Minggu, 28 Juli 2013

Dari Jambore Sahabat Anak Sampai Cafe Batavia


Gw percaya, kalau niat baik manusia itu tidak akan disia-siakan Tuhan. Makanya gw cukup ikhlas menghadapi hari ini.

Jadi ceritanya gini, beberapa bulan yang lalu gw dapat info tentang kegiatan Jambore Sahabat Anak (JSA), yaitu suatu kegiatan dari organisasi non profit Sahabat Anak yang sangat menaruh perhatian terhadap hak-hak anak Indonesia, termasuk anak-anak jalan. Acara JSA yang akan dilaksanakan 2 hari 1 malam di Buperta Ragunan ini membutuhkan volunteer-volunteer yang bersedia menjadi kakak pendamping untuk anak-anak tersebut selama acara berlangsung. Karena tertarik dengan acaranya, dan merasa kegiatan ini akan memberikan efek positif bagi gw dan anak-anak itu sendiri, gw apply-lah untuk menjadi seorang volunteer. Prosesnya mudah, hanya isi formulir dan jawab beberapa pertanyaan terkait motivasi dan komitmen untuk menjadi kakak pendamping. Beberapa waktu kemudian gw dapat email kalau gw berhasil menjadi kakak pendamping dan diundang ikut briefing wajib hari ini (27 Juli) atau besok (28 Juli) di Museum Mandiri, Stasiun Kota.

Karena tanggal 28 gw sudah punya agenda lain yang tidak kalah pentingnya, gw memutuskan untuk datang briefing tanggal 27. Acara mulai jam 15.00. Gw merasa lebih praktis kesana kalau gw pakai transportasi umum daripada nyetir sendiri. Nyokap menyarankan naik Trans BSD aja yang ke Mangga Dua, nanti udah deket ke arah Kota. Gw nurut dong. Berangkatlah gw dari rumah naik ojek jam 12 lewat dikit karena solat zuhur dulu. Informasi yang gw terima sebelumnya adalah bus Trans BSD ini ada setiap setengah jam, jadi gw pikir gw bisa naik bus yang jam 12.30.  tapi tenyata oh ternyata informasinya salah karena setibanya disana, bus sudah berangkat (lebih tepatnya baru saja berangkat) dan baru akan ada lagi jam 14.00. Perasaan gw langsung nggak enak.

Lesson Learned #1: Kalau mau naik transportasi umum yang berjadwal, lebih baik cari informasi dari situs resmi, jangan berdasarkan apa kata orang, sekalipun itu orang dekat -__-

Dengan prinsip pantang mati sebelum ajal, gw nggak mau nyerah. Karena sudah kepalang sampai terminal Trans BSD, gw kepikiran naik Trans BSD yang ke Ratu Plaza aja, dari sana gw bisa nyambung busway Blok M- Kota. Bus Trans BSD yang ke Ratu Plaza ada jam 13.00. Gw pikir yah masih ada harapan gw bisa ikut briefing walaupun mungkin telat-telat dikit. Yah inilah pikiran anak polos yang nggak tau kondisi jalanan ke Kota gilanya kayak gimana. Sempat kepikiran sih naik kereta aja, tapi gw pikir akan takes time lagi apalagi gw gak tau jadwal keretanya jam berapa. Yaudah deh gw beli tiket Trans BSD tujuan Ratu Plaza.

Gw nggak usah jelasin terlalu detail ya. Pokoknya Pondok Indah macet. Nunggu busway lama banget. Di dalem busway juga penuhnya udah nggak manusiawi lagi. Sekian banyak hal yang menyebabkan akhirnya gw baru sampai Museum Mandiri jam 4 lewat dalam kondisi belum solat ashar. Yah pada akhirnya gw berpikir, kalau kegiatan ini baik buat gw dan buat anak-anak itu maka pasti akan dipermudah. Masuklah gw ke Museum Bank Mandiri, naik ke lantai 2 dan melihat tulisan di satu meja yang nampaknya bekas meja pendaftaran "ANDA TERLAMBAT, SILAHKAN DATANG BESOK, BRIEFING MULAI JAM 15.00-18.00"

Lesson Learned #2: tuhkan doa gw terjawab, ternyata kondisinya tidak dipermudah, panitianya tegas bahwa yang telat dateng nggak bisa ikut briefing. Mungkin acara ini tidak baik untuk gw. Mungkin kehadiran gw tidak baik untuk anak-anak itu. 

Nah tapi kan pada dasarnya gw ngeyel, gw kepikiran "gilak gw udah jauh-jauh kesini, masa pulang gitu aja, lagian nanggung magrib juga kalau pulang sekarang", akhirnya gw curi-curi ikutan briefing walaupun belum daftar ulang. Sisi positif dari kengeyelan gw ini adalah:
1. Gw bisa lihat-lihat isi museum Bank Mandiri
2. Gw mendapat gambaran tentang seperti apa anak-anak jalanan itu, yang membuat gw jauh lebih bersyukur untuk masa kecil gw dulu dan menjadi sangat ingin membantu kegiatan Sahabat Anak ini. Ternyata kreatifitas anak-anak jalanan itu nggak kalah dengan anak-anak yang teredukasi dengan lebih baik, mereka sangat kreatif. Dan satu hal lagi yang menarik tapi bikin miris. Fakta bahwa mandi adalah ritual yang sangat mewah bagi mereka. Sabun batangan bisa menjadi benda kesayangan yang mereka bawa tidur karena sangat mungkin diambil dan digunakan teman-temannya yang lain. Sedih denger ceritanya tapi begitulah adanya.

Baru ketika acara pembagian kelompok, gw coba nego panitia siapa tahu gw tetep boleh ikutan karena toh gw sudah ikut briefingnya. Tapi panitianya hebat sih, lobi-lobi gw tidak berhasil :D. Mereka bilang merasa nggak fair sama orang-orang lain yang udah mereka suruh pulang kalau seandainya mereka mengizinkan gw ikut padahal sudah terlambat datang. Gw menghargai alasannya, secara fair gw akhirnya memutuskan untuk balik.

Lesson Learned #3: Jadi panitia acara apapun juga, harus tegas dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Jangan mudah dihasut :p   

Keluar museum, gw langsung berpikir:
1. Gw nggak mau naik busway lagi karena efek traumatik yang diberikan busway pada gw tadi siang, mau naik kereta aja (berharap kereta nggak terlalu penuh).
2. Gw mikir kalau pulang sekarang gw nggak bisa solat magrib
3. Gw mikir kalau gw sekarang sedang berada di daerah Kota, dan gw belum pernah sama sekali ke Kota Tua. 

Jadi kenapa nggak main-main dulu di Kota Tua sambil nunggu azan? hihi.
Gw ikuti papan penunjuk arah, gw pun berjalan menikmati suasana Kota sore hari.
Sampailah gw di Kota Tua, tempat dimana banyak orang gw lihat foto-foto dengan sepeda ontel warna-warni.
Cuaca sore saat itu sedang pas sekali, teduh dan banyak angin sepoi-sepoi.
Gw keliling-keliling sendirian. Dan karena gw jalan sendirian dan cukup malu untuk minta fotoin, gw cuma foto beberapa gedung yang gw anggap menarik. Gw pikir yah nggak perlu foto-foto juga nggak masalah yang penting gw sudah pernah kesini dan melihat seperti apa Kota Tua itu.
Lalu sampailah perhatian gw pada suatu tempat yang tempting banget untuk dimasukin: Cafe Batavia

Gw nggak sanggup menahan godaan untuk masuk ke dalam cafe tersebut. Gw minta lihat menu makanannya, ampun deh mahalnya. Tapi sisi positifnya di cafe ini ada mushola. Gw lantas berpikir:
1. Gw bisa numpang solat magrib disini
2. Gw bisa melakukan apa yang gw sebut: Buying Experience. Karena walaupun makanan yang dijual mahal-mahal tapi gw bisa melepas lelah dan menikmati suasana cafe yang unik banget ini. Ini cafe pasti bersejarah. Arsitekturnya klasik, musik yang diputer lagu-lagu broadway yang gw nggak ngerti tapi gw suka dengernya, dan disini ada banyak banget bule sibuk foto-foto. 

Yaudah karena baru dapet THR juga (hahaha perlu banget ini disebut) akhirnya gw berani memutuskan untuk menikmati suasana dan hidangan di Cafe Batavia ini. Pasti udah banyak yang blog atau artikel yang bahas Cafe ini. Tapi belum pernah lihat cafe ini dibahas di blog gw kan ? hehe :p. Gw tidak ingin menjelaskan cafe ini dalam banyak kata sih, semoga gambar-gambar ini mewakili. Mohon maaf kalau gambarnya butut, efek kamera seadanya :p
Ini suasana tempat makannya

Ini barnya

Ini favorit gw. Dekorasi dinding penuh dengan foto-foto

Ini menunya

Ini sejarahnya. Mudah-mudahan masih bisa dibaca.

Ini juga favorit gw: Westafel di toiletnya. Unik.

Dan inilah dia: Cafe Batavia.


Yah inti dari semua cerita panjang lebar gw ini adalah kalau mau bersikap dan berpikir positif ternyata dibalik ketidak beruntungan pun ada kebaikan-kebaikan yang layak disyukuri. Kayak pengalaman gw hari ini, udah jauh-jauh dari Serpong ke Kota, sempit-sempitan di Busway, telat datang dan gagal jadi volunteer tapi toh pada akhirnya gw bisa sampai ke tempat yang menarik dan menyenangkan. Mungkin memang itu maksud Tuhan, Tuhan nyuruh gw buying experience di tempat ini. Oiya satu lagi mungkin Tuhan nyuruh gw ngerasain sengsaranya naik busway, supaya gw nggak gampang ngeluh kalau kena macet di mobil pribadi, karena bagaimanapun juga gw lebih beruntung melewati macet dengan nyaman di mobil yang full ac dan musik daripada orang-orang yang macet sambil berdiri dan sempit-sempitan di Trans Jakarta  :)

Stay positive people :)

Salam,
Venessa Allia

0 comments: