Rabu, 31 Desember 2014

LBJ15 part 4: Para Penakluk


Tulisan ini udah pending lamaaaa banget. Berkali-kali niat pengen nyelesaiin, tapi nggak selesai-selesai.
Sampai akhirnya saya janji sama diri sendiri kalau Labuan Bajo series ini harus selesai sebelum tahun 2015. Dan emang dasar mental deadliner, saya punya waktu 1 jam untuk menyelesaikan cerita ini.

So this is  the final part of LBJ15..

Bicara soal keindahan Flores dan Pulau Komodo sebagaimana cerita-cerita saya sebelumnya, nggak lengkap kalau saya nggak bicara tentang orang-orang yang menemani kami selama perjalanan ini.
Merekalah para penakluk komodo dan lautan sekitar pulau. Anak-anak kapal yang bukannya cuma jago berenang, jago mengemudikan kapal, tapi jago banget masaknya (serius makanan di kapal walaupun sederhana tp enaaak).
Namanya Pak Ilyas dan anaknya Syiwa. Mereka penduduk asli Pulau Komodo. Mungkin bagi mereka, ngeliat komodo udah kayak kita ngeliat cicak-cicak di dinding kali ya. Udah biasa banget. Sempat menghabiskan 1 malem menginap di rumah mereka, jadi tau kalau di pulau ini ada sekolah dari SD sampai SMA. Guru-gurunya kebanyakan dari Bima. Yang mengejutkan dan saya nggak ngerti adalah kenapa sekolah disini masih bayar ya? Sementara itu mata pencaharian penduduk di pulau ini sebagai penjual souvenir. Agak kasian juga, harga souvenir yang mereka jual menurut gw cukup mahal, tapi mau ditawar kok ya nggak tega. Akhirnya saya pun beli beberapa barang dengan niat membantu. Disana nyari duit pasti susah. Waktu malam hari di dermaga, saya sama Hilda si Putri Pasir, sempat nongkrong gitu deh bareng anak-anak Komodo (tanpa meragukan intelegensi pembaca, perlu saya jelaskan bahwa maksud kalimat ini adalah nongkrong dengan anak-anak yang hidup di Pulau Komodo :p). Terus mereka ngajarin kita Bahasa Komodo, yang sayangnya saat ini nggak satu kata pun bisa saya ingat, hahaha. Hilda si Putri Pasir mungkin ingat, soalnya dia kayak udah "ngebro" banget sama anak-anak disana, hihi
 
Pak Ilyas dan Syiwa menemani perjalanan kami, bahkan sampai mengantar kami ke bandara. Yang paling sweet adalah ketika kita mau masuk ke dalam bandara, Syiwanya sedih terus nangis. Pasti dia seneng banget jalan-jalan sama kita. Nggak tau kapan lagi bisa ketemu mereka, tapi doa kita untuk mereka. Buat Pak Ilyas dan keluarga, semoga diberikan kesehatan, rezeki yang berkah dan dilindungi selalu sama Tuhan.Semoga anak-anak Pak Ilyas bisa jadi jagoannya Pulau Komodo, yang suatu hari jadi agent of change disana. Amiiin.

Ditemani Pak Ilyas dan 2 anaknya, inilah kami yang seneng bisa jalan-jalan di Labuan Bajo, tapi sadar harus pulang karena udah banyak yang nungguin :p


Part terakhir dari cerita LBJ15, saya udah nggak bisa bahas lebih banyak lagi.
Mungkin karena udah kelamaan, jadi detail ceritanya saya udah nggak bisa inget banyak.
Tapi cerita ini saya akhiri bertepatan dengan malam pergantian tahun 2014 ke 2015.
Dan perjalanan Labuan Bajo, udah fix banget saya tetapkan jadi perjalanan paling seru di tahun ini.
Seru karena tempatnya, teman perjalanannya, segala kejadian yang sesuai, tidak sesuai atau bahkan melebihi ekspektasi, membuat perjalanan ini jadi lebih berwarna

Labuan Bajo jadi tujuan travel terakhir saya di 2014.
2015 enaknya kemana ya? :)

Terimakasih banyak untuk yang udah setia dan sedia membaca LBJ15 the series :).
Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan ini.
At least kalau lagi bosen kerjaan di kantor, baca blog saya ajaaa :p


Salam,
Venessa Allia

0 comments: