Malas adalah musuh besar bagi setiap individu yang
diciptakan Tuhan. Penyakit ini mematikan karena dapat menjadi penghambat rezeki
dan keberkahan hidup, juga mematikan potensi-potensi yang sudah ditanamkan
Tuhan. Mengalahkan kemalasan pada dasarnya mengalahkan diri sendiri, dan
menurut saya hal itu bisa lebih sulit daripada mengalahkan kompetitor atau ratusan individu lain yang sudah jelas di depan mata. Salah satu doa pada dzikir pagi-petang juga
ada yang berbunyi “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan
kemalasan.” Hal ini menurut saya adalah indikator bahayanya kemalasan.
Kalau saya perhatikan, tiap individu pada dasarnya punya
sifat malas, hanya kadarnya berbeda. Orang-orang yang terkenal produktif dan
memiliki mode of achievement yang
tinggi, menurut saya punya kekuatan untuk mengalahkan rasa malas sehingga
kadar malasnya menjadi sangat kecil. Malas juga banyak bentuknya, yang pasti semua
bentuk kemalasan akan menghalangi manusia dari kebaikan: malas belajar, malah
ibadah, malas bangun pagi, atau malas olahraga (yang ini saya akui, menjadi
kelemahan terbesar saya).
Ada banyak faktor yang memperbesar kadar kemalasan, tiga
diantaranya menurut saya adalah:
1. Waktu luang
Saya biasanya jadi jauh lebih produktif di
kala deadline, atau waktu terbatas, bukan kebiasaan yang layak ditiru, tapi
harus diakui, waktu luang yang tidak bisa dimanfaatkan dengan baik sering kali
membahayakan.
2. Udara dingin
Ini teori saya pribadi sih, nggak ada dasar
ilmiahnya. Udara dingin itu kenapa sih bikin malas banget bangun pagi, males nyuci baju (karena kena air dingin), males olahraga
(yah kalau ini, mau udara panas juga saya suka males sih, errh). Bawaannya
pengen di kasur, selimutan sambil baca novel. Sekali-sekali mungkin nggak
apa-apa yaa, tapi kalau keterusan bahayaaaa. Mungkin hal ini pula yang menjadi
sebab sampai saat ini saya nggak ditakdirkan sekolah di Eropa, nanti kalau
musim dingin bisa-bisa saya lemah nggak mau kuliah.
3. Kondisi yang terlalu nyaman.
Saya tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat
bahwa comfort zone itu tidak baik, yang saya permasalahkan adalah jika
kondisinya sudah terlalu nyaman. Dimana-mana yang namanya “terlalu” itu tidak
baik, kan? Terlalu nyaman juga akan membuat manusia malas bergerak dan berbuat,
karena sering kali energi untuk berubah dan berkarya hadir dari
ketidaknyamanan.
Naaaaaah…
Kenapa saya menyinggung topik “malas” pada tulisan saya kali
ini karena saya menyadari ketiga kondisi tersebut ada di dalam hidup saya saat
ini. Jadi penyakit malas sedang sangat mudah tumbuh subur dalam diri saya. Dua hari yang lalu, saya baru diberi tahu ternyata CPNS yang proses seleksinya
saja kemarin sudah memakan waktu hampir lebih dari 2 bulan,
ternyata hari pertama bekerjanya masih di bulan Febuari (pengalaman seleksi
CPNS ini memang istimewa, ingatkan saya untuk cerita soal ini nanti). Jadi saya
punya waktu luang selama 2 bulan yang harus saya kelola sebaik mungkin.
Ditambah lagi udara dingin yang belakangan ini setiap hari menutupi Tangerang
Selatan membuat pagi saya semakin menantang. Daan tinggal di rumah bersama
orang tua dan asisten rumah tangga, harusnya juga jadi satu indikator
kenyamanan. Waktu di Bandung saya tinggal berdua dengan adik sepupu saya, dan karena kami ngurus rumah sendiri, saya lebih punya kesadaran untuk beres-beres
rumah. Tapi disini, dengan kehadiran asisten rumah tangga, duh nggak
bisa boong, gelora kemalasannya makin jadi aja (cailah gelora).
Naaaah (apaan sih
nah-nah-nah mulu, maafin lagi nggak bisa bikin bridging yang lebih asik).
Maksud tulisan ini adalah saya ingin berbagi tips sederhana bagaimana caranya melawan rasa malas supaya lebih produktif menggunakan waktu. Tips ini bukan dari sumber manapun, jadi murni dari pemahaman saya, ditulis oleh saya, dan saya tulis untuk diri saya sendiri, syukur-syukur kalau
yang baca bisa menerima dan menerapkannya juga, semoga saya kebagian amal
jariyahnya, hihihi. Tips ini banyak saya ambil dari pengalaman saya menyelesaikan
tesis. Siapapun yang pernah mengerjakan tesis nampaknya akan setuju bahwa tesis
pada hakikatnya adalah perang melawan diri sendiri, dalam hal ini kemalasan dan
ketakutan.
Tips Biar Nggak Malas dari Si Pemalas
1. Mandi pagi.
Ini temuan (agak) penting: kalau manusia bisa menaklukan rasa malas mandi pagi,
maka (Insya Allah) mereka bisa menaklukan kemalasan untuk aktivitas-aktivitas
selanjutnya. Ngebasahin badan sebelum mulai aktivitas menurut saya sangat
penting karena bikin badan dan otak lebih segar, secara otomatis ngantuk pun hilang.Saya sendiri lebih memilih mandi pagi dibanding mandi
sore (huahaha, ini nggak layak ditiru sih, tapi saya lebih bisa mentoleransi
kebiasaan orang yang nggak mandi sore, dibanding nggak mandi pagi). Rasanya saya
bisa rungsing banget kalau beraktivitas sebelum mandi, badan rasanya panas. Salah satu teman saya yang sama-sama cewek, memilih untuk nggak mandi pagi dibanding
nggak mandi sore, atau dia memilih mandi malam sekalian terus langsung tidur,
bangun pagi nggak perlu mandi lagi karena badan masih bersih. Tentunya yang terbaik adalah mandi 2x sehari, cuma kalau
seharian di rumah aja, dan tidak berkeringat, apalagi udara dingin, saya rasa
mandi sehari itu cukup (save water!!!). Hihihi.
2. Mulailah dengan sesuatu yang mudah dan disukai
Cara ini sering saya lakukan saat beberapa bulan yang lalu
menyelesaikan tesis. Ngerjain tesis saat belum deadline, membutuhkan energi
aktivasi yang tinggi. Masalahnya saya sadar tidak baik jika selalu menunggu
deadline untuk menyelesaikan sesuatu, yang ada jadinya sering stress dan hasil
yang dikerjakan tidak optimal karena terburu-buru. Karena mengerjakan
tesis adalah pekerjaan yang bagi saya tergolong berat, saya biasanya mulai
dengan mengerjakan sesuatu yang ringan dan saya sukai dulu, TAPI jangan
keterusan. Misalnya gini, kalau mau ngerjain tesis, saya harus buka laptop.
Tapi karena malas ngerjain, saya jadi malas buka laptop, biar saya tergerak
buka laptop, saya akan buka laptop dan duduk di meja belajar untuk 30 menit
nonton channel yang saya sukai di Youtube dulu. Saya batasi hanya 30 menit.
Disini memang butuh kontrol diri supaya nggak keterusan. Karena laptop sudah
terbuka, dan saya sudah dalam posisi duduk di meja belajar, maka secara fisik
saya sudah siap untuk mulai ngerjain tesis, jadi saya akan lebih tergerak untuk
buka dokumen tesis. Cara ini efektif bagi saya. Atau bisa juga dimulai dari
mengerjakan bagian tesis yang gampang-gampang dulu, misal merapikan tata bahasa
untuk bab tinjauan pustaka, merapikan tabel atau pekerjaan lainnya yang
printilan tapi penting. At least I make a
progress.
3. Follow Instagram orang-orang yang produktif dan
berprestasi
Instagram (IG) menjadi satu-satunya media sosial yang aktif saya
gunakan saat ini. Instagram juga media sosial yang ASLI efektif banget membunuh
waktu dan bikin males. Saya juga susah jelasin kenapa explore dan scrolling
timeline IG bisa semenarik itu. Biar lebih berfaedah, saya dengan sengaja
follow IG teman atau kenalan atau temennya temen yang saya tahu punya prestasi dan
produktivitas tinggi. Melihat aktivitas mereka melalui post mereka di IG
biasanya akan membuat saya termotivasi untuk KEEP MOVING FORWARD. Apalagi
orang-orang ini juga berusia tidak jauh dari usia saya, jadi kalau saya malas
saya suka keingetan mereka “heloo saat kamu males-malesan, itu temen kamu lagi
belajar keras di Amrik dan bangun bisnis.”
Sumber: https://id.pinterest.com/explore/stop-being-lazy/?lp=true |
4. Buat jadwal!
Membuat jadwal juga menjadi cara saya melawan gelora
kemalasan mengerjakan tesis dulu (apa siiih geloraaa). Cara ini juga akan saya
terapkan untuk 2 bulan ke depan biar waktu luang saya nggak terbuang percuma.
Jadwal bisa dibuat dimana saja: handphone, buku catatan, tapi kalau saya lebih suka
tulis jadwal di board dan tempel di dinding kamar. Pakai paper board yang bisa
dengan mudah dihapus untuk membuat jadwal tetap rapi dan fleksibel. Senangnya menulis jadwal adalah saat selesai menyelesaikan target aktivitas pada hari tersebut, kemudian saya bisa
mencoret daftar aktivitas tersebut di jadwal. Jadikan hal itu sebagai kesuksesan
kecil yang akan membawa setiap usaha ke kesuksesan yang lebih besar. Kebiasaan
ini highly recommended untuk siapa pun yang sedang mengerjakan skripsi atau
tugas akhir. Punya jadwal kerja bisa jadi strategi melawan rasa malas. Misalnya
ya, pagi ini saya punya jadwal untuk menulis Bab 3. Kira-kira saya butuh waktu
4 jam. Saya bisa bilang ke diri saya saat godaan malas itu muncul “Oke, habis 4
jam ngerjain tesis, gue boleh males-malesan nonton tv di sofa.” Nah, biasanya,
setelah 4 jam, badan dan otak keburu “panas” karena sudah dipakai
berpikir, saya jadi nggak mood males-malesan, jadi bisa lanjut ngerjain tesis
lebih lama atau berlanjut ke produktivitas selanjutnya. Punya
jadwal kerja juga baik untuk menguraikan keruwetan saat banyak hal harus
dikerjakan. Jadi saat hari Senin, fokus untuk mengerjakan target pekerjaan di
hari itu dan biarkan pekerjaan lain dipikirkan pada hari lain yang sudah
dijadwalkan. High productivity, less stress.
5. Ingat segala ajaran yang meyakinkan bahwa waktu
adalah harta yang berharga. Untuk muslim, bisa dibaca lagi tuh tafsir surat
Al-Ashr.
Rasa malas sering kali hadir dari keyakinan bahwa manusia
punya banyak waktu. Dari pikiran tersebut, tumbuh pilihan untuk menunda
pekerjaan atau memilih lebih dulu melakukan sesuatu yang tidak penting. Padahal
banyak sekali ajaran yang seharusnya cukup memberikan pemahaman tentang betapa
berharganya waktu karena sifatnya terbatas, dan kita tidak pernah tahu apa yang
terjadi di masa depan, bahkan satu detik dari detik ini pun, manusia tidak tahu apa
yang bisa terjadi. Untuk muslim, ayatnya tertulis jelas di Surat Al-Ashr ayat
1: Waal'ashri (Demi Masa).
Bahkan Allah menjadikan waktu sebagai sumpah. Karenanya waktu adalah perkara yang sangat serius, dan seharusnya setiap muslim nggak boleh main-main sama waktu.
6. Beri penghargaan untuk diri sendiri
6. Beri penghargaan untuk diri sendiri
Karena saya merasa juga
pemalas, dan saya tahu melawan rasa malas itu sulit, maka bagi saya penting
untuk menghargai diri sendiri setiap berhasil menaklukan rasa malas tersebut.
Bentuk penghargaannya bisa apa saja. Dulu waktu ngerjain tesis (sorry,
contohnya ini mulu, soalnya paling gampang dan berhubungan banget sama
konteksnya), setiap selesai bimbingan saya akan membeli makan malam yang
lebih mewah dari biasanya, atau saya akan jajan sesuatu yang lebih istimewa ,
segelas es kopi yang lebih premium dibanding Nescafe kemasan kaleng misalnya.
Walaupun sehabis bimbingan selalu berakhir dengan PR dan kepusingan baru, tapi
setidaknya saya ingin menghadiahi diri saya karena berhasil menyelesaikan
target di minggu sebelumnya.
Naahh (please,
stop this “nah” things).
Demikian tips melawan
rasa malas yang saya susun ala-ala artikel HipWee. Hahaha. Tulisan ini juga
dibuat dalam rangka janji menunaikan #1minggu1cerita. Semua yang saya tulis
diatas adalah pandangan dan pengalaman saya. Berhasil untuk saya, siapa tahu
berhasil juga untuk kamu.
Tulisan hari ini akan
saya tutup dengan lirik lagu Tulus. Duh saya lagi suka-sukanya sama Abang
Bukittinggi satu ini.
"Lekas, hentikan tangismu. Lekas, hargai nafasmu. Lekas, waktumu sangat terbatas." (Lekas - Tulus)
"Lekas, hentikan tangismu. Lekas, hargai nafasmu. Lekas, waktumu sangat terbatas." (Lekas - Tulus)
Keep moving forward, and
stay positive yaaaaaa.
Salam,
Venessa Allia.
3 comments:
Iihhh kece banget tulisannyaaa
~ ani 1m1c
Ihiy, senangnya dikomen Mbak Ani. Alhamdulillah. Makasih mbaak sering2 main kesini yaa :)
Kusukaaa tulisan iniiii, menambah beberapa langkah mudah dan sederhana untuk mengurangi malas (berhubung aku juga suka malas-malasan apa lagi pagi hari XD).
Posting Komentar