Rabu, 26 Desember 2012

Derawan Menawan


Alkisah dua gadis cantik jelita, bermasa depan cerah, calon istri dari suami sholeh lagi kaya raya memutuskan untuk minggat sejenak dari padatnya pekerjaan dan penatnya kota besar. Berbekal duit tabungan dan dengan kekuatan tekad, bukan kekuatan bulan, pergilah mereka dari Pulau Jawa yang subur menuju tanah Borneo yang kata orang sangat indah. Kaki-kaki ini pun sampai juga di Tarakan, Kakaban, Maratua, Sangalaki, Nabucco dan Derawan yang menawan.


Mereka tidak mutlak berdua. Sesampainya disana mereka bertemu dengan kawan-kawan yang dulu berjuang menuntut ilmu di tempat yang sama. Juga serombongan manusia lainnya yang datang ke tanah Kalimantan dengan tujuan sama. Ingin melihat birunya langit yang menyatu dengan birunya laut, ingin merasakan pasir yang lembut, serta menjadi saksi keajaiban evolusi makhluk transparan bernama Aurelia alias ubur-ubur.

The Rombongan berfoto bersama. Temukan kedua gadis diantara manusia-manusia kegirangan ini.

Pagi pertama di Maratua, cuaca mendung tidak bersahabat. Doa-doa kami semua tidak sanggup menghentikan rintikan hujan yang turun sepanjang hari. Laut pun tidak cantik lagi, malahan menjadi galak lagi memabukan dan menyeramkan. Pulau Nabucco terhalang keindahannya oleh kabut dan dingin. Langit dan laut saat itu tidak menyatu.


Tapi keesokan paginya Tuhan berkehendak lain. Sedari aku membuka mata, matahari telah menunjukan sinarnya. Pagi yang penuh keoptimisan bahwa hari ini akan berlangsung menyenangkan. 

Inilah dermaga kecil di Maratua, tempat kami menunggu perahu. Pagi itu aku tiada bosan memperhatikan aneka warna biru di depan mataku. Cantik. 
Kuselunjurkan kakiku mengarah ke samudera. Rasanya sungguh santai dan nyaman, seperti hidup ini tidak punya masalah sama sekali. Mendadak rasanya seperti Dewi Neptunus :)


 
Inilah Pulau Kakaban yang legendaris. Hutannya lebat, airnya bening, dan dekat dari sana ada banyak sekali ubur-ubur oranye transparan yang dengan ikhlas merelakan kami manusia berenang bersama mereka. 
Makhluk kecil ini adalah alasan mengapa kedua gadis ini begitu ingin pergi ke Kalimantan. Dilihat sekilas saja, tidak ada yang istimewa dari ubur-ubur ini. Tapi asal kalian tahu bahwa ubur-ubur ini sudah kehilangan kemampuan mereka mempertahankan diri, mereka tidak bisa menyengat lagi. Mengapa demikian? Selain karena itu adalah kehendak Allah yang Maha Kuasa, konon ubur-ubur ini terjebak dalam danau di Pulau Kakaban tanpa predator di sekitar mereka. Selama jangka waktu yang sangat lama, mereka hidup damai di danau tersebut tanpa adanya pemangsa. Hal ini membuat mereka tidak perlu lagi menggunakan sengatan untuk mempertahankan diri hingga pada akhirnya mereka kehilangan kemampuan menyengat. Hal ini logis karena sebagaimana yang kedua gadis ketahui, suatu gen yang lama tidak diekspresikan, lambat laun akan benar-benar non aktif karena merasa sifat yang diekspresikan tidak lagi dibutuhkan (yaa kurang lebih begitulah penjelasannya). Sekedar informasi, foto satu ubur-ubur ini diambil dari blog Kakaban Trip (travel yang diikuti kedua gadis ini). Harap maklum karena kami tidak punya underwater camera.

Ini adalah senja yang nyaris tidak pernah kami nikmati di tempat kami biasa berada. Ketika pemandangan di depanku tidak hanya menampakan gradasi warna biru tapi juga sapuan-sapuan oranye yang hangat, bibirku hanya mampu berucap Subhanallah, Kalimantan cantik sekali.

Zaman sekarang, belum afdol kalau belum foto loncat, penulis sih nurut aja. 
Kedua gadis ini berfoto di pulau pasir yang terhampar di tengah lautan. Jadi inget ketika ke Belitung dulu, ada juga pulau pasir seperti ini. Tapi pulau pasir ini lebih besar. Matahari bersinar terik saat itu, tapi kedua gadis tidak peduli. Panasnya matahari rasanya lebih dinikmati daripada dinginnya air hujan.

Datang ke tempat yang jauh belum lengkap rasanya jika tidak berinteraksi dengan masyarakat lokal. Mereka adalah empat gadis cilik penduduk asli Maratua. Penulis belajar sedikit bahasa Tarakan dengan mereka yang sayangnya hingga detik ini, tidak ada satupun kosakata dapat penulis ingat -_-. Lihat penginapan yang menjadi latar belakang kami? Penginapan yang bagus sekali karena kita bisa menikmati laut tosca dan langit biru di depan mata sepanjang hari.

\
Kedua gadis tentu saja (tidak) menginap di penginapan ini :)


Bukan hanya cerita tentang lautan yang kedua gadis dapatkan di tanah Kalimantan, tapi juga pengetahuan tentang si hidung eksotis, mamalia cerdas, si maskot Dufan: Bekantan. Hewan unik ini hidup berkelompok (atau ngegeng kata anak-anak 90an) dimana setiap kelompok punya pemimpin sendiri-sendiri. Di tempat ini sudah ada 3 kelompok bekantan. Pemimpin kelompok mereka salah duanya bernama John dan Michael (ini serius). Bagaimana cara mereka menentukan pemimpin? Tentu saja pakai ribut. Makanya manusia kalau nggak mau disamain kayak bekantan, kalau mau pilih pemimpin jangan pakai ribut. Tempat pelestarian bekantan ini berada di daerah Tarakan, kami kunjungi sementara menunggu jadwal terbang kami kembali ke ibukota.


Kurang lebih 4 hari 3 malam kami habiskan disana. Pengalaman dan gambar-gambar indah terekam di benak kami masing-masing. Cerita ini hanya perwakilan saja. Serta ajakan untuk para pembaca agar turut juga datang kesana, ke Tarakan, Kakaban, Maratua, Sangalaki, Nabucco dan Derawan yang menawan.



Salam Penulis,
Venessa Allia

P.S: Thanks a lot untuk Zara yang telah menjadi teman berpetualang yang asik serta untuk foto-fotonya :)

Jumat, 21 Desember 2012

Tulus


Gw jamin ini tulisan singkat (karena gw nulis ini di 15 menit terakhir jam istirahat kantor, pake komputer kantor pula :p)

Minggu kemarin gw ke Botani Square dan makan malam bersama teman-teman kantor. Apa yang istimewa? Tidak ada yang istimewa, kecuali sehabis makan gw mampir ke Disc Tarra. Gw seneng bersantai-santai di Disc Tarra, bisa numpang denger lagu, tapi nggak perlu beli CDnya *licik.

Hehe.. tapi kali ini gw beneran beli CD. Awalnya nggak niat, hingga gw tertarik dengan lagu yang diputar Disc Tarra saat itu. Ternyata berasal dari seorang penyayi bernama Tulus. Singkat banget namanya. Harga CDnya cuma 35 ribu. Murah! Sesuai sisa gaji gw bulan ini yang sesungguhnya sudah over budget. Spontan aja gw beli CDnya. Dan nggak nyesel. Satu album lagunya bagus semua.

Lagu favorit gw: Tuan Nona Kesepian, Sewindu dan Teman Hidup :)


Terus tadi malem gw ngetweet bilang lagu Tulus bagus-bagus. Eh temen gw Andriani Oktadianti dengan indahnya bilang "Watching it live like rite now at Gancit". Bete gw. Bikin sirik aja.


Oke sudah jam 1. Selamat bekerja lagi kawan-kawan. Semangatlah menikmati sisa Jumat dan saya ucapkan selamat untuk yang hari ini sudah gajiaaaaaannn :)

Salam,
Venessa













Kamis, 20 Desember 2012

Lesson Learn from CEOs


Akhir pekan kemarin gw berinisiatif untuk mengikuti acara yang menurut gw menarik dan dapat memberikan gw banyak input. Setelah 1 hari penuh mengikuti acaranya (di hari Minggu pula) gw bersyukur karena ternyata ekspektasi gw tidak meleset. Acara ini bernama StudentxCEOs. Acara yang diselenggarakan oleh perkumpulan StudentxCEO ini bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa ITB sehingga event mereka tahun ini diselenggarakan di Aula Barat ITB. Acara ini meliputi rangkaian event yang terdiri dari: jobfair, pameran komunitas, Idea Pitching Competition, workshop dan yang paling menjadi magnet: CEO Talks. CEO Talks merupakan sharing dari 10 orang CEO sukses dari berbagai bidang usaha. Mereka menceritakan berbagai hal kepada para mahasiswa dan mantan mahasiswa seperti saya, dengan harapan, anak-anak harapan bangsa ini bisa menjadi pemimpin bisnis yang handal di masa depan. Dengan tema “Global Competitiveness” acara ini sukses membuat gw takut (akan masa depan) sekaligus sadar bahwa pengembangan diri mutlak harus terus dilakukan kalau mau sukses hidup di dunia yang hampir nggak berbatas seperti saat ini.

Sepuluh pemimpin bisnis yang hadir pada acara tersebut adalah: Hasnul Suhaimi (CEO XL Axiata), Luthfi Mardiansyah (CEO Novartis), Herianto Pribadi (CEO Skha Consulting), Mardi Wu (CEO Nutrifood a.k.a my big boss :p), Jodjana Jody (CEO Auto 2000), Anindya Bakrie (CEO Bakrie Telecom), Josef Bataona (Direktur HR Bank Danamon, sebelumnya 30 tahun jadi bos HR-nya Unilever), Bowo Witjaksono (CEO GAP Capital), Sulistyo Hardjto (Direktur Komersil PT.KAI) dan Arwin Rasyid (mantan Dirut Telkom, sekarang jadi CEO CIMB Niaga). Dari kesepuluh CEO tersebut, gw menaruh kesan sendiri kepada 4 orang:

1. Pak Arwin Rasyid karena lesson learn yang beliau berikan amat sangat menginspirasi gw  akan dibahas kemudian

2. Pak Mardi dan Pak Josef karena keduanya merupakan orang sukses yang menghabiskan masa kecil di daerah yang jauh, bukan di kota besar. Pak Mardi lahir di Bagansiapiapi sementara Pak Josef lahir di Flores. Keduanya mendobrak comfort zone mereka untuk datang ke kota besar dan menuntut ilmu. Melihat dunia di balik cakrawala dan melawan semua keterbatasan.

3. Om eh Mas eh Pak Anindya Bakrie. Nah kalau yang ini kesannya agak berbeda sih dari yang lainnya. Bos TVOne ini berkesan bagi saya karena Oh Tuhan dia charming banget #maklumwanita



Selanjutnya gw tidak ingin bercerita tentang acaranya secara lebih detail, juga tidak ingin membahas lagi betapa gantengnya Anindya Bakrie (cukup cukup), tapi lebih kepada pelajaran-pelajaran apa yang gw dapat dari para CEO tersebut. Gw sharing disini dengan harapan bro dan sist (sok gaul) yang baca tulisan ini bisa ikut berpikir, syukur-syukur bisa terinspirasi. Menurut gw, kita tidak harus percaya sepenuhnya pada pendapat dan pengalaman orang-orang sukses, karena apa yang benar bagi mereka belum tentu juga benar dan berlaku bagi kita (prinsip kebenaran tidak ada yang mutlak selain yang datang dari Tuhan yang Maha Benar). Hanya saja mendengarkan mereka bisa menambah wawasan dan memperkaya pikiran kita kan? Mendengarkan mereka setidaknya membuat kita pusing dan berpikir. Kita bingung, kita pusing, kita berpikir, kita ada, maka kita hidup. Cogito ergo sum.

Lesson learn terbaik yang gw dapatkan adalah lesson learn yang dibagi oleh Pak Arwin Rasyid. Gw sangat menyukai pemaparan beliau. Beliau memberikan 6 poin pembelajaran yang beliau dapatkan selama perjalanan karir beliau yang panjang. Beberapa poin yang beliau jabarkan sebenarnya satu makna dengan pemaparan CEO lainnya. Hal ini berarti memang ada hal-hal tertentu yang diyakini oleh banyak orang-orang sukses, sehingga semakin tidak ada keraguan bahwa hal tersebut adalah kunci sukses yang benar. Syukur Alhamdulillah empat dari enam poin yang beliau jabarkan sudah gw sadari dan menjadi bagian dari nilai-nilai yang gw yakini, walau mungkin implementasinya belum maksimal.

1. Open Minded and Ready To Change (Berpikiran terbuka dan siap berubah)

Bagi gw ini logis banget. Di masa seperti sekarang dimana semua berlalu dengan sangat sangat cepat, pikiran manusia harusnya tetap terbuka untuk hal-hal baru, tidak stuck dengan hal-hal kuno, terus berinovasi dan berkembang. Kayaknya sikap-sikap tertutup dan menolak perubahan hanya akan memperlambat diri kita dan membuat kita hidup di dunia sendiri.

2. Always Keep On Learning (Terus Belajar)

Ini udah jelas banget. Nggak perlu lagi penjelasan. Berhenti belajar kayaknya udah sama dengan berarti berhenti hidup. Pak Josef mengutarakan hal ini dengan kalimat berbeda. Beliau mempunyai motto hidup “Be yourself but better everyday”. Bagi gw sih itu hanya dua kalimat berbeda dengan satu makna yang sama. Jadi jelas sekarang kalau orang-orang sukses itu nggak pernah berhenti mengembangkan diri mereka. Be better every day.

3. You don’t know what you don’t know

Ini poin yang menarik. Hal ini terkait juga dengan point sebelumnya. Kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu. Kalau kita nggak mau belajar, nggak mau bertanya, nggak mau mencari tau, maka selama-lamanya kita tidak pernah tahu. Pengetahuan menghasilkan lebih banyak pilihan, walaupun menurut gw pribadi mengetahui banyak hal terkadang malah mempersulit kita (atau gw) dalam membuat keputusan, mungkin karena menjadi terlalu banyak pertimbangan. Tapi kalau konteksnya ingin menjadi pemimpin, apalagi pemimpin bisnis, rasanya kita memang harus tahu banyak hal, tidak harus menjadi expert sih gw rasa, tapi tetap harus tahu supaya nggak mudah ditipu 

4. Kejar Prestasi, bukan Jabatan.

Fokuslah pada prestasi dan kontribusi. Kata Pak Arwin, kalau fokus pada prestasi dan kontribusi, jabatan dengan sendirinya akan mengikuti di belakang. Sementara kalau fokusnya pada jabatan, yang ada seseorang akan jadi cendrung cari muka di depan atasan dan nggak mau ambil resiko karena takut atasan nggak suka. Hal serupa juga dinyatakan oleh Pak Josef “Why you do this? Why you do this path? Semuanya ada alasannya dan semua aksi kita akan membawa kita ke satu tujuan yang lebih besar, so grab the moments, do your best in everything you do”.

I can’t agree more with both of you Sir.

5. Sukses Bukan Semata Mencari Profit, tapi Seimbangkan Dengan Nilai Kemanusiaan.

Betul sekali. Gw pribadi berpendapat mengapa Tuhan membagikan keberuntungan itu secara tidak merata antara manusia, semata-mata karena Tuhan ingin memberikan kesempatan bagi hamba-hambanya yang diberi keberuntungan lebih untuk berbagi keberuntungan dengan manusia-manusia lain yang tidak seberuntung dirinya. Karenanya, apa sih artinya sukses kalau keberuntungan itu hanya disimpan sendirian?

6. Jadilah Manusia Yang Penuh Rasa Syukur.

This is it. Pembelajaran yang diberikan oleh orang yang terbukti sukses, salah satunya adalah rasa syukur.



Hufftt..Tarik nafas dulu.

Gw selesai mengikuti acara ini kurang lebih pada pukul 18.00. Sharing terakhir disampaikan oleh Pak Hasnul Suhaimi yang juga memaparkan banyak hal yang menarik. Balik dari acara ini sejujurnya kepala gw panas. Ada pikiran-pikiran negatif dalam diri gw yang mempertanyakan “Bisa nggak ya? Mungkin nggak ya?”. Tapi faktanya gw ingin menjadi pemimpin besar. Menjadi great leader dalam menjalankan peranan sebagai seorang hamba Tuhan, seorang istri, seorang ibu, seorang anak, seorang wanita karir, seorang warga Indonesia. Dan ketika mimpi ini sudah ditetapkan, maka sekarang saatnya menjejakkan langkah demi langkah untuk menjadikannya kenyataan, tentunya atas seizin Alloh .



Yah.. pada akhirnya gw ingin bilang semoga tulisan ini bermanfaat yaa teman-teman.



Salam,

Venessa Allia