Kamis, 13 September 2018

Mungkin ya..

Mungkin ya.. 
Karena manusia diizinkan memilih dan membuat keputusan. 
Karena manusia diizinkan berusaha. 
Juga karena manusia diberikan apa yang mereka mau. 
Mereka jadi merasa bahwa "hidup gue adalah dalam kontrol gue". 
Masalahnya, keyakinan bahwa "manusia berkuasa dengan kehidupannya" membuat pikiran menjadi sempit karena segalanya diukur oleh standar kebenaran yang nggak jelas datangnya dari mana, atau standar yang hanya berdasarkan akal manusia yang penuh keterbatasan (dengan kata lain, standar yang salah).  
Sejatinya akal ini tidak pernah diciptakan untuk mendefinisikan kebenaran. 

Karena udah belagu banget merasa memegang kendali, manusia lupa bahwa mau gimana juga, nggak ada yang bisa mengalahkan fakta bahwa manusia adalah ciptaan. 
Ada yg nyiptain. Ada "Master"-nya. Maha Pencipta sekaligus Maha Pemberi. 
Begitulah apa yang manusia rasa miliki itu tak lebih dari sekedar pemberian. 
Jadi inget, dulu waktu gue baru lahir di dunia, tanpa sadar dan tanpa berusaha, ada rezeki air susu buat gue, ditambah baju, selimut, tempat tidur, dan lain sebagainya. Ya dikasih aja gitu, tanpa memilih dan meminta (Alhamdulillah). Sekarang udah gede, kenapa gue jadi belagu ya merasa apa yang gue miliki adalah karena semata2 usaha gue sendiri? 

Dan satu hal lagi sih yang gue sendiri, sebagai salah satu manusia tersebut pun sering lupa, Maha Pencipta yang menciptakan gue dan seluruh alam semesta, jugalah sebagai "Master" yang punya aturan main. 
Kadang2 gue kepikiran, gue roll-depan-belakang-jungkir-balik hidup selama ini, sebenarnya tuh udah sesuai belum sih sama aturan main yang nyiptain gue? 
Gue cuma nggak mau hidup gue berjalan 'otomatis'. Otomatis dalam artian hidup yang berjalan tanpa kesadaran dan keterusan lupa. Lupa diri, dan lupa siapa Tuhannya. 


Al-Fatihah.

Ushikum wa nafsiy bitaqwallah

0 comments: