Sabtu, 01 September 2012

Getting Older, Grow Wiser, More Mature.


Kita memang paling jago kalau udah disuruh ngurusin masalah orang lain, memberi nasehat atau masukan untuk masalah orang lain. Tapi ketika berhadapan dengan masalah diri sendiri, kita lemah. Oooh sorry bukan kita, tapi saya. Iya saya. Jangan terbiasa mengeneralisasi.

Entah faktor apa, dari gw SMP hingga saat ini, gw sering sekali jadi tempat teman-teman gw curhat tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Dari mulai masalah percintaan abg, masalah sekolah, masalah keluarga, dan aneka permasalahan hidup lainnya. Nggak ngerti kenapa, ibarat ada magnet dalam diri gw yang menarik orang-orang dan bilang "curhatin gw dong". Gw tidak pernah merasa keberatan. Sama sekali tidak. Hal ini gw anggap sebagai kepercayaan mereka untuk mengutarakan isi hatinya kepada gw. Dan ini pun menjadi tanggung jawab gw untuk menjaga rahasia dari cerita-cerita mereka. Gw sendiri merasa gw adalah seorang pendengar yang baik. Orang-orang pleghmatis rata-rata memang a good listener. Mungkin karena itu mereka senang bercerita kepada gw. Karena kebanyakan orang yang punya masalah, biasanya hanya butuh didengar. Kadang mereka tidak butuh solusi, kadang mereka hanya butuh second opinion semata, kadang mereka benar-benar minta jalan keluar (kalau ini sih harusnya curhat sama Tuhan). Yang pasti mereka butuh didengar.

Dari pengalaman mendengar cerita orang lain, gw sering mengambil pelajaran dari cerita-cerita mereka. Gw belajar mengambil hikmah dari setiap masalah yang mereka bagi ke gw. Biasanya orang yang sedang terlibat masalah, apalagi perkara hati, tidak bisa berpikir dengan jernih. Makanya gw berusaha menggunakan tidak hanya empati tapi juga logika gw untuk memberikan mereka pandangan. Lama-lama gw jadi punya banyak sekali teori ini itu. Rata-rata orang membenarkan, sebagian tidak memberikan komentar apa-apa, sebagian kecilnya lagi tidak menerima.
Tanpa gw sadari, pengalaman mendengarkan cerita orang lain membuat gw belajar banyak hal. Dan dari teori-teori yang gw simpulkan sendiri itu, sedikit banyak membangun pola pikir gw dalam melihat kehidupan. Hal ini juga yang otomatis mendewasakan dan menguatkan gw.

Naah, tapi itu semua berlaku ketika gw berhadapan dengan masalah orang lain.
Ketika masalah itu dihadapkan di depan muka gw sendiri. Apalagi kalau sudah berkaitan dengan masalah hati. Masalah hati yang sukses menampar, melumpuhkan dan mengobrak-abrik diri gw sehingga ada saja seorang sahabat yang bilang "Gw nggak pernah liat lo kayak gini" dan sahabat yang lain lagi bilang "Nggak, ini bukan lo"

Gw jadi.. lemah.
I am definitely weak!
Teori hancur.
Logika hilang.
Yang ada cuma perasaan gw yang mengambang
Rasanya jiwa gw seperti berteriak "kembalikan gw seperti dulu lagi"
Tapi di sisi lain gw seperti merasa ditegur. Sisi lain jiwa gw seperti bilang "terimalah ini, dan yakinilah kamu tidak sekuat itu"

Saat dengan total kesadaran gw merenungi apa yang terjadi dalam hidup gw, gw sadar sebetul-betulnya bahwa apa yang gw alami ini hanyalah masalah kecil. Ibarat sel, masalah gw mungkin tidak lebih besar ukurannya dari sebuah molekul DNA. Ini bukan apa-apa dibanding jutaan orang disana yang hidup dengan masalah yang jauh lebih sulit. Gw sadar mereka lebih berhak mengeluh daripada gw. Gw sadar kalau gw punya banyak sekali kebahagiaan dibandingkan dengan satu permasalahan ini. Tapi begitulah luar biasanya Allah SWT. Dia yang menciptakan gw. Dia tahu banget apa yang paling bikin gw lemah. Dia tahu apa hal yang paling gw khawatirkan, gw takutkan. Dia tau karena dia Maha Tahu.

Dan masalah ini membuat gw hanya bisa berdoa kepada-Nya, dan bercerita kepada teman-teman terbaik gw. Sebagaimana mereka juga sering bercerita kepada gw. Gw bercerita dan mereka memberikan pandangan, kadang mereka hanya diam, kadang mereka memberi tahu apa yang sebaiknya gw lakukan. Persis, sebagaimana ketika mereka bercerita kepada gw, kadang gw hanya diam mendengar, kadang gw memberikan pandangan dan kadang gw memberi tahu apa yang sebaiknya mereka lakukan.

Kita memang tidak akan pernah bisa hidup sendirian. Kita butuh orang -orang yang bisa setidaknya mendengarkan cerita kita. Ketika perasaan dan pikiran sudah terlalu bingung dan berantakan, kita butuh mereka untuk memberikan pandangan sebagai orang luar yang bisa melihat suatu masalah dengan bingkai yang lebih luas. Mereka orang -orang yang punya ketenangan untuk melihat masalah kita dengan lebih positif dan mendukung kita walau hanya dengan pernyataan "semua akan baik-baik saja". Orang-orang yang bisa diandalkan satu sama lain, yang bisa mendengarkan satu sama lain. Kali ini gw menggunakan subyek "kita", karena gw menyimpulkan hal ini berlaku untuk semua umat manusia.  

Ini semua menjadi lelucon sendiri bagi gw.
Seakan-akan ketika gw mendapat masalah, satu sisi di hati gw seperti meledek dan bilang "Coba kamu praktekan teori dan nasehat yang dulu kamu pernah sampaikan, is it works?". Haha entahlah, ini lelucon atau ini ironi. Yang pasti hal ini membuat gw lebih berhati-hati lagi saat bicara, karena apa yang gw ucapkan, sungguh-sungguh bisa Dia balikan kepada gw, dan dijadikan-Nya itu sebagai ujian.

Tulisan ini ingin gw tutup dengan pernyataan yang sangat menarik dari novel "Divortiare", karya Ika Natassa. Sebuah novel Metropop yang terakhir gw baca. Novel dengan penuturan yang sangat mengalir dan sangat recommended (Thank you Rhea untuk pinjaman bukunya)
"Menjadi orang dewasa berarti berani menghadapi perasaan sendiri dan menjalani resikonya"

Getting older, grow wiser and become more mature

Salam,

Venessa Allia

P.S: Anyway, hari ini adalah hari pertama di bulan September di tahun ke 2012 Masehi. Semoga semua berjalan dan indah ya. Amin.


0 comments: