Rabu, 27 Januari 2016

Kerja Atau S2


Nes, enakan kerja atau kuliah (S2) ?

Ini pertanyaan yang sering ditanyakan ke gw semenjak gw memutuskan resign dan kuliah lagi. Kayaknya udah lebih dari 10 orang yang nanya ini ke gw, baik ketika ketemu langsung ataupun saat ngobrol di Whatsapp.
Nah melalui blog ini, gw mau kasih official confirmation (halah sok iye) untuk menjawab pertanyaan ini, serta alasan dibalik jawaban gw tersebut. Jadi, jika kamu bertanya "Nes, enakan kerja atau S2?", bagi gw jawabannya adalah:

SAMA AJA. Yang satu tidak lebih enak (atau lebih tidak enak) dari yang lain. Karena keduanya punya sisi positif dan negatif sendiri-sendiri.

3,5 tahun kerja dan sejauh ini sudah lebih dari 1 semester gw kuliah S2, gw bisa bilang begini:

1. Kuliah adalah tanggung jawab gw kepada diri gw sendiri, sementara pekerjaan adalah tanggung jawab gw kepada banyak orang. Tanggung jawab dalam pekerjaan lebih berat.

Analogi paling gampang adalah ketika mengalami kegagalan. Misal, seorang mahasiswa S2 mendapat nilai E untuk matakuliah Dasar-Dasar Teknik Lingkungan, maka siapa yang rugi? Ya mahasiswa itu sendiri. Dosen, temen sekelas, petugas TU tidak dirugikan sedikitpun. Mahasiswa tersebut bertanggung jawab kepada dirinya sendiri atas kegagalannya dalam mata kuliah tersebut. Itulah perkuliahan. Beda dengan bekerja. Misal seorang karyawan gagal dalam menyelesaikan suatu projek tepat pada waktunya. Kerugian atas kegagalan tersebut bukan hanya dirasakan oleh si karyawan, tapi juga oleh rekan kerjanya, bawahan atau atasannya, serta supplier dan customer dari projek terebut. Karena cakupan tanggung jawab dalam pekerjaan itu lebih luas maka menurut gw tanggung jawab dalam pekerjaan lebih berat dibandingkan tanggung jawab perkuliahan.


2. Kuliah adalah kesuksesan pribadi, bekerja adalah kesuksesan bersama.

Nah contoh untuk poin ini adalah kebalikan dari contoh poin no 1. Misal seorang mahasiswa S2 mendapat nilai A untuk matakuliah Dasar-Dasar Teknik Lingkungan, maka siapa yang senang? Ya mahasiswa itu sendiri. Orang tua dan pacar (jika punya) mahasiswa tersebut mungkin akan senang juga, tapi hanya sebagai bentuk perhatian. Dosen, temen sekelas, petugas TU kayaknya nggak akan peduli sama nilai A mahasiswa tersebut. Karena lagi-lagi kuliah adalah tentang saya dan diri saya. Kegagalan dan kesuksesan adalah resiko dari apa yang saya lakukan selama proses belajar. Resiko yang saya tanggung sendiri. Beda dengan kesuksesan dalam pekerjaan yang sifatnya sejauh yang saya tahu adalah kesuksesan kelompok, karena nggak ada pekerjaan atau projek yang sukses diselesaikan karena pekerjaan satu orang (one man show), pasti ada andil banyak orang (atasan, bawahan, rekan kerja, customer atau supplier) yang turut merasakan manfaat dari kesuksesan suatu pekerjaan. Bekerja adalah tentang saya dan banyak orang. Kegagalan dan kesuksesan suatu pekerjaan adalah resiko yang akan pula dirasakan banyak orang.


3.
Hampir selalu ada kesempatan kedua dalam dunia akademik, sementara di dunia kerja kesempatan kedua tidak selalu ada.

Setegas-tegasnya dosen yang gw temui sepanjang pengalaman gw kuliah S2, mereka masih berbaik hati memberikan kesempatan memperbaiki kesalahan. Hal ini sesederhana cara mereka memberikan bobot penilaian. Misal kalau nilai UTS lo jelek, lo masih punya UAS untuk mengkatrol nilai supaya bisa bagus. Bahkan dapat nilai E pun artinya lo masih bisa ngulang kuliah tersebut di semester atau tahun berikutnya (walaupun amit-amit, gw sih paling nggak mau ngulang kuliah). Yah, sejauh ini gw melihat kampus selalu menyediakan kesempatan kedua, yang mana di kehidupan di luar sana, hal itu tidak selalu ada. Termasuk di dunia pekerjaan J

4.
Kalau berdasarkan peraturan tertulis, kerja dilakukan dalam periode waktu 8 jam, lebih dari itu maka diberikan kompensasi uang lembur atau benefit lainnya. Kuliah? Waktu efektif perkuliahan di kelas sih rata-rata emang cuma 3-4 jam, tapi waktu untuk memahami perkuliahan, ngerjain tugas, belajar buat ujian, kalau ditotal bisa jadi 13 jam sehari (asumsi 4 jam kuliah, 5 jam tidur, dan 2 jam waktu lain-lain). Seorang karyawan pulang dari kantor jam 5 habis itu sampai di rumah bisa selonjoran di sofa. Seorang mahasiswa S2 pulang kuliah jam 5 habis itu sampai di rumah buka laptop bikin tugas atau belajar buat besok kuis.

5.
Dari uraian diatas, rasanya kok lebih enak kuliah lagi ya daripada kerja. Nah poin ini mungkin bisa menyeimbangkan kondisi yang ada. Besarnya tanggung jawab dalam dunia pekerjaan sebenarnya sudah dihitung dalam kompensasi bernama GAJI. Yesss, kerja itu dibayar, sementara kuliah musti bayar (terlepas dari biaya sendiri atau beasiswa, tetep aja judulnya bayar). Gaji memberikan kebebasan finansial untuk melakukan banyak hal: liburan, nyicil rumah, beli mobil, membiayai kehidupan sehari-hari serta gaji juga memberikan seseorang kesempatan untuk lebih banyak membantu orang lain dengan sedekah :) . Gaji (uang) membuat seseorang lebih berdaya. Nah kemerdekaan finansial ini menurut gw bukan sesuatu yang menjadi kelebihan mahasiswa S2.

Berdasarkan 5 poin analisa dangkal diatas, hehe, gw kembali menyimpulkan kalau kuliah S2 dan kerja itu sesungguhnya sama-sama enak dan sama-sama tidak enak. Karena keduanya memiliki proporsi baik dan buruk yang menurut gw seimbang. Pada akhirnya yang membedakan keduanya adalah bagaimana seseorang menjalaninya. Kalau keduanya dilakukan dengan ikhlas, keseriusan dan hati gembira, mau kuliah S2 atau kerja, keduanya sama-sama enak kok :)

Nah, spesial untuk seseorang yang sudah cukup lama bekerja kemudian galau pengen S2 atau nggak. Saran gw, jangan pernah memutuskan mau S2 kalau:
1.       Belum pengen-pengen banget (jadi niatnya belum bulet 100%), atau:
2.       Belum jelas tujuan S2nya mau ngapain.

Kalau salah satu dari dua poin diatas sudah terpenuhi, maka silahkan kuliah lagi. Kenapa menurut gw kedua poin tersebut penting? Karena S2 bukan coba-coba, kuliah S2 bukan tren, bukan pula sekedar ngikutin temen atau suruhan orang tua. Sampai detik ini gw masih merasa bahwa tidak semua sarjana harus ambil kuliah master, sehingga jika ada seorang sarjana yang mau ambil master, harus bener-bener jelas alasannya kenapa. Apalagi untuk orang-orang yang sudah lama berada dalam dinamika dunia pekerjaan, harus merubah aktivitas untuk kembali menjadi mahasiswa bukan hal gampang lho. Kalau nggak bener-bener pengen rasanya males banget harus kuliah jam 7 pagi, dengerin dosen ngoceh dikelas, ngerjain banyak tugas, belom lagi beban UTS dan UAS yang sering bikin pusing kepala, belom lagi harus ngerjain tesis. Bekerja (asal halal) dan kuliah S2 pada dasarnya sama-sama baik. Ditambah niatan baik dan proses yang baik, keduanya In syaa Allah berkah :)

Oke, cukup dulu. Kalau gw kepikiran hal yang lain lagi, mungkin tulisan ini akan gw update, atau dibuat part 2.

Terimakasih sudah membaca.
Stay positive yaa.

Salam,
Venessa Allia

0 comments: