Senin, 16 September 2013

Orang Baik


Menjadi relawan pengajar di Kelas Inspirasi adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat. Kenapa saya mau gabung di kegiatan ini? Nggak tau deh, yang pasti memang tidak butuh banyak alasan untuk berbuat baik. Pada akhirnya malah saya yang terinspirasi dari semangat dan senyuman anak-anak SD itu. (Venessa Allia, Microbiologist)

 Satu paragraf diatas adalah testimonial yang gw tulis setelah keikusertaan gw di Kelas Inspirasi (KI) Bogor. Suatu kegiatan volunteering yang diinisiasi oleh Yayasan Indonesia Mengajar. Dulu gw sempet pengen banget jadi Pengajar Muda, tapi nggak kesampaian, makanya ketika gw tau ada acara Kelas Inspirasi ini, nggak pikir panjang gw langsung apply untuk ikutan. Nggak peduli walaupun jatah cuti gw udah tinggal 2 hari lagi. Untuk mengikuti kegiatan ini setiap relawan diharuskan cuti 1 hari, karena Hari Inspirasi pasti jatuh pada hari aktif. Pada Hari Inspirasi tersebut setiap relawan datang ke SD tujuan, masuk ke kelas, berinteraksi dengan para murid dan guru, bercerita kepada para murid tentang profesi yang dilakukannya saat ini. Supaya anak-anak tersebut bermimpi, supaya anak-anak tersebut terus semangat, supaya anak-anak tersebut terinspirasi.

Di KI Bogor ini, gw menjadi bagian dari kelompok 6. SD tujuan kami adalah SD Katulampa 2. Sekolah yang posisinya sangat dekat dengan bendungan Katulampa. Sekolah yang perpustakaannya pas-pasan, UKS seadanya, kamar mandi bikin miris, dengan 300 ratusan siswa yang penuh semangat namun perlu lebih banyak diarahkan, serta belasan guru yang luar biasa. Ketika pertama kali sampai sekolah ini, gw ingat pernyataan Pak Anies Baswedan di satu video yang ditayangkan di briefing Kelas Inspirasi (KI) Bogor, beliau bilang "SD-SD kita itu kesepian". Dan gw baru benar-benar memahami maksudnya saat gw melihat langsung ke salah satu SD kesepian itu. Pantas saja sambutan mereka kepada kami sangat baik, mungkin mereka merasa terperhatikan. Kita-kita relawan yang datang ke SD tersebut memang tidak  menjanjikan banyak hal, tapi ada satu hal kecil yang kami janjikan, kami berjanji akan menjadikan 11 September 2013 sebagai hari yang penuh kenangan manis bagi anak-anak tersebut, yang lucunya pada akhirnya hari itu juga menjadi hari yang tidak terlupakan bagi kami.

Gw ingin cerita sedikit tentang pengalaman gw kemarin.
Beneran deh, menjelaskan ke anak SD tentang profesi yang gw jalanin saat ini sama sekali tidak gampang.
Padahal gw udah dapet ngajar di kelas-kelas besar: kelas 4, 5, 6.
Gw berusaha mensederhanakan profesi gw hingga mereka bisa mendapat sedikit gambaran.
Gw cerita tentang posisi microbiologist di industri pangan itu seperti apa. Gampangnya gw bilang aja "kerjaan Ibu adalah menjamin agar setiap adik-adik disini minum susu, adik-adik gak malah jadi sakit perut", jadi secara gak langsung gw mau bilang kalau kerjaan gw berhubungan dengan quality control. Gw cerita tentang bakteri itu seperti apa, gw perlihatkan gambar mikroskop, gambar penampakan bakteri di mikroskop dan di cawan petri. Aplikasinya gw bilang ke mereka banyak bakteri jahat di sekitar kita makanya kalau mau makan harus cuci tangan, habis makan harus sikat gigi dan jangan jajan sembarangan. Yaah sesimple itu. Tapi gw kemas dengan permainan-permainan yang ALHAMDULILLAH bisa membuat mereka setidaknya nggak bosan. Oiya, sebelum gw mulai cerita, gw minta mereka membayangkan mereka mau jadi apa kalau udah besar, dan di akhir kelas gw minta mereka menyebutkan Ikrar Cita-Cita yang sudah gw buat sebelumya. Cita-cita paling unik yang gw temui adalah ada yang mau jadi Tim SAR dan guru ngaji. Mulia banget deh itu anak :). Dan ada juga yang mau jadi peneliti. Selama pengalaman gw berinteraksi dengan mereka, gw tidak menemukan ada anak-anak dengan cita-cita yang nggak layak. Tapi mendengar cerita dari kelompok lain, ada relawan yang menemukan anak yang bercita-cita jadi banci gara-gara terinspirasi dari salah satu artis yang ngetop banget di TV yang sikapnya emang kayak banci. Miris nggak sih dengernya? Kalau ada satu anak di satu sekolah bisa bercita-cita seperti itu, maka mungkin aja di tempat lain ada anak lain dengan cita-cita yang sama. Amit-amit deh, mudah-mudahan cuma anak ini aja yang bagitu. Pengaruh TV dan media sosial kepada anak-anak saat ini begitu besarnya sehingga dari lubuk hati yang paling dalam gw memohon kepada seluruh public figure yang jadwal muncul di TVnya udah sama kayak jadwal solat wajib (5 waktu maksudnya), tolong selamatkan generasi bangsa ini dengan menjadi public figure yang layak dicontoh, bersikap yang baik dan berbicara yang santun, karena sungguh-sungguh anak-anak itu melihat Anda, dan setiap saat mereka siap meniru Anda.

Satu cerita lagi.
Dari sekian banyak anak yang gw temui kemarin, ada 1 anak yang hingga detik ini gw masih inget dia, namanya Kevin. Kenapa gw inget dia? Karena dia nangis di kelas gw dan air matanya cukup membuat gw simpatik. Kevin anak kelas 4. Sepengamatan gw ketika ngajar di kelas 4, kayaknya dia emang sering di gangguin temen-temennya yang relatif lebih usil. Tapi Kevin kelihatan anak yang sabar, yang kalau diganggu dia cukup bisa menahan diri, gak mau membalas atau bikin keributan di kelas. Waktu gw ngajar, gw perhatikan beberapa kali Kevin diusilin temennya. Hingga akhirnya gw memindahkan Kevin untuk duduk di depan, karena khawatir kalau dibiarkan terus mereka jadi ribut beneran. Semuanya baik-baik saja hingga ketika waktu mengajar gw sudah habis, tapi guru selanjutnya belum muncul-muncul juga. Gw keluar kelas sebentar doang, dan cheos itu cepat sekali terjadinya sodara-sodara! Si anak usil itu gangguin Kevin lagi dan kali ini dia main tangan. Begitu gw masuk kelas lagi gw lihat Kevin sudah menangis. Dia benar-benar menangis. Gw mulai bingung tuh, antara kasian sama Kevin dan pengen menegur si anak usil. Untunglah relawan yang kebagian masuk ke kelas 4 setelah gw akhirnya datang juga. Dia take over kelasnya, tapi karena Kevin masih menangis, gw inisiatif ajak Kevin keluar kelas sebentar, gw ingin ngajak dia ngobrol, siapa tau dengan ngobrol sama gw nangisnya dia bisa berhenti. Terjadilah obrolan ini:

Gw (sambil ngelus-ngelus kepala Kevin): Kevin kenapa nangis? (Gw pura-pura gak tahu, padahal udah tau kalau dia dipukul temennya)
K (sambil nangis sesegukan): tadi dipukul hiks hiks hiks
Gw: (berusaha cari topik pembicaraan yang bisa mengalihkan perhatian dia) Cup..cup.. cup.. Kevin kalau udah gede mau jadi apa?
K: Mau jadi tentara
Gw: Waah kalau mau jadi tentara harus kuat, gak boleh nangis
K: habis tadi dipukulnya sakit
Gw: (Speechless, gw kasiaaaan banget sama ini anak, kepala kevin gw elus-elus). Kevin mau ke UKS?
K: Nggak mau, nggak usah
Gw: Kalau gitu jangan nangis lagi dooong, itu bu gurunya udah masuk kelas, kita belajar lagi yuk
K: (anak luar biasa ini langsung menyeka air matanya)
Gw: Udah gak papa kan?
K: gak papa
Gw: kita toss dulu dong (gw kasih dia high five)
K: (dia toss tangan gw lalu menyeka lagi air matanya)
Gw: bener kevin gak papa?
K: gak papa
Gw: yaudah yuk masuk kelas
K: (menggangguk)

Gw pun mengantar dia masuk kelas.
Gw pun seketika merasa tersentuh dengan anak itu.
Gw merasa dia anak yang tegar. Dia nangis bukan karena cengeng, tapi bagaimanapun juga dia merasa sakit, dan karena kesakitan dia akhirnya nggak tahan dan menangis. Tapi dia hanya menangis sebentar, lalu dengan berani dia masuk kelas lagi. Gw belajar nilai ketegaran dari Kevin. Mudah-mudahan cita-cita Kevin bisa terkabul ya. Gw doakan semoga dia bukan hanya menjadi tentara biasa, tapi bisa menjadi Jendral besar yang bijaksana dan penuh pengabdian untuk negaranya. Demikian juga dengan anak-anak yang lainnya. Doa gw supaya mereka bisa menjadi lebih dari apa yang mampu mereka bayangkan. Menjadi seperti kami para relawan adalah standar minimal. Mereka pasti bisa menjadi lebih dari kami semua.

Cerita gw tentang Kevin hanyalah 1 pengalaman.
Dan gw punya lebih banyak lagi refleksi-refleksi lain.
Yang pada akhirnya gw menjadi semakin yakin, bahwa Kelas Inspirasi bukan hanya tentang para relawan yang berlaku sebagai inspirator, tapi tentang kita yang mendapat begitu banyak inspirasi dari proses yang kita lakukan.
Jujur ya, waktu hari refleksi kemarin, ketika semua relawan dan panitia nyanyi bareng lagu Hymne Guru, gw merinding pengen nangis. Pengen nangis karena inget guru-guru SD gw. Pengen nangis karena baru bener-bener sadar kalau gilaaaaa jadi guru itu susaaaaah. Dan pengen nangis karena terharu, menyadari bahwa gw telah melakukan hal yang baik. Waktu jadi relawan, gw sempet disebut bu gurulah , inspiratorlah, pret! Buat gw istilah-istilah itu terlalu bagus dan gw merasa belum layak. Gw cuma mau jadi orang baik, dan karena keinginan itu gw gabung di kegiatan ini. Sesederhana itu.

Dan gw yakin, masih banyak di luar sana orang-orang yang juga pengen jadi orang baik.
Makanya gw bersyukur banget ada kegiatan-kegiatan Indonesia Mengajar, yang memfasilitasi banyak orang seperti gw. Orang-orang yang dalam hatinya sebenernya pengen berbuat sesuatu yang konkret cuma kadang suka bingung gimana mulainya. Gw yakin ada banyak orang yang udah gerah jadi penonton masalah. Gw yakin ada banyak orang udah gatel pengen ikutan kasih solusi, bukan cuma ngomong doang, tapi ikut melakukan sesuatu.

Masih banyak kok orang baik di negeri ini. Dan semoga terus bertambah banyak ya. Amin.

Kami adalah seorang:
baris atas dari kiri : web designer, IT engineer, Fasilitator, Fasilitator+Dosen
baris tengah dari kiri: pipping engineer, pengacara, financial officer di tracel comp, microbiologist, apoteker, konsultan lingkungan, developer, IT engineer
baris bawah: akuntan
fotografer: IT engineer

Selalu senang berada diantara orang-orang dengan semangat yang sangat positif. Keep in touch yaa :)


Salam,

Venessa Allia