Coba tonton video diatas.
Kalimat pembukanya saja sudah
mengartikan banyak hal.
Tonton video tersebut sampai habis.
Resapi energi dari acara gila ini.
Video tersebut adalah video di kelas
orientasi pada Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM).
Yess.. another cool movement from Indonesia Mengajar.
Setelah menjadi relawan Kelas
Inspirasi, gw ikut gabung di acara ini. Lama-lama gw bisa jadi groupis-nya IM
nih, hahaha
Oke sedikit cerita tentang gerakan
ini.
Intinya, FGIM mengajak seluruh
masyarakat untuk menjadi relawan yang secara sukarela melakukan #kerjabakti
dalam membuat media belajar untuk nantinya dikirimkan ke daerah-daerah
penempatan Pengajar Muda (PM) dari Sabang sampai Merauke. Ada banyak media
belajar yang bisa dibuat, dikemas dalam berbagai wahana kerja yang kreatif
sehingga acara ini sangat bisa dijadikan pilihan acara keluarga yang positif.
Ada wahana Kotak Cakrawala dimana relawan diajak untuk sortir dan kemas
buku-buku untuk dikirimkan. Wahana Surat Semangat dimana relawan diajak
menuliskan surat untuk menyemangati adik-adik SD dan bapak ibu guru di daerah
sana. Wahana Kemas Sains dimana relawan diajak membuat sains kit untuk
kebutuhan belajar adik-adik SD. Wahana Melodi Ceria dimana relawan diajak untuk
bernyanyi lagu anak-anak untuk kemudian di rekam dan dikirimkan ke
daerah-daerah, serta masih banyak wahana
lainnya. Wahana-wahana tersebut diselenggarakan berdasarkan
pengalaman-pengalaman PM selama di daerah sehingga media belajar yang dibuat
akan tepat sasaran sesuai kebutuhan siswa dan guru disana.
Gw punya banyak alasan mengapa gw
bilang acara ini keren dan gila. Ini 3 alasan utama:
- Acara ini bernyawakan kerjabakti dan sukarela.
Namanya kerja bakti maka kegiatan
dilakukan bersama-sama untuk satu tujuan yang sama. Karena dilakukan
bersama-sama maka tujuan yang besar bisa menjadi lebih ringan. Makanya untuk
satu tujuan yang besar, kerja bakti atau kerja sama atau bahasa jaman
sekarangnya kolaborasi harusnya jadi roh dalam setiap aktivitas. Kan katanya
era superman udah lewat, sekarang jamannya superteam ):. Demikian pula FGIM membawa semangat sukarela karena
kegiatan ini adalah kegiatan para relawan. Kerja sukarela, kerja ikhlas,
memberikan semampunya tapi tetap dengan motivasi memberi lebih dari yang
diminta. Gw inget kata-kata Pak Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Yayasan
Indonesia Mengajar waktu gw pertama kali kumpul fasilitator. Yang gw tangkap beliau
bilang bahwa menjadi relawan (relawan apapun dimanapun) berarti mengambil sikap
untuk memberi lebih dari yang diminta, karena yang dilakukan lebih dari sekedar
warga negara yang bayar pajak.
2.
- Acara ini diselenggarakan oleh relawan yang menamai pekerjaan mereka sebagai kerja bakti lebih awal.
Mereka adalah orang-orang yang
menginspirasi gw secara pribadi. Bayangkan saja sebagian besar dari mereka
adalah pekerja, sehingga mereka harus membagi waktu siang hari untuk bekerja
dan malam hari (plus weekend) untuk FGIM. Mengingat waktu adalah harta yang
sangat mahal harganya, menurut gw tidak semua orang punya kerelaan membagi
waktunya sebagaimana relawan-relawan panitia ini bekerja untuk FGIM. Gw cuma
ikut jadi relawan panitia di 2 minggu terakhir. Gw merasa kontribusi yang gw
lakukan tidak ada apa-apanya. Tapi di 2 minggu terakhir itu gw merasakan
semangat yang mungkin orang-orang ini jadikan motivasi, bahwa acara ini memang
layak untuk diperjuangkan.
- Acara ini menghasilkan output yang nyata.
Gw orang yang kurang suka sama
hal-hal abstrak. Semakin konkret semakin baik, dan FGIM adalah acara yang
sangat konkret. Kita #kerjabakti bikin media belajar yang bisa digunakan
anak-anak dan guru-guru SD di daerah-daerah yang sulit diakses, sehingga tidak
mudah bagi mereka mendapatkan media belajar yang baik, tidak seperti kondisi di
kota besar. Media belajar tersebut
sangat jelas manfaatnya untuk pendidikan, untuk peningkatan kecerdasan.
Jika ditilik lebih dalam, media-media tersebut disiapkan oleh masyarakat yang
hidup di kota besar. Gw cukup yakin bahwa semua yang hadir adalah manusia
produk-produk pendidikan. Kita yang produk pendidikan bekerja sama untuk
membuat media yang bermanfaat untuk pendidikan, dengan kata lain secara tidak
langsung masyarakat yang terlibat di FGIM memberikan kontribusi tersendiri bagi
pendidikan Indonesia. Gw jadi ingat kata-kata Pak Anies Baswedan “mendidik
adalah kewajiban setiap orang terdidik” dan FGIM membantu masyarakat untuk
lebih peduli pendidikan dengan caranya sendiri.
FGIM adalah satu lagi gerakan yang
membuktikan bahwa civil society punya kekuatan yang sangat besar. Kata
siapa Indonesia nggak punya masa depan? Selama kerumunan-kerumunan positif ini
masih ada maka negeri ini selalu punya harapan yang cerah. Yuk kita jadi bagian
dari kerumunan positif, apapun itu. Gw berdoa semoga kerumunan ini semakin
besar, semakin besar, semakin besaaaar. Dan semoga kerumunan negatif (contoh:
koruptor, tukang teror, penjahat-pejahat) sadar diri dan putar haluan menjadi
bagian dari kerumunan positif ini.
Tulisan ini ingin gw tutup dengan kalimat Bung Hatta yang jadi kalimat pembuka di video orientasi FGIM “Hanya ada satu Negara yang pantas menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku”
Salam,
Venessa Allia
NB: Ohiya, gw sekarang jadi suka
banget lagu 30 Seconds To Mars “This Is War” yang jadi soundtrack video
orientasi. To the edge of the earth, it
is a brave new world!
1 comments:
sayang gw ketemu mbak panitia di "kemas-kemas sains" dengan attitude kurang oke. membuat orang-orang yang sekelompok gw jadi ga mood. but overall acara ini oke bgt :)
Posting Komentar