Selasa, 18 Oktober 2011

Doa Sabar tentang Reshuffle

Sabar (9 tahun) datang menghampiri sang ibu yang sedang melipat baju.

Sabar: Bu, reshuffle itu apa?
Ibu: Darimana kamu dengar kata itu?
Sabar: Dari obrolan mas-mas di masjid dan ibu-ibu di warung.
Ibu: Kenapa kamu tidak bertanya pada mas-mas itu apa yang sedang mereka obrolkan?
Sabar: Aku tidak berani bu. Mereka bicara dengan begitu seru.
Ibu: Tanya bapak saja sana. Ibu mana tahu kata-kata aneh seperti itu. Ibu kan tidak sekolah.
Sabar: Aku sekolah, tapi tetap tidak tahu apa artinya kata itu.
Ibu: Ya tentu saja. Sekolahmu kan sekolah murah. Mana belajar yang seperti itu.
Sabar: Rasanya tadi aku juga melihat tulisan ini di koran.
Ibu: Mengapa kamu tidak baca saja koran itu?
Sabar: Aku tidak punya uang.
Ibu: Memang membaca saja butuh uang?
Sabar: Aku bisa dimarahi Bang Mamat penjual koran kalau membaca tanpa membeli.
Ibu: Kamu kan punya uang jajan, kenapa tidak dibelikan koran?
Sabar: Aku haus karena berjalan kaki. Uangnya aku pakai beli minuman.
Ibu: (terdiam)
Sabar: Ibu aku penasaran
Ibu: (melihat Sabar dengan tatapan hangat). Maka kamu harus mencari jawabannya sampai dapat. Jangan menyerah nak. Ikuti rasa ingin tahumu.

Sabar pun berlalu, menghampiri bapak yang sedang sibuk di depan becaknya.

Sabar: Pak, reshuffle itu apa?
Bapak: Darimana kamu mendengar kata itu?
Sabar: (menjelaskan sebagaimana penjelasan yang dia berikan kepada ibunya)
Bapak: Bapak tidak tahu
Sabar: Kalau Bapak tidak tahu, kepada siapa lagi aku harus bertanya?
Bapak: Bertanyalah pada Tuhan. Karena Dia Yang Maha Tahu.
Sabar: (Bingung). Bapak sedang apa sih?
Bapak: Bersihin becak. Kalau becaknya kotor, mana ada yang mau naik. Kalau tidak ada yang naik, mana bapak bisa dapat uang untuk sekolah kamu.
Sabar: Pak, kenapa aku harus sekolah? Aku mau bantu bapak dan ibu.
Bapak: Kamu mau bantu apa?
Sabar: Bapak kan punya sedikit tanah. Aku bisa bantu bapak bertani.
Bapak: Percuma bertani. Paling-paling juga rugi.
Sabar: Percuma sekolah. Sekolah tidak bikin kita jadi lebih kenyang
Bapak: (menatap Sabar dengan serius). Tapi sekolah memberi kita sedikit harapan.
Sabar: Harapan apa?
Bapak: Harapan untuk hidup lebih baik beberapa tahun lagi
Sabar: Aku tidak mengerti maksud Bapak.
Bapak: (tersenyum). Bapak sedang sibuk, bar. Sebaiknya kamu pergi sembahyang.


Sabar tidak berhasil menemukan jawaban atas pertanyaannya. Yang ada dia semakin pusing. Bingung harus bagaimana, dia turuti saja perkataan Bapak. Sabar mengambil air wudlu lalu pergi sembahyang. Sabar sembahyang tiga rakaat, lalu dia berdoa pada Yang Maha Mendengar:

"Tuhanku, kata bapak, Engkaulah Yang Paling Tahu
Maka bisakah engkau beri tahu apakah reshuffle itu.
Aku bertanya pada Ibu, tapi beliau tidak mengerti karena tidak pernah sekolah
Aku bertanya pada Bapak, tapi dia sedang sibuk bersihkan becak
Aku bersekolah tapi tetap tidak tahu apa itu reshuffle.
Tuhan aku harus bagaimana?

Tuhan.
Sepertinya reshuffle itu sesuatu yang penting.
Soalnya banyak orang bicara tentang ini.
Sepertinya juga reshuffle berhubungan dengan Presiden.
Soalnya di koran jualan Bang Mamat yang aku lihat tadi, kata reshuffle itu berada disamping foto Pak SBY.
Tuhan, apakah reshuffle ini juga sesuatu yang tidak baik?
Soalnya mas-mas di mesjid tadi membicarakan reshuffle ini dengan nada tidak percaya. Mereka menyebut kata "skeptis". Aku tidak tahu apa artinya. Tapi naluriku berkata bahwa "skeptis" juga bukan sesuatu yang baik.

Tuhan.
Kalau mencari tahu arti kata resuffle saja demikian sulit, aku hanya bisa berdoa kepada-Mu.
Kata ibu, Engkau Mengabulkan doa anak-anak yang baik.
Aku rasa aku cukup baik.
Aku tidak pernah mencontek, aku selalu membantu ayah dan ibu, aku sayang Dek Gina, aku juga rajin sekolah.

Tuhan, doaku pada-Mu,
apapun reshuffle itu,
semoga reshuffle bisa membuat aku tetap sekolah.
Bapak bilang dengan aku sekolah, keluarga kami punya harapan.
Sebenarnya aku kurang mengerti maksud bapak, tapi aku senang sekolah.
Walaupun sekolah aku atapnya bolong, bangku dan meja sudah reyot dan gurunya cuma sedikit.
Aku juga senang membaca, tapi tidak punya uang untuk beli buku.
Maka semoga reshuffle bisa membuat aku punya uang untuk beli buku.
Semoga reshuffle juga bisa membuat Bapak berhenti menjadi tukang becak.
Aku sedih melihat bapak kelelahan menarik becak.
Waktu itu bapak sempat sakit karena kelelahan.
Oh iya, semoga reshuffle juga bisa membuat kami tidak usah membayar kalau mau pergi berobat.
Tuhan, aku ingin Bapak kembali bertani
Semoga reshuffle membuat bapak bisa menjadi petani yang untung besar
Walaupun sebenarnya aku tidak tahu Tuhan, apakah petani bisa untung besar?

Pada intinya Tuhan,
Semoga reshuffle bisa menghadirkan perubahan.
Semoga kami menjadi lebih sejahtera


Kabulkan doa hamba Ya Tuhan.
Kalau kau mengabulkan doa hamba, hamba janji akan pijitin ibu dan bapak setiap hari.
Janji.
Amin.


(Bandung, 18 October 2011, written by Venessa Allia.
Dear Mr. President and all politician. I don't even care about reshuffle. I care about Sabar and his family. Please give us some concrete results and significant changes)

0 comments: