Sabtu, 30 Juni 2012

Selamat Datang di Dunia BlackBerry


Selamat pagi duniaaa...
Hari ini, Sabtu, 30 Juni 2012, gw sedang bersemangat.
Kenapa ya? Mungkin karena cukup tidur, atau mungkin karena BlackBerry baru..

HAHAHA!
Yess... gw akhirnya tergerak beli smart phone yang katanya sih sebenernya ga pinter-pinter amat (Jelas, masih pinteran gw dibanding handpohone gw :p).

Di satu sisi gw merasa basi banget sebenernya. Disaat orang-orang demam Iphone dan Android baru, gw baru beli BB, hahaha kayaknya gw kelamaan tinggal di Hogwarts deh. Seinget gw, orang-orang udah punya handphone ini dari jaman dahulu kala. BB tuh rasanya mulai hip banget ketika gw tingkat 3, dan sekarang gw udah hampir setahun lulus kuliah, baru punya HP ini. Gw jadi merasa seperti Flintstone yang tinggal di jaman batu (*berlebihan).


Gw bukan tipe orang yang rela ngeluarin banyak uang untuk barang elektronik. Makanya sekalinya mau beli barang elektronik pakai uang sendiri, itu bertapanya lamaaaa bangeeet. Niat beli BB ini sebenernya udah dari 2 bulan yang lalu, cuma gak jadi-jadi lebih karena gw pelit sama diri gw sendiri. Yaa intinya gw merasa HP gw yang lama masih oke banget, dan gw merasa lebih happy beli baju daripada beli BB baru. Tapi ya tuntutan lingkungan (temen kulliah, temen kantor, teman-teman sepermainan deh pokoknya) menggiring gw untuk beli juga, yaa daripada gw dikucilkan dari pergaulan. Yah anggap saja BB ini adalah sarana untuk menguatkan silaturahmi ke teman-teman di pelosok negeri (*sok punya banyak temen haha)


Awalnya, gw berniat beli BB bekas kakak gw aja. Karena gw merasa kayaknya yang gw butuhkan dari BlackBerry itu cuma BBM-nya doang. Jadi ngapain beli BB baru mahal-mahal. Gw mengerahkan semua jurus negosiasi yang gw punya supaya kakak gw mau menjual BBnya dengan harga 1 juta rupiah saja (FYI, kalau gw masih kuliah, gw optimis kakak gw mau menyerahkan BBnya secara gratis, tapi karena sekarang gw udah kerja, dia jadi lebih perhitungan, zzz). Akhirnya, harga mentok di 1.500.000 rupiah. Gw gak mau beli kalau harganya ga 1.000.000. Dia juga gak mau jual kalau harganya ga 1.500.000. Akhirnya kesepakatan tidak pernah tercapai, apalagi ga setiap weekend juga gw bisa ketemu dia.
Yaah setelah menimbang, memikirkan, merenungi, membayangkan dan menghitung-hitung, gw memutuskan untuk beli BB baru ajah pake duit di tabungan, uuyyeeaah.

Diawali dari surver ke BB center, gw liat-liat BB mana yang sesuai dengan kebutuhan gw. For your information, walaupun gw kuliah di Institut Teknologi, tapi gw anaknya ga ngerti-ngerti amat sama teknologi. Bahkan untuk membedakan BB 3G dan nggak 3G aja gw sulit (hahaha). Gw akhirnya tertarik dengan Curve 9220 (non 3G, kamera 2MP, harga 2 juta) dan Curve 9320 (3G, kamera 3.2 MP, harga 2.6 juta). Gw pun mulai labil untuk beli BB yang 3G atau non 3G. Kalau soal kamera, gw ga butuh yang bagus-bagus karena HP gw yg lama kameranya udah 5MP. Yaah akhirnya setelah lagi-lagi menimbang, memikirkan, merenungi, membayangkan dan menghitung-hitung, gw memutuskan untuk beli BB Curve yang 9220 saja dengan alasan lebih murah dan kayaknya gw ga butuh-butuh amat sama fitur 3G ini.

Gw beli handphone ini di BB center di mall paling gaul seantero Bogor. Mall yang katanya punya Insititut Pertanian Bogor yang kerja sama pihak swasta. Nama mallnya aja udah unik banget Botani Square alias Boker (huahaha gw ngakak pas pertama kali denger singkatannya). Perjalanan dari kantor ke Boker itu luar biasa macet sekali (yang ini serius, nggak lebay). Alhamdulillah nasib gw lebih beruntung karena gw nebeng motor Mas Galih, hehehe. Ngeliat lalu lintas neraka kayak gitu, gw lagi-lagi menghela nafas panjang dan berpikir, kalau nggak bisa sabar, jalan raya itu bisa bikin gila. Dan kalau nggak bisa sabar, mending jangan bawa kendaraan sendiri karena sumber dari segala keruwetan di jalanan itu salah satunya karena pengguna jalan raya gak bisa bersabar. Jadi inget pesen papa waktu ngajarin gw nyetir dulu "Kalau di jalan itu harus sabar, jalan raya bukan punya kita sendiri, yang butuh cepet juga bukan kita sendiri, nyetir harus sabar, kalau nggak bisa stress" Ah papa ;).

Oke sudah agak out of topif dari judul, kembali ke dunia BlackBerry, sesampainya di Boker gw melesat ke BB Center. Setelah melihat-lihat, mikir-mikir (lagi), ngobrol sama mbak-mbak di BB centernya, mendengarkan nasehat-nasehatnya (apa sih), gw pun mengeluarkan debit BCA dan beberapa menit kemudian handphone ini ada di tangan gw.

Beres segala urusan di Boker (duh kok ga enak ya kalimatnya -__-), temen-temen kantor ngajak makan-makan seru di Dominos Pizza. Pizza favorit gw saat ini (rezim Pizza Hut sudah tamat). Agak malu juga sih bawa-bawa plastik hitam tulisan BlackBerry ke dalam tempat makan, ketauan bangeeet baru beli handphone baru, hahaha. Tapi yasudahlah pasang muka tebel aja ;p.

Makan pizza berlangsung dengan ceria dilengkapi dengan sedikit rasa bersalah. Kita ngobrol-ngobrol, ketawa-ketawa, cela-celaan, yaah intinya malam itu berjalan menyenangkan. Mulai malam itu gw mulai pengalaman gw dengan handphone baru ditangan.

Hingga pagi ini BB baru ini cukup membawa banyak keceriaan. Gw cuma berjanji pada diri sendiri bahwa handphone baru tidak boleh membuat gw asik sendiri dan lupa dengan dunia nyata, karena dengan siapapun kamu berbicara dengan orang dibalik handphone, tentunya tidak bisa menggantikan orang-orang yang berdiri eksis dan berbicara di depan kamu.

Alhamdulillah, nikmat dari Allah memang luar biasa tidak bertepi :).

Salam,

Venessa

Sabtu, 16 Juni 2012

The Flat S

The Flat S


Oroton ballerina flat
120 AUD - oroton.com

Pretty Ballerinas ballerina flat
$209 - forzieri.com

Bloch shoes
€145 - zenggi.com

Leopard flat
100 AUD - wittner.com.au

Steve Madden ballerina flat
$70 - stevemadden.com

Oasis pointed toe flat
$62 - oasis-stores.com

ASOS pointy toe flat
$41 - asos.com

Forever 21 flat heels
$23 - forever21.com




Bagi gw (wanita dengan tinggi badan 167 cm, ehm), high heels tidak meningkatkan
rasa percaya diri, tapi malah slightly membuat gw tidak nyaman. Pertama,
karena gw takut kepeleset jika berjalan dengan sepatu tumit tinggi. Kedua,
karena gw jadi merasa seperti Monas alias jadi tinggi banget.
Sekalipun gw menemukan high heels atau wedges yang pas banget
di kaki, gw akan berpikir berulang kali untuk membelinya karena percuma aja kalau 
sepatu tersebut pada akhirnya hanya mengurung diri di kotak sepatu dalam 
gudang. 


Oleh karena itu, bagi wanita dengan kondisi seperti gw, flat shoes adalah temuan 
yang sangat mutakhir. Mengapa? Sederhana saja, karena flat shoes membuat gw 
merasa tetap keren dan percaya diri walaupun seluruh permukaan kaki gw menginjak
 tanah (namanya juga pakai flat shoes :)). Flat shoes jadi solusi banget buat kerja 
atau main. Walaupun untuk acara-acara tertentu yang rata-rata tamu/pengunjungnya
 memang memakai heels, gw memilih untuk ikut pakai heels juga, yah setidaknya 
heels 3 cm. Acara nikahan misalnya. Tapi selain acara semacam itu, gw
menolak pakai sepatu hak tinggi. 


Atas segala alasan diatas, gw suka banget lihat flat shoes. Gateeel banget pengen
koleksi sehingga butuh keimanan yang kuat untuk nggak sembarang buang-buang
 uang beli sepatu. Macam-macam flat shoes silih berganti di rak sepatu gw, karena 
sayangnya flat shoes punya umur simpan yang nggak panjang (bahasanya lab 
banget -__-). Sekalinya kehujanan, habis sudah. Sekarang gw sebisa mungkin
 bawa sendal jepit di tas gw kalau kerja, jadi kalau di tengah jalan hujan turun, 
gw bisa ganti sepatu dengan sendal jepit yang kalaupun rusak gw mah 
ikhlas-ikhlas aja.


Kalau di tulisan sebelumnya gw bilang, baju adalah investasi, maka kali ini
 gw nyatakan kalau sepatu juga investasi (semuanya aja investasi, haha).
Tapi bener deh, gw ikhlas beli sepatu yang harganya relatif diatas rata-rata
 asalkan sepatu tersebut bisa membuat kaki gw jadi sepuluh kali lebih cantik,
 bisa dipakai di banyak kesempatan dan bisa matching sama pilihan 
baju yang gw kenakan.


Tadi ngomongin baju, sekarang bicara sepatu. Dasar cewek :)
Gara-gara polyvore nih. Keseringan main polyvore, gw khawatir bisa jadi
konsumtif. Ya pada akhirnya, sesuka apapun sama sesuatu (sepatu, tas,
perhiasan, gadget, atau apapun), diperlukan kontrol diri untuk tidak menyukai
 barang tersebut secara berlebihan hingga berakhir pada suatu pemborosan.
Yaaa inget-inget aja kalau dalam rezeki yang kita dapatkan, ada bagian untuk
 dikonsumsi, dan ada pula bagian untuk dibagi :)


By the way, dari 9 sepatu yang gw pajang diatas, gw naksir banget sama
flat shoes di pojok kiri atas. Kalau kamu suka yang mana? :)


Salam,


Venessa Allia

Stripes Never Dies

Stripes Never Dies


A L C crew neck sweater
£249 - farfetch.com

Hudson jeans
£199 - the-dressingroom.com

Steve Madden leather shoes
$60 - swell.com

Clutch handbag
$100 - coast-stores.com

Dorothy Perkins square sunglasses
$14 - dorothyperkins.com

Beige cardigan
tumblr.com

Sweater Attacks

Sweater Attacks


Valentino sheer top
$1,190 - net-a-porter.com

Jimmy choo shoes
€398 - veryeickhoff.com

A Wear metallic tote
£18 - awear.com

Knot jewelry
$5.95 - hempnecklacestore.com

Illamasqua waterproof eyeliner
£17 - debenhams.com




Kalau ada satu hal yang gw cintai dan syukuri dari kantor gw 
saat ini, selain ruang bantalnya yang nyaman, makan siangnya
 yang membuat hidup gw lebih sehat dan lingkungannya yang 
bikin mental mahasiswa gw susah luntur, yaitu peraturan 
kantor gw yang cukup fleksibel tentang pakaian kerja. 
Sepengetahuan dan sepengamatan gw, kantor gw tidak 
mewajibkan karyawannya untuk tampil terlalu rapi. Bahkan 
gw boleh pakai kaos ke kantor. Perusahaan tempat gw bekerja 
memberikan kepercayaan kepada karyawannya untuk bisa
 menentukan sendiri gaya berpakaian yang nyaman, sopan dalam 
bekerja dan pastinya nggak bikin malu perusahaan. Awalnya 
gw kira karena gw kerja di kawasan pabrik, tapi ternyata nggak 
juga karena orang-orang di head office juga cukup casual dalam 
berpakaian. Yah walaupun secara umum mereka tetep lebih gaya.
 Mungkin tekanan hidup di Jakarta membuat hasrat terhadap fashion
 menjadi lebih tinggi dibandingkan kita-kita yang kerja di pinggiran Bogor.


Anyway, pada intinya gw senang karena baju-baju kuliah gw bisa
 juga dipakai ngantor. Gw nggak perlu heels, blazer, atau kemeja
 yang rapi banget buat kerja. Malahan kalau terlalu rapi nanti gw
dikira mau interview lagi :). Cardigan, polo shirt, jeans, kemeja
semi formal dan tentu saja flat shoes adalah item-item yang setia
menemani gw menghabiskan waktu bekerja. Sama seperti dulu
ketika item-item tersebut menemani gw kuliah.

Dan pilihan baju yang gw tampilkan diatas, adalah mimpi gw
saat ini. Gw naksir berat sama sweater dan sepatunya. Memakai
 outfit tersebut pada hari Senin besok kayaknya bisa meningkatkan
semangat kerja gw 200%. Sekaligus akan membuat gw dengan
sendirinya merasa paling keren. Jadi kepada siapa saja yang ingin
 melihat gw produktif tingat dewa, tolong aja beliin gw baju dan
sepatu yang mirip-mirip kayak gitu. Haha bercanda (tapi ga nolak
juga kalau ada yang mau beliin ;p).

Bagi gw, nikmatnya jadi cewek adalah ketika mengetahui
 selembar baju aja bisa memperbaiki mood yang rusak. Nggak
perlu mahal atau bermerek. Yang penting pas (pas di badan, pas
di dompet, pas dipakai di waktu yang tepat). Gw kurang tau apakah
hal ini juga berlaku bagi cowok. Gw relatif melihat kalau cowok itu
 lebih suka bareng elektronik yang mahal dibanding pakaian.
Temen gw pernah bilang, kalau pakaian adalah investasi, dan
gw sejatinya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Walaupun
 kepercayaan ini pada akhirnya bikin lemari gw penuh banget.

Untuk sementara ini, biarkan sweater ini menjadi angan-angan gw,
karena gw sudah berjanji pada diri sendiri untuk nggak beli baju
 dulu bulan ini. My 'sweater attacks' sabar dulu ya, ada waktunya
 hingga nanti kamu jadi milikku #tsaaah.

Eh, gw menyadari fakta menarik ketika menulis ini: "Kalau 1 lembar
 pakaian aja bisa bikin happy, berarti kebahagiaan itu seharusnya
tidak susah dicari, tidak pula sulit untuk dibagikan"
\

Salam,


Venessa Allia

P.S: monggo mampir melihat koleksi impian saya yang lain di polyvore ini