Selasa, 22 Februari 2011

Tidak Ada Nikmat-Mu yang Dapat Hamba Dustakan

Barusan gw buka-buka blog lama gw (alwayshappyvenessa.wordpress.com). Terus menemukan tulisan ini. Ini termasuk tulisan yang gw buat disaat awal-awal punya blog. Rasanya tulisan ini masih sangat relevan dengan keadaan sekarang. Gw pun ingin reblog tulisan itu disini, supaya gw sadar lagi:

udah lama niy ga blogging.. kesibukan dan rutinitas kuliah gw, tugas, uas yang masih berlangsung dan kegiatan2 lainnya menyita waktu dan tenaga..Hari ini gw pengen nulis karena ada sesuatu yang menyentuh perasaan gw dan ingin gw bagikan

ada sedikit cerita dari Buku Mukadimah Ganesha INKM ITB 2008.. Buat temen2 yang udah pernah baca mungkin tau ada cerita tentang Pak Supriono dalam buku ini, buat yang belum pernah baca.. ini ceritanya:

Minggu 5 juni 2007, Supriono (38th) sedang menggendong anaknya Khaerunisa (3th) sambil menggandeng anaknya yang lebih tua Muriski Saleh (6th) di kereta rel listrik. Supriono ingin memakamkan anaknya yang telah meninggal pada pukul 07.00 pagi itu akibat muntaber di kampung pemulung Kramat, Bogor supaya mendapat bantuan pemakaman dari sesama teman pemulung.

Uang di sakunya yang tinggal 6ribu rupiah tak mungkin cukup untuk beli kain kafan, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Supriono dihentikan di tengah perjalanan oleh Polisi karena dicurigai membawa korban kejahatan. Supriono menjelaskan kepada polisi bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. "Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi, meski biaya hanya 4ribu rupiah. "Saya hanya pemulung kardus, gelas, dan botol plastik yang penghasilannya hanya 10ribu per hari. "

Sambil menunggu surat autopsi dari RSCM, Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Supriono akhirnya dibiarkan membawa kembali anaknya, karena tidak punya uang. lagi2 ia berjalan. Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat anaknya dengan kain sarung sambil menggandeng Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekedarnya dan memberi bekal minuman. (tamat)

Itu hanya sedikit cerita

sedikit contoh realita kehidupan yang BENAR-BENAR terjadi di sekitar kita. Mungkin temen-temen pernah mendengar kisah-kisah lain yang lebih miris rasanya. Tapi setelah baca kisah Pak Supriyono gw jadi merenung dan berkaca dengan kehidupan gw sekarang...

gw sangat beruntung.. gw diberikan sangat banyak oleh ALLAH..gw ga pernah ngerasa kekurangan materi..keluarga gw bahagia dan pendidikan yang gw dapatkan amat sangat layak..amat sangat banyak nikmat yang ALLAH berikan dan tidak ada satu pun yang dapat hamba dustakan...

pantes ga sie kalo gw masih terus menerus ga puas sama kehidupan, sama apa yang udah gw punya dan terus menerus mau lebih, terus menerus memikirkan diri sendiri..???? dan atas semua yang sudah gw terima.. sudah berapa banyak ya gw bersyukur??

itu semua pertanyaan2 yang menjadi renungan gw saat ini..gw ga bermaksud sok tua atau sok tua.. gw hanya ingin sedikit share tentang apa yang gw rasakan dan pikirkan..

Alhamdulillah ..Alhamdulillah..Alhamdulillah . Segala Puji bagiMu Ya Allah Tuhan Semesta Alam.. (tidak pernah syukur ini cukup diucapkan untuk mengimbangi semua nikmat yang Kau berikan). Sungguh tidak ada nikmatMu yang dapat hamda dustakan

0 comments: