Selasa, 03 Agustus 2010

Warna-Warni Lapangan Basket ITB

Malam 29 Juli 2010
Aku mengamati indahnya lapangan dari tengah tribun yang indah. Posisi paling nyaman untuk mengamati indahnya malam tanpa bintang. Lampu menyorot ke depan, mataku silau tapi aku senang. Aku kembali lagi hadir di malam ini. Di momen yang sama walau dengan posisi berbeda. Di depan adik-adikku yang haus akan ilmu. Kusangka, mereka mungkin tegang dan berkeringat atau mungkin menggigil karena angin. Tapi kuhargai semangat mereka. Mereka sebagaimana aku dulu, rela berkorban demi malam ini, demi momen ini, demi kebaikanku, demi kebaikan almamaterku, dan demi peradabanku.

Suasana disana selalu begitu. Pada awalnya, aku duduk di bawah, akulah si anak bungsu. Aku yang diuji, aku yang diisi, aku yang di motivasi. Selepas satu tahun yang panjang, aku masih memilih untuk duduk di bawah, namun berganti posisi. Aku menghadap ke utara. Aku berdoa untuk adik-adikku disana. Semoga malam ini mereka bisa prima, mereka bisa siap, mereka baik-baik saja. Sekarang bahkan tahun ketigaku sudah berakhir. Sudah saatnya aku duduk di tribun besar itu. Bersama kawan-kawan kuningku. Kami harap akan mendapat sesuatu disana. Semakin dewasa, aku semakin tau. Malam ini bukan milik mereka saja. Malam ini milik semua. Pembelajaran malam ini bukan hanya untuk kalian saja, tapi juga untuk kita semua. Malam ini kami ingin bersuara.

Hari-hari tahun keempatku sebentar lagi. Tapi aku masih menikmati malam ini. Malam indah warna-warni. Ada kuning, berbagai warna hijau, berbagai warna biru, merah, oranye, hitam, abu-abu dan semua terpadu. Semua ikut andil dalam proses pengukiran kesan dan kenangan di benakku dan adik-adikku. Malam semakin dingin, suasana semakin hangat. Flow semakin naik, emosi membara-bara. Yang tidak sabar mulai menggumal. Yang sabar akan menenangkan. Yang senang berteriak akan mulai membentak, ada pula yang bersahutan, tertawa, menggoda, mencibir, dan semakin ramai, ramai, ramai.

Malam ini malam eksistensi. Semua berebut bicara. Semua ingin menjadi benar. Yang memimpin berusaha sabar, sekuat tenaga mengendalikan. Malam ini malam para dewa, karena semua bicara bahasa dewa. Malam ini malam pengujian. Bagi mereka mungkin uji materi. Bagi kita, ini uji kedewasaan. Malam ini sang komandan selalu berpetuah, dalam orasi yang selalu menarik untuk dikomentari. Malam ini aku awali 2 tahun lalu dengan kenangan yang masih jelas di benakku, apa yang terjadi malam itu. Aku adalah satu dari sekian orang yang merasakan dampak positif dari malam itu. Karenanya kuingin malam itu selalu ada. Mungkin dengan aku. Lebih mungkin lagi tanpa aku.

Malam itu malam yang baik. Kita banyak bertemu, bertegur sapa, berbagi cerita, mengingat kenangan lama, hingga silaturahmi ini selalu terjaga. Malam itu sebagaimana malam-malam lain, ada habisnya, ada batasnya. Walau dalam hati berontak “Malam ini masih panjang, jangan sudahi dulu komandan”, tapi apa daya. Kita harus berkorban untuk sesuatu yang lebih besar.

Malam itu tanggal 29 Juli 2010.
Di lapangan basket CC Barat ITB
Di gerbang awal tahun keempat saya di almamater tercinta
Malam itu adalah Forum bagi mereka yang berani untuk diuji. Mereka yang dewasa yang masih ingin belajar. Mereka yang ingin bernostalgia. Mereka yang ingin mewarnai kampus kita

Malam itu di Lapangan Basket
Forum Lapangan Basket
Forbas ketiga dan kubertanya, masihkah ada bagiku yang selanjutnya
Malam itu kunikmati warna-warni kemahasiswaan ITB, warna-warni budaya Bumi Ganesha. Malam itu kuresapi gemuruh salam terbaik para pemuda

Dan Demi Tuhan, Bangsa dan Almamater
Kuhargai warna-warni lapangan ini sebagai momen masa mudaku
Aku masih ingin disini dan belajar.
Negeriku menantiku

3 comments:

Penjelajah Malam mengatakan...

wah bagus ya tulisannya... gw kebawa suasana.. sippp

Venessa Allia mengatakan...

ahahaha... thank u thank u.. kalo tulisan gw sering-sering dipuji kayak gini.. gw jadi semangat bloggingnya... ;)

Penjelajah Malam mengatakan...

ayo semangat blogging, kan lumayan numpahin pikiran biar otaknya fresh terus ga kepenuhin sama pikiran. hahahaha