Rabu, 07 Maret 2018

Nonton TV, eh Nonton Youtube


Selamat malam!

Apa kabar dunia di luar wisma PPSDM Aparatur, Cisitu Lama, Bandung, tempat saya menulis tulisan hari ini? #lebaywoy

Malam ini suasana hati saya lagi enak banget. Hari ini saya banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang yang punya selera humor yang sama (sama recehnya :D), keresahan yang sama, pemikiran yang mirip dan tugas diklat yang sama juga, hihihi. Ya intinya, saya bersyukur berada di lingkungan yang membuat saya nyaman. Buat saya itu penting :).

Sekarang udah jam 10 malam dan seharusnya saya tidur karena besok harus bangun jam 4 pagi, tapi tadi pagi udah niat pengen nulis demi ikrar #1minggu1cerita (ini grup memang efektif deh bikin saya konsisten menulis). Minggu ini #1m1c punya topik yaitu perubahan. Kemarin sempat kepikiran ingin nulis soal jilbab, karena keputusan berjilbab adalah sebuah keputusan yang menuntut saya berubah total. Yaa dari yang sebelumnya kemana-mana ngeliatin rambut, sekarang rambutnya harus ditutup, perubahan besar kan? Tapi niat itu saya urungkan, karena saya ingin menulis sesuatu yang lebih ringan. Nanti deh kalau waktu dan suasana hatinya lagi tepat, saya cerita apa yang dulu saya pikirkan hingga saya mau berjilbab.

Nah, tadi pagi saya nemu topik lain berkaitan dengan perubahan. Topik yang lebih ringan (atau receh ya?!). Berawal dari ritual leyeh-leyeh in the morning, sambil nungguin Yovita (temen sekamar) mandi, saya nonton NebengBoy, channel-nya Boy William, di Youtube, and you know what? I really enjoyed it!!! 

Terus apa hubungannya sama perubahan?

Saya cuma mau bilang: Dunia berubah cuuuuy, TV udah nggak laku kagi, banyak orang cari hiburan di Youtube !!!

Oke revisi dikit,
TV masih laku tapi untuk kelompok manusia tertentu, dan asumsi saya jumlahnya tidak sebanyak dulu (karena nggak punya data, jadi bilangnya asumsi). Kayaknya kelompok orang yang udah bersahabat banget dengan handphone, internet dan YouTube sudah jauh dengan dunia televisi. Malah jadi stasiun TV yang ikut menyesuaikan diri, mereka tidak hanya membuat tayangan di TV, tapi juga punya channel di YouTube.

Untuk saya pribadi, saat ini acara TV yang saya tonton secara rutin cuma satu: Indonesian Idol, hahaha. Tadi pagi juga bisa nonton NebengBoy di YouTube gara-gara judul acaranya bawa-bawa Indonesian Idol. Beberapa acara di Net TV juga masih saya tonton, tapi tidak rutin, atau tidak secara sengaja menyediakan waktu untuk nonton acara tersebut, karena semua acara TV yang saya sukai, ada di YouTube.

Hal ini berdampak, kuota internet saya cepet banget abisnya :))

Kalau kata Maliq & The Essentials dalam lagu Ananda, "Di kehidupan yang berjalan, yang tak berubah hanya perubahan." Bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu berkembang dan berubah, menurut saya menjadi fenomena tersendiri yang sangat menarik. Ini juga tanda kebesaran Tuhan. Tapi yang terpenting sebenarnya bukan apa berubah menjadi apa, tapi bagaimana manusia merespon perubahan tersebut dengan dewasa berdasarkan keyakinannya.

Kembali mengutip lirik lagu Ananda milik Maliq & The Essentials featuring Indra Lesmana,

"Ananda, dewasalah dengan cara yang kau percaya. Sempurna hanya di Surga" 


Sempurna hanya di Surga.
Sempurna hanya di Surga.
Sempurna hanya di Surga.
Sengaja ditulis 3x, biar meresap, hehehe.

Terakhir, saya ingin berbagi beberapa channel Youtube yang jadi favorit saya:
- Indonesian Idol 2018
- The Voice Indonesia (anak dan dewasa)
- The Voice USA (maklum penggemar talent show)
- Tonight Show Net TV
- Muvilla, Woman Talk, pokoknya channel yang ngomongin soal film.
- Kadang-kadang nonton Vlog, biasanya Vlognya Fitrop, sama tadi pagi Boy William (dan ternyata seru juga lihat dia muter-muter Jakarta sambil ngobrol sama VJ Daniel)
- Bayyinah Institute (kajian Nouman Ali Khan, super highly recommended).


Kedua terakhir, perubahan kebiasaan dari nonton TV jadi nonton Youtube, sebenarnya hanya perubahan media saja. Sekarang, apapun media hiburannya, semoga membuat kita semakin baik dan semakin ingat sama Yang Maha Baik yaa :)

Stay positive!

Salam,
Venessa Allia






2 comments:

Ayu Welirang mengatakan...

Betul sekaliiii. Kalo dilihat dari geodemografi sih, televisi sekarang mulai ditinggalkan dan orang beralih ke media baru (new media) alias media-media yang sistemnya CG (computer generated).

Tapi, sekali lagiii, berdasarkan geodemografi, di beberapa daerah terpencil dengan demografi penduduk yang notabene sosial ekonomi statusnya di bawah kelas A - C, mereka tidak bisa tidak menonton televisi. Bagi mereka, televisi menjadi salah satu jendela untuk mengenal dunia luar.

Namun, sejak banyak traveler yang non-responsible masuk ke daerah-daerah, rasanya kebudayaan mereka nonton televisi untuk menambah guyub atau silaturahmi dengan saudara dan teman, udah berubah juga. Sekarang kalau ada orang luar daerah, pasti mereka sudah tahu bagaimana harus bersikap. Dengan minta selfie bareng, atau minta masuk YouTube mereka dan lain-lain.

Buat gue sih, perubahan media ini kayaknya punya sisi negatif dan sisi positif ya. Banyak hal yang bisa diambil sebagai manfaat, walau di sisi lain, banyak hal pula yang harus terpinggirkan hanya karena perubahan dari media tradisional ke media baru. :(

Misalnya, banyaknya percetakan koran yang gulung tikar, banyaknya tontonan kurang mendidik demi rating di televisi, banyaknya profesi tenaga ahli di pertelevisian yang sudah nggak punya kerjaan dan di-PHK, dan lain-lain sebagainya. :(

annisaa_ica mengatakan...

Iya betul. Sekarang ga punya tivi di rumah pun terasa biasa saja, beda kalau ga punya kuota internet di hape, mati gaya.