Rabu, 03 Desember 2014

#LBJ15 part 3: Atas Nama Padar dan Cinta


Langkah-langkah memacu lelah
Luka gores tidak terasa
Butir-butir keringat jatuh
Membawa hati ini pun terjatuh
Pada tanah di timur nusa tenggara
Padar dan Rintja
Aku jatuh cinta.
(Venessa Allia, 2014)
Saya muter otak bingung gimana caranya mengawali tulisan ini. Buka google cari inspirasi, tapi nihil.
Hingga akhirnya keluar juga idenya: Puisi. Puisi yang menggambarkan lelahnya usaha saya dan kawan-kawan untuk melihat suatu keindahan yang pada akhirnya membuat kita, eh saya, jatuh cinta padanya. Angin Bogor di luar berhembus kencang, mudah-mudahan dengan nulis kata “cinta” badan saya jadi lebih hangat (aaaaaa *teriak*).
Oke.. sekian dulu kata-kata romantisnya, lanjut cerita pakai bahasa manusia biasa lagi ya. Kata orang romantisme yang kebanyakan hanya akan jadi roman picisan :)
Jam 8 pagi kita udah kumpul di dermaga. Mbak Diah dan Mas Rio sudah menyiapkan kapal untuk kita bersenang-senang di 2 hari kedepan. Tadinya saya pikir kita akan menggunakan kapal motor biasa kayak waktu jalan-jalan di Kepulauan sekitar  Derawan atau Karimun Jawa. Tapi ternyata kapal yang kita gunakan jauh jauh lebih cool. Kapal yang terdiri 4 kamar lengkap dengan kasur, kamar mandi, bagian atas kapal yang nyaman banget untuk bersantai, serta awak kapal yang ramah dan ternyata jago banget masak.
Kapal berangkat menuju tujuan pertama, Pulau Rintja, rumah bagi komodo-komodo galak. Selama perjalanan, kita yang masih on fire di atas kapal ini nggak bisa lepas dari kamera foto. Matahari cerah, langit dan laut biru, hari itu kita awali dengan sangat ceria.

Pulau Rintja.
Sampailah kami di Pulau Rintja. Jangan bayangkan pulau ini sebagai pulau dengan pohon-pohon rimbun dan kehijauan. Entah sudah berapa lama tempat ini tidak diguyur hujan. Pulau ini kering, panas dan warnanya kecoklatan. Jalan beberapa puluh meter, kita disambut oleh gerbang bertuliskan “Welcome To Komodo National Park”, lengkap dengan patung komodo disebelah kanan dan kirinya. Patung komodonya keren, yang bikin failed (banget) adalah baliho di deket gerbang tersebut yang kurang lebih bertuliskan “Komodo bukanlah komedi, apalagi komodo” (lengkap dengan gambar komodo lagi julurin lidah). Saya rasa ada yang salah dengan selera humor si pembuat baliho -___-


Model: Venessa, Fafa dan 2 komodo lagi berdiri. Photografer: Bapaknya Lintang :D
 
Aktivitas kita di Pulau Rintja ini adalah tracking di habitat alaminya komodo. Jalan yang ditempuh cukup jauh, tapi tracknya cukup bersahabat untuk traveler manja kayak saya. Di pulau ini komodo berkeliaran bebas, begitu juga mangsa-mangsa komodo seperti sapi, kerbau dan rusa. Selama di Pulau Rintja, kita tracking di temani oleh 5 orang Mighty Morphin Power Rangers alias ranger-ranger penjaga Pulau Rintja. Merekalah yang setiap harinya hidup berdampingan dengan komodo-komodo ini. Awalnya saya pikir nggak masuk di akal gimana manusia bisa hidup berdampingan dengan binatang buas. Tapi ternyata bisa, asal punya ilmunya :)
  
Sekilas tentang informasi yang saya ingat tentang komodo berdasarkan penjelasan dari para rangers.
Sebagai top predator, tentunya komodo merupakan hewan yang sangat cerdas. Hidupnya efisien, nggak mau buang-buang tenaga untuk mengejar mangsa. Komodo lebih suka melakukan kamuflase, berbaring diam nyaris tidak bergerak  menunggu mangsanya yang mencari makan atau sekedar lewat mendekat. Kasian ya si calon-calon mangsa komodo itu. Bayangin deh, di pagi yang cerah seekor rusa menuju padang rumput mencari makan sambil bersiul-siul cantik (please deh nes, sejak kapan rusa bersiul), lalu tanpa disadari mereka mendekati komodo yang diam namun siaga. Dalam hitungan cepat, rusa pun tewas diterkam si komodo jahat. Gigitan komodo juga mentransfer bakteri-bakteri mematikan yang akan membunuh si mangsa. Selain kekuatan tubuhnya, kecepatan dan keahlian berenang, komodo juga dilengkapi Tuhan dengan indra penciuman yang dahsyat, bisa mencium aroma mangsanya hingga radius 5 km (ibarat gw berdiri di kosan, komodo nyium bau gw di Tajur). Berdasarkan informasi para rangers ditambah informasi yang saya googling sendiri, ada 2 fakta ekologi tentang komodo yang bagi saya paling menarik:

  1. Ukuran komodo bisa besar banget (2-3 meter dengan berat puluhan kg) berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yaitu kecendrungan tubuh hewan-hewan tertentu menjadi raksasa karena tidak ada karnivora lain yang hidup pada pulau tersebut. Kekuatan tubuh komodo ini membuat dia menjadi top predator yang mendominasi ekosistem pulau tersebut, seperti di Pulau Rintja
  2. Dengan segala kelebihan komodo sebagai top predator, bagaimana alam (dengan izin Tuhan) mengendalikan populasi komodo? Harus ada mekanisme pengendalian atau bisa-bisa jumlah komodo jadi tidak terkendali. Jawabannya adalah ternyata komodo ditakdirkan sebagai kanibal hahaha. Gokil ya! Segala kekuatan komodo itu pada akhirnya akan mereka gunakan untuk membunuh spesiesnya sendiri. Dengan sendirinya jumlah komodo di alam akan terkontrol. Aaaahh ekologi emang dari dulu cabang ilmu biologi yang paling keren.
Mau tau keunikan komodo lainnya, silahkan tanya lebih detail ke para rangers di Pulau Rintja. Tapi hati-hati, jangan bertanya sebelum dipersilahkan atau kamu akan diomelin hahaha :p. Selama tracking kita menjumpai beberapa komodo jantan dan betina (komodo betina berukuran lebih kecil). Dari jarak tertentu yang diizinkan dan diawasi oleh para rangers, kita bisa ambil foto bareng komodo. One mission accomplished: foto bareng komodo :)
Selain terkenal sebagai habitat asli komodo, Pulau Rintja juga memiliki suatu penampakan alam yang cantik, namanya Bukit Cinta. Namanya nggak berlebihan kok, emang bikin jatuh cinta. Dari bukit ini kita bisa melihat lautan, pepohonan dan padang rumput berdekatan. Bener-bener bukan pemandangan yang bisa dilihat di sembarang tempat.


Selalu merasa keren di foto ini. Lupa ini siapa yg motoin yaa :)
Begitulah Pulau Rintja dan segala daya tariknya. Puas menginjakan kaki di pulau ini, kami pun beranjak ke pulau selanjutnya, Pulau Padar namanya.

Pulau Padar
Pulau Padar tidak berpenghuni dan tidak berkomodo. Di kelilingi pantai dengan pasir warna merah muda yang empuk (jangan bayangkan pantai dengan pasir shocking pink ya karena warna merah mudanya memang soft banget). Berdiri di pulau itu bukit-bukit yang sulit di daki, setidaknya bagi traveler manja seperti saya. Untuk mencapai atas bukit, saya nggak mampu sendirian, sehingga saya butuh bantuan dan uluran tangan, hehe, soalnya jalannya curam. Tapi waktu berhasil sampai di atas, aduuuh itu rasanya nggak bisa dijelasin deh. Antara seneng, lega, bangga, capek, keringetan, campur aduk. Pemandangan di atas pun nggak bercanda loh, memanjakan mata, bikin nahan nafas. Kalau udah sampe atas rasanya nggak pengen buru-buru turun (ya iyalah naiknya aja udah effort banget). Naiknya udah susah payah, turunnya juga nggak mungkin se-simple itu. Ternyata cara paling aman untuk turun adalah dengan serodotan (aduh serodotan bahasa Indonesianya apa sih, yah pokoknya gitu deh, mudah-mudahan kebayang). Turun cara serodotan ini menyebabkan kaki saya luka karena kegores-gores duri. Waktu di Padar sih nggak kerasa, baru sadar waktu sampai hotel, ternyata di kaki udah banyak luka aja (tiba-tiba merasa jadi traveler keren).


Terimakasih Mas Rio dan Go Pro-nya ;)

Pantai inilah yang disebut Pink Beach. Di foto mungkin nggak terlalu kelihatan, tapi percayalah pasir pantai ini berwarna merah (bener-bener) muda. Maaf lupa juga ini fotonya siapa yg ambil yaa :)
 
Sebagaimana puisi saya diatas. Saya jatuh cinta pada keindahan Bukit Pulau Padar dan Bukit Cinta di Pulau Rintja. Tidak semua orang diberi kesempatan menyaksikan ini. Saya bersyukur pernah mengalaminya. Kalau hari ini tema perjalanannya ada bukit dan komodo. Cerita selanjutnya masih akan bicara soal komodo (namanya juga berada di daerah Taman Nasional Komodo), tapi selanjutnya izinkan saya bercerita tentang laut Nusa Tenggara juga ya. 

 #LBJ15 Part 3 cukup sekian. Bersambung ke #LBJ15 Part 4: Para Penakluk


Thank you Fafa untuk fotonya. Entah kenapa setiap lihat foto in di kepala gw langsung melintas soundtrack American Next Top Model “I am gonna be on top” :D. Anyway tahukah kamu bahwa beberapa puluh meter dari tempat saya berdiri, ada komodo berteduh di bawah pohon bermalas-malasan. 

Terimakasih untuk Fafa, Pak Mursid, Mas Katon, Mas Victor dan Mas Robby untuk foto-foto cool-nya.
Terimakasih untuk yang sudah membaca :)


Salam,
Venessa Allia


0 comments: