“الرَّحِيمِحْمَٰنِالرَّللَّهِ بِسْمِ”
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Al-Fatihah:1)
Saya rasa setiap Muslim pada umumnya hafal Surat Al-Fatihah dan familiar dengan bacaan basmallah: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Ayat yang selalu ada di setiap solat, juga disebutkan di setiap akan memulai aktivitas. Translasi ayat ini pun sangat mudah diingat, tapi menariknya ternyata translasi yang berlaku umum selama ini belum dapat menggambarkan makna sesungguhnya dari Rahmaan dan Rahiim. Kalimat basmallah ini bisa jadi sudah ribuan kali kita ucapkan dengan lisan, saatnya kita pahami makna ayat ini dengan hati. Seriously, I am amazed by this verse, and you should too. Rahmaan dan Rahiim bukanlah sebuah sinonim, itu adalah dua sifat yang punya makna berbeda (perbedaannya pun fundamental banget)
Pengertian Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm dijelaskan pada video kajian Ustad Nouman Ali Khan (NAK) yang berjudul Ramadhan Gems 2019 Day 3. Pada kajian tersebut, Ustad menjelaskan tentang dua hal utama, yaitu pengertian dasar dari Rahmaan dan Rahiim, serta perbedaan diantara keduanya. Oke, saya bahas soal pengertian dasar dari Rahmaan dan Rahiim dulu yaa (tentu saja semuanya berdasarkan penjelasan dari Ustad NAK, hehe)
Dalam bahasa Inggris, kata Rahmaan sering ditranslasikan sebagai mercy, atau dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan sebagai pemurah atau pengasih. Translasi ini sebenarnya kurang tepat karena sifat mercy berlaku saat seseorang yang akan diberikan maaf sedang berada dalam kesulitan. Maksudnya gini, misal nilai UAS Kalkulus gue di kampus dapat 40 (ehem true story), terus gue datengin dosennya minta keringanan (minta tugas atau remedial), maka posisi gue disitu disebut sedang meminta mercy (belas kasihan) dari dosen gue. Sementara kata Rahmaan pada Surat Al-Fatihah ayat 1 tidak berhubungan sama sekali dengan kondisi seperti itu. Selain itu dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, terjemahan Rahmaan dan Rahiim seperti memiliki makna yang susah dibedain (Pengasih sama Penyayang bedanya apa coba?), padahal dalam pengertian sebenarnya, Rahmaan dan Rahiim itu sangat jelas perbedannya.
Kata Rahmaan dan Rahiim berasal dari kata dasar yang sama yaitu rahmah. Kata rahmah ini berhubungan dengan kata rahim (uterus) ibu. Jadi dalam konteks ini sebenarnya, Allah memberikan nama-Nya untuk dijadikan sebutan bagi perut/uterus ibu (organ dimana janin akan berkembang sebelum lahir ke dunia). Sekarang muncul pertanyaan baru dong, “Mengapa Allah menggunakan kata rahim?”
Nah, coba kita perhatikan bagaimana hubungan antara seorang ibu dengan bayi di kandungannya. Seorang ibu akan setengah mati menjaga kandungannya, tanpa si bayi tahu apa yang ibunya lakukan. Ibu mengalami segala sakit dan ketidaknyamanan saat hamil, tapi ibu tidak mengeluh, dia bahkan menikmati dan mensyukuri kehadiran janin dalam rahimnya. Dan saatnya tiba, sang ibu harus berdarah-darah bahkan sangat dekat dengan kematian untuk dapat melahirkan bayinya ke dunia. Tidak seperti hubungan antara manusia yang lainnya, hubungan ibu dan bayi dalam kandungan adalah hubungan cinta tanpa syarat (unconditional love). Seorang ibu tidaklah memberikan mercy (belas kasihan) kepada bayinya, tapi dia memberikan cintanya, perhatian serta perlindungan kepada sang bayi tanpa si bayi tahu apa yang ibunya telah lakukan. Naaah..begitulah cara Allah mencintai hamba-Nya. Allah memberikan cinta, kasih sayang dan perlindungan kepada hamba-Nya tanpa kita memahami betara besar perlindungan, kasih sayang dan cinta yang Allah anugerahkan tersebut.
Selanjutnya Ustad NAK membahas perbedaan antara Rahmaan dan Rahiim, dan menurut saya penjelasan ini mindblowing. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam kata Rahmaan. Dalam Bahasa Arab, pada kata yang memiliki bunyi ‘aan’, maka berarti 3 hal:
1. Kata tersebut bersifat sangat ekstrem (saya iseng cek di google translate Indonesia-Arabic, saya input sangat lapar, dan keluar hasilnya jayie jiddaan). Dengan demikian Rahmaan bermakna bahwa kasih sayang dan cinta Allah itu jumlahnya sangat ekstrem, bukan kasih sayang dan cinta yang biasa-biasa saja atau dalam jumlah normal. Tapi ekstrem!
2. Kata tersebut juga bermakna bahwa sifat tersebut terjadi saat ini juga (it is happening immediately! right now!). Analoginya seperti ini: Misal si X cerita ke si Y kalau si Z itu anaknya sabar banget, tapi saat si X cerita, si X kan tidak benar-benar tahu apakah saat itu si Z dalam kondisi sabar atau tidak (bisa aja kan saat si X cerita ke si Y soal kesabaran si Z, si Z malah lagi marah-marah ke tukang ojek). Sementara, jika bunyi –aan ada dalam satu kata maka menyatakan bahwa kualitas itu sedang terjadi saat itu juga. Dengan demikian Rahmaan berarti bahwa kasih sayang dan cinta Allah yang ekstrem itu sedang menghujani kita saat ini juga.
3. Poin ketiga adalah bagian paling serem dan sangat layak jadi bahan renungan. Kata tersebut bersifat tidak permanen. Misal pada kata jiddaan (sangat lapar). Logikanya kondisi lapar bisa hilang karena sesuatu hal, misal makan sepotong roti. Dengan demikian akan ada sesuatu yang dapat menghilangkan keadaan tersebut. Begitu pula dengan Rahmaan, ada sesuatu yang dapat menyingkirkan kita dari kasih sayang yang dahsyat ini. Ada hal-hal yang jika kita lakukan akan dapat mendiskualifikasi kita dari kualitas ini. Hal ini sekaligus yang membedakan Rahmaan dengan Rahiim.
Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat memahami hal ini. Rahmaan adalah untuk semua manusia di bumi, diberikan kepada semua orang termasuk orang-orang yang bangga dengan dosanya, orang-orang yang menghina Allah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Al-Quran. Sementara Rahiim yang berarti selalu mencintai dan menyayangi (bersifat permanen). Rahiim hanya untuk orang-orang yang beriman dan untuk akhirat.
Kembali lagi ke Surat Al Fatihah Ayat 1. Misal Allah katakan bismillahir-rahmaan, maka artinya cinta Allah adalah ekstrem dan saat ini, tapi bisa jadi tidak selamanya. Kalau Allah katakan bismilahir-rahim, maka berarti cinta Allah akan selamanya tapi tidak ada jaminan terjadi saat ini. Melalui Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm, Allah ingin kita mengerti bahwa cinta Allah adalah Rahmaan dan Rahiim. Allah memberikan cinta dan kasih sayangnya saat ini dengan mengatakan Ar Rahmaan dan menyayangi kita di masa depan dengan mengatakan Ar Rahiim. Sempurnaaa.
Ada beberapa pertanyaan menarik. Pertama, kenapa Allah tidak katakan Rahiim dulu baru Rahmaan? Karena tentu saja Allah memahami ciptaan-Nya. Saat manusia menghadapi masalah saat ini (misal sakit, lapar), kita tidak dapat berpikir tentang masa depan. Ketika kondisi kita saat ini dipastikan sudah terjaga, barulah diri kita akan mulai berpikir tentang masa depan.
Kedua, diantara banyak nama Allah, mengapa Rahmaan dan Rahim yang dilekatkan dengan Bismillah (dengan menyebut nama Allah)? Ada dua hal:
1. Allah memilih dua nama ini untuk kita sebut saat memulai segala sesuatu. Allah ingin kita sadar bahwa apapun yang kita lakukan dapat terjadi karena Allah mengizinkannya (kasih sayang Allah).
2. Ketika ketika kita mengatakan Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm dan usaha kita masih gagal, maka kita kita harus sadar bahwa kasih sayang dan cinta yang Allah berikan adalah berdasarkan sudut pandang-Nya, dan manusia bisa jadi tidak selalu dapat memahaminya. Contoh kisah Nabi Yusuf, bandingkan pengorbanan yang Nabi Yusuf alami dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan oleh masyarakat luas karena dirinya (baca kisah Nabi Yusuf).
Kesimpulan terakhir, apapun yang terjadi pada hidup kita, jangan lupa sisi ini, bahwa Allah tidak pernah berhenti mencintai, tidak pernah berhenti menyayangi hamba-hamba-Nya.
Ini link youtube penjelasan Ustad Nouman Ali Khan. Silahkan ditonton untuk mengkonfirmasi apa yang saya tulis. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam memahami penjelasan beliau. Very welcome to discuss.
Ada banyak banget penjelasan Al Quran yang mindblowing di Youtube Bayyinah Institute
Salam,
Venessa
Allia