yang membahas Visit Semarang yang pernah gw baca, merekomendasikan tempat ini udah didatangi. Salah seorang rekan gw di kantor dulu yang asli orang Semarang, sebut saja namanya Mas Katon, juga bilang kalau tempat ini jadi tempat favorit wisatawan yang datang ke Semarang. Dan mengingat Semarang adalah kota multietnis, dengan etnis Cina sebagai salah satu etnis yang berpengaruh, kayaknya bermain ke kelenteng ini menarik juga. Jadilah Kelenteng Sam Poo Kong jadi destinasi pertama gw setibanya di Semarang. Dari bandara gw naik taksi ke tempat ini. Nyampe disini langsung pengen foto di depan tulisan Sam Poo Kong. Berulang kali gw nyobain selfie tapi gagal terus. Beneran deh gw nggak bakat fotografi sama sekali, mau fotoin orang, atau memfoto diri sendiri hasilnya nggak ada yang bener. Akhirnya memberanikan diri (sekaligus menjatuhkan harga diri) untuk mintain foto ke..anak SD yang lagi main sepeda.
Sesuai yang dilihat di dunia maya, kelenteng Sam Po Kong ternyata memang megah. Gw mengambil beberapa foto dari jarak jauh karena tentunya tidak mau menggangu orang yang sedang beribadah. Berada di kelenteng ini seperti sedang berada di setting serial Putri Huan Zhu, hihi. Disini juga ada tempat penyewaan baju-baju kaisar dan putri-putri kayak di serial Putri Huanzhu yang bisa dipakai untuk foto, biayanya kalau nggak salah sekitar 80 ribu. Anyway, di tempat ini gw menyadari bahwa Semarang bener-bener kota yang.. panas! Karena saat itu baru jam 9 pagi tapi matahari rasanya udah teriiik banget.    
2. Lawang Sewu
Salah nggak kalau gw bilang Lawang Sewu adalah historical buiding paling hits di Semarang? Dan memang salah satu alasan gw ingin ke Semarang adalah karena ingin berkunjung ke tempat ini. Dengan segala cerita horor yang melekat padanya, tentu saja gw memilih datang ke tempat ini di siang hari. Karena bingung harus naik transport apa, akhirnya gw memutuskan naik taksi lagi untuk ke tempat ini dari kelenteng Sam Poo Kong. Sesampainya di Lawang Sewu, gw melihat gedung ini sebagai gedung peninggalan Belanda yang gw yakin bersejarah, tapi masalahnya gw nggak mengerti sejarahnya seperti apa. Nah karena nggak mengerti itu, gw melihat bangunan Lawang Sewu jadi kayak mirip-mirip aja sama gedung sekolah SMA 3 dan 5 Bandung :D. Gw jadi merasa sayang kalau sudah jauh-jauh kesini, tapi nggak bisa memahami sejarah dibaliknya, so akhirnya gw memutuskan menyewa seorang tour guide untuk menemani berjalan-jalan di Lawang Sewu.
Dari mas tour guide ini gw tau bahwa walaupun diketahui pernah digunakan sebagai tempat penyiksaan di jaman penjajahan Jepang, Lawang Sewu adalah kantor perkeretaapian di jaman Belanda dan hingga saat ini menejemen gedung ini pun masih dibawah PT KAI. Gedung ini walaupun memiliki nama Lawang Sewu tapi tidak benar-benar memiliki seribu pintu. Setiap ruangan di gedung ini memiliki desain struktur yang dipikirkan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya dengan optimal, termasuk teras dan kamar mandi sekalipun (sebagaimana prinsip biologi, bahwa struktur itu menunjang fungsi kan? :) ). Ada beberapa sudut-sudut ruangan dan gambar-gambar yang ternyata memiliki kisah tersendiri didalamnya, contohnya adalah kaca patri yang bisa kita lihat di bagian dalam Lawang Sewu, ternyata mengisahkan tentang kerajaan Belanda, termasuk ratunya yang berkuasa saat itu, atau sebuah batu besar di halaman Lawang Sewu dimana banyak orang-orang berfoto disana ternyata menggambarkan batu nisan untuk memperingati pejuang-pejuang Semarang. Fakta-fakta seperti ini tidak akan gw ketahui kalau gw jalan sendirian tanpa tour guide :)   
"Jangan ragu untuk pakai jasa tour guide kalau berkunjung ke bangunan atau tempat bersejarah. Karena mereka bisa menceritakan banyak hal menarik dibalik sesuatu yang kita lihat biasa saja".


Puas jalan-jalan di Lawang Sewu, gw memutuskan untuk check in dulu ke hotel, sekalian simpan beberapa barang. Dari lawang Sewu gw naik angkot menuju depan Mal Ciputra simpang lima. Sebelumnya nyempetin solat zuhur di Mesjid Raya Baiturahman yang lokasinya persis di Simpang Lima, dan makan siang di Tahu Pong. Nah di Tahu Pong ini gw merasakan satu lagi nggak enaknya solo traveling yaitu nggak bisa saling sharing makanan. Jadi berbagai macam tahu yang penasaran ingin gw cicipi disini haruslah gw habiskan sendirian, yang ada jadi sisa deh makanannya, nggak sanggup ngabisinnya :(.

3. Gereja Blenduk dan Spiegel Bar and Bistro

Gambar atas: Gereja Blenduk dan langit Semarang yang cerah. Gambar bawah: Spiegel Bar and Bistro

Setelah istirahat beberapa jam di hotel, sore hari gw bermain ke Kota Lama Semarang. Kota Lama ini bentuknya mirip Kota Tua Jakarta. Tujuan utama gw kesini adalah ingin melihat Gereja Blenduk, maklum kan ceritanya mau wisata religi, :p. Pilihan yang tepat menghabiskan sore hari di Kota Lama karena suasananya yang nyaman. Walaupun udaranya masih bikn gerah, tapi matahari sudah mulai tertutup awan sehingga tidak terik lagi. Karena nggak bisa masuk ke dalam gereja, gw hanya foto-foto dari luar, kemudian jalan-jalan di sekitaran gereja ini. Nah, nggak jauh dari Gereja Blenduk ini gw menemukan sebuat kafe yang mirip dengan Cafe Batavia di Kota Tua, namanya Spiegel Bar and Bistro. Langsung deh gw masuk kesini, sekedar untuk membunuh waktu, menikmati suasana sambil minum kopi dan menunggu malam. Gw memilih untuk duduk di samping jendela, memandangi mobil berlalu-lalang di luar. Ini kalau dideskripisiin kok kayaknya galau banget yaa, padahal saat itu gw senang, senang karena selama disini, waktu rasanya berjalan lambat :).

4. Mesjid Agung Jawa Tengah
Main ke kelenteng, udah. Main ke Gereja, udah. Nggak mungkin doong kalau gw nggak main juga ke Mesjid :). Habis ngopi-ngopi cantik di Kota Lama, gw menuju mesjid yang juga banyak jadi rekomendasi tempat untuk didatangi jika berada di Semarang, yaitu Mesjid Agung Jawa Tengah. Sesuai dengan deskripsi yang pernah gw baca sebelumnya, mesjid ini memang cukup mirip dengan Mesjid Nabawi di Madinah, karena di pelataran mesjid agung ini ada payung-payung besar yang bisa di buka tutup, mirip seperti yang ada di Mesjid Nabawi. Mesjid yang besar dan banyak kerlip lampunya, ini salah satu mesjid tercantik yang pernah gw datangi di Indonesia. 


4. Pasar Semawis dan Toko Oen

Pasar Semawis terletak di daerah Pecinan Semarang. Kamu perlu nyiapin perut kalau mau datang ke pasar ini karena sepanjang jalan banyak banget yang jual makanan (tapi perlu hati-hati karena tidak semua yang dijual disini halal untuk muslim yaa J). Katanya sih belum lengkap ke Semarang kalau belum ke tempat ini jadi yaa gw turutin aja deh rekomendasinya, hehe. Dari aneka rupa makanan yang di jual disini gw tertarik membeli makanan yang dijual pemuda-pemudi Semarang, yang entah nama makanannya apa, pokoknya campuran dari kerang, jamur dan keju yang parah enak banget. Terus beli beberapa potong pisang planet khas Semarang (hasil rekomendasi dari blognya Andriani Oktadianti) untuk dimakan sebagai cemilan malam sebelum bobo di hotel (gendooot).

Gw sudah menyusuri sepanjang pasar semawis dan waktu masih kira-kira jam 8 malam. Masih ada 1 tempat yang ingin gw datangi, yaitu Toko Oen. Toko ini terkenal karena katanya resep makanan-makanan yang ditawarkan disini asli dari jaman Belanda dulu, dekorasi tempat ini pun unik dan khas tempoe doeloe. Berdasarkan google maps, jarak dari Pasar Semawis ke Toko Oen di Jalan Pemuda tidak terlalu jauh, jadi gw memutuskan untuk sedikit jalan kaki lalu nyambung naik becak. Jalan kaki malam-malam untuk solo traveller rasanya memang kurang aman, jadi lebih baik mengeluarkan biaya lebih untuk naik becak.
Sampai di Toko Oen, suasananya ramai banget, maklum aja waktu itu malam minggu. Gw mengambil tempat duduk di dekat bapak-bapak penyanyi kafe yang nyanyi lagu-lagu tembang kenangan. Gw tertarik beli bistik yang ada disini, tapi karena perut masih kenyang banget (dan karena mahal juga sih bistiknya), akhirnya gw memutuskan beli poffertjes ice cream saja, dan yummy ini juga enaaak!
Gamabr atas: Suasana Pasar Semawis. Gambar bawah: Suasana di Toko Oen
Kenyang makan eskrim sambil dihibur lagu tembang kenangan, gw merasa sudah sangat puas untuk semua pengalaman jalan-jalan di hari itu. Gw kembali ke hotel ditemani abang becak. Masuk kamar hotel dengan perut penuh dan bibir tersenyum.
"Untuk semua kenyamanan dan keselamatan, semua yang sudah gw saksikan, hirup dan sentuh, serta semua yang sudah masuk ke mulut dan perut ini, gw bersyukur bangeeeet sama Tuhan. Di pengalaman pertama gw melakukan solo travelling, gw masih dalam lindungan Allah sehingga semua berlangsung lancar dan penuh pengalaman.

      Semarang, Minggu 2 Agustus 2015.

Waktu gw di kota ini tinggal beberapa jam lagi. Tidak banyak yang gw lakukan. Hanya menghabiskan waktu sarapan dan santai-santai nonton HBO di hotel. Jam 11an gw check out, lalu menuju Stasiun Semarang Tawang naik taksi. Sebelumnya gw mampir dulu beli oleh-oleh di Lunpia Delight yang lokasinya juga deket banget dari hotel. Sejujurnya gw nggak suka lunpia goreng :D. Walaupun kata orang lunpia Semarang itu enak banget tapi entah kenapa menurut gw lebih enak lunpia basah yang dijual mamang-mamang di pinggiran Jalan Ganesha, hehehe. Ini bukan soal tempat dimana gw beli lunpia, ini lebih ke soal selera, lidah gw kayaknya nggak cocok aja sama lunpia. Tapi karena ini titipan nyokap dan lagi-lagi katanya belum lengkap ke Semarang kalau nggak nyicipin lunpia Semarang, gw ikutin aja deh rekomendasinya :)

Di kereta dalam perjalanan kembali ke Jakarta, gw menyimpulkan 2 hal terkait pengalaman pertama melakukan solo travelling ini:
  1. Solo travelling adalah tentang diri sendiri. Gw yang membuat keputusan gw juga yang akan menghadapi kesenangan serta resikonya sendirian. Bagian yang gw paling suka dari solo travelling ini adalah gw tidak perlu berkompromi dengan siapapun, tentang apapun. Semuanya bener-bener suka-suka gw J
  2. Berada di tempat asing sendirian, juga membuat gw lebih menghargai kehadiran orang-orang di sekeliling gw. Pada akhirnya menurut gw solo travelling memang seru, tapi travelling itu akan lebih menyenangkan kalau ada temennya J. Bukan hanya masalah security ketika jalan-jalan sendirian, atau bukan juga tentang budget perjalanan yang nggak bisa dibagi. Tapi lebih dari itu. Gw menyadari kalau pengalaman menyenangkan itu akan jadi double menyenangkan jika ada orang lain yang bisa kita bagi kegembiraan.

Gw merekomendasikan kegiatan ini untuk jadi pengalaman sekali seumur hidup. Nggak wajib untuk dilakukan sih, tapi selagi bisa, kenapa tidak? J

Terimakasih sudah membaca yaa.

Salam,

Venessa Allia

0 comments: