Minggu, 11 Mei 2014

Berbagi Lagi di Kelas Inspirasi



Gabung lagi di Kelas Inspirasi merupakan suatu hal yang ternyata beneran bikin gw lebih happy.
Bukan karena gw sebegitu sukanya sama anak-anak.
Bukan juga karena gw mau berjuang merealisasikan Pembukaan UUD untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejujurnya gw tidak berpikir seberat itu.
Bukan juga karena gw mau jadi aktivis pendidikan, walaupun yaa gw amat peduli dengan pendidikan.
Tapi sesimple alasan gw suka berbagi dan dengan berbagi gw merasa lebih berharga. Penghargaan memang kebutuhan dasar manusia kan?

Gw pun merasa beruntung di KI 3 Jakarta ini menjadi bagian dari kelompok 34 yang.. awesome!
Semangat tim ini untuk memberi yang terbaik saat Hari Inspirasi serta komitmennya untuk kembali ke sekolah setelah Hari Inspirasi pun efektif menambah semangat gw. Profesi kita boleh beda-beda, tapi tidak lantas membuat kita jadi tidak cocok. Seneng banget deh kenal sama kalian semua.
Apa yang terjadi di Hari Inspirasi?
Kalau kebanyakan relawan kena potong cuti pada 24 April ini, tidak halnya dengan gw karena kantor gw yang juga supporter gerakan Indonesia Mengajar memberikan grand leave untuk karyawannya yang menjadi relawan KI. Jadi gw bisa ikut KI, tidak masuk kantor selama 1 hari, tapi juga tidak kena potong cuti. Terimakasih yaa kantor aku yang mulia banget :)
SD tujuan kami adalah SD 13 Ciracas, Pasar Rebo. Seminggu sebelum hari H, gw dan 2 orang relawan sempatkan survey kesana, supaya tahu jalan dan sekalian dapat tugas nempel poster. Poster bikinan salah seorang relawan ini cukup sederhana tapi banyak makna:


Lokasi SD 13 Ciracas masih mudah dijangkau, jalanannya pun cukup mudah dihafal. Sampai disana, ternyata sekolah ini luas, lebih luas daripada SD gw dulu. Tapi itu semua sebelum gw tahu kalau bangunan luas ini dimanfaatkan oleh 4 sekolah. Dua SD pagi dan dua SD petang. SD 13 Ciracas ini adalah SD pagi. Kelas mulai jam 7 pagi dan berakhir sekitar jam 12 untuk digantikan dengan sekolah petang.
Hari inspirasi kami mulai pukul 9 pagi, karena jam 7-9 nya, anak-anak kelas 6 ada jadwal try out. Kalau gw inget-inget, kayaknya gw baru mengenal try out jaman SMA, anak sekarang dari SD udah kenal try out aja, beban sekolah mereka nampaknya berat. Gw sudah menyiapkan bahan mengajar dari satu minggu sebelumnya, tapi saat H-1 malam, bahan ngajarnya gw rombak karena merasa terlalu plain dan kurang seru.
Seperti KI Bogor, gw kembali mengenalkan profesi gw sebagai microbiologist di suatu perusaahan makanan. Karena bahkan bagi gw profesi “microbiologist” itu terdengar terlalu kompleks, apalagi untuk anak-anak itu, gw menyederhanakannya menjadi “peneliti”. Walaupun pekerjaan gw tidak benar-benar seperti peneliti (dan bahkan sejujurnya saat ini gw sudah ganti kerjaan di departemen baru, hahaha), tapi sebutan peneliti kedengeran lebih low profile. Sempat kepikiran untuk menerangkan kerjaan gw saat ini di bagian Water Treatment Plant ke mereka, tapi karena baru di bidang ini, rasanya kok belum dapet banget feel untuk neranginnya, jadi muter-muter nyari ide buat ngajar pun mentok terus, alhasil memutuskan untuk balik lagi nyeritain kerjaan lama.
Selama hari inspirasi gw masuk ke tiga kelas: 4A, 5A dan 6 A.
Jadi apa yang gw lakukan dikelas?
1.      Membuka kelas dengan sapaan paling semangat
2.      Olahraga bersama anak-anak itu pakai gerakan Chicken Dance film Dono Kasino Indro (yes, gw Chicken Dance di hadapan mereka, demi anak-anak Indonesia gw rela)
3.      Main tebak-tebakan “Siapa yang tahu nama ibu” yang dengan bodohnya gw teriak itu sambil pakai name tag
4.      Mulai bertanya pada mereka tentang cita-cita mereka, sebagai permulaan untuk bercerita apa profesi gw
5.      Kuis lempar-lemparan bola yang berhadiah clue untuk menjawab profesi gw apa
6.      Menerangkan profesi gw lewat gambar. Kasih lihat gambar mikroskop, penampakan bakteri di bawah mikroskop dan penampakan bakteri dalam cawan petri yang sukses bikin mereka tadinya berisik jadi bungkam (hahaha!). Cerita ke mereka kalau bakteri itu ada yang jahat, ada yang baik dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia (Siapa yang pernah sakit tipus? Siapa yang pernah makan keju?) sehingga mereka paham bahwa mempelajari bakteri itu penting :)
7.      Di akhir sesi, gw minta mereka menulis karangan singkat tentang cita-cita mereka. Mereka mau jadi apa dan kenapa. Kenapa gw minta menulis? Karena selain semua anak bisa menulis, aktivitas menulis juga akan membuat mereka berpikir dan menganalisa. Dan pastinya karena gw percaya tulisan membuat semua jadi abadi. Tulisan bisa dibaca saat mereka lupa, jadi pengingat saat mereka malas.
8.      Saat mereka menulis gw putarkan lagu “Negeriku” dari Chrisye. Biar kelasnya lebih rame, dan biar kesannya agak nasionalis gitu, hihi. Lima menit mereka nulis, lalu beberapa anak gw minta maju ke depan untuk bacakan tulisannya (nah ini nih yang susah banget)

Secara keseluruhan kelas gw berlangsung lancar, tapi tidak mulus. Sekali lagi gw mau bilang saluuuuut sama bapak ibu guru yang setiap harinya mengajar di kelas. Ngajar anak SD itu bener-bener ngabisin energi. Ditambah panasnya Jakarta hari itu makin bikin mandi keringet. Tapi semua dibayar lunas sih saat di akhir kelas mereka bilang “Ibu besok kesini lagi gak?”.  Walaupun bisa aja mereka pengen gw ngajar lagi karena males sama pelajaran sekolah, tapi gw tetep terharu.
Dari hasil dari pengamatan langsung serta brainstorming dengan rekan-rekan relawan, kami percaya bahwa siswa-siswi SD ini:
1.      Mereka cerdas. Yaa pengetahuan mereka akan profesi menurut gw lebih baik dibandingkan anak-anak SD di Bogor tempat tahun lalu gw ngajar juga. Mereka bisa dengan kritisnya bilang “Ibu profesinya jadi DJ ya?” saat gw nyiapin laptop di kelas buat persiapan, yang reflek bikin gw ketawa. Secara umum mereka juga cukup baik menjawab pertanyaan-pertanyaan kecil yang gw lemparkan
2.      Secara umum leadership mereka perlu banget untuk ditingkatkan. Ternyata bukan cuma gw yang merasa kesulitan kalau minta anak maju ke depan, relawan pengajar lain pun merasakan hal yang sama. Mereka terbiasa tunjuk-tunjukan, melempar-lempar nama serta terlalu banyak bilang nggak mau. Sayang banget yaa kalau anak-anak yang cerdas tapi tidak didukung oleh kepercayaan diri yang baik. Itulah kenapa sekolah sebaiknya punya kegiatan ekstrakurikuler yang digarap serius, sebagai sarana siswa untuk tampil, belajar memimpin serta mengeksplorasi hal-hal yang tidak tereksplor di kelas. Jalan anak-anak tersebut memang masih panjang, masih ada waktu untuk memperbaiki kekurangan, tapi SD adalah pendidikan dasar, suatu jenjang pendidikan yang bagaimanapun juga akan membentuk karakter yang mempengaruhi mereka di masa depan.

Hihi, gak sadar gw jadi banyak berteori, macam ahli pendidikan aja :) . Yah mudah-mudahan Tuhan memuluskan niat baik kelompok kami untuk ambil bagian dari kegiatan di sekolah ini. Gw pribadi sangat sangat merekomendasikan siapapun yang sudah bekerja dan membaca blog ini untuk ambil bagian di Kelas Inspirasi (KI manapun boleh, karena Insha Allah semangat dan nilai yang dibawanya sama). Jangan dipikirkan cuti satu hari dan kerepotan persiapannya karena itu semua menjadi tidak bernilai saat kita berada dan berinteraksi dengan anak-anak itu di kelas. Silahkan buktikan sendiri kenikmatan pengalaman ini jika tidak percaya kata-kata saya :)
Seberapapun nakalnya mereka, bagi gw berbagi dengan mereka merupakan suatu kehormatan. Satu kalimat ini akan mengakhiri tulisan gw malam ini:

"What makes us human? We learn, we SHARE, we pray" (Prophet Muhammad)





Salam,
Venessa Allia

2 comments:

Matiinu Iman Ramadhan mengatakan...

Seru banget ceritanya. Gw mau coba ikutan dong kapan-kapan.

Keep on going, Nes.

Laksmi Larastiti mengatakan...

Gue masih baca blog lo kokkkk udah gue masukin list blogroll sejak lama. Keep on writing Nes! :)